Kali ini saya akan
mengunjungi salah satu tempat wisata budaya di Pulau Lombok yaitu Desa
Sade Rembitan (bukan Rambitan) yang berada di Kecamatan Pujut, Lombok
Tengah. Untuk mencapai desa ini cukup mudah, tidak jauh dari Kota
Mataram dan berada di jalan utama menuju Pantai Kuta Lombok.
Saat
memasuki desa kami disambut Gendang Belik yang merupakan sambutan
selamat datang bagi para pengunjung di desa yang dihuni oleh suku sasak
ini. Setelah mengisi buku tamu dan mengisi sumbangan seikhlasnya (untuk
memasuki desa ini tidak dipungut biaya), selanjutnya kami juga dihibur
oleh tarian adat seperti tari Peresean yang menampilkan pertarungan
antar dua orang pemuda suku Sasak. Selanjutnya ada tarian mirip tari
kecak tapi dibawakan oleh anak laki-laki. Dan terakhir kami dihibur oleh
tarian Amak Tempengus yang menghibur karena penampilannya seperti badut
namun menggunakan pakaian etnik. Seasekali memonyongkan bibirnya dan
membuat gerakan-gerakan lucu sehingga para penonton cukup terhibur.
Setelah
disuguhi beragam tarian, seorang pemuda Sasak sekaligus menjadi pemandu
mengajak kami berkeliling desa, sambil menjelaskan bahwa penghuni desa
ini terdiri dari 150 rumah yang dihuni oleh sekitar 750 orang. Semuanya
merupakan keturunan suku sasak dan sudah hidup secara turun temurun
hingga 15 generasi.
Masih banyak peninggalan-peninggalan dan budaya yang masih
dipertahankan hingga saat ini seperti adanya lumbung padi yang hanya
boleh diambil oleh perempuan, tidak boleh laki-laki. Ada juga kebiasaan
yang masih dilakukan seperti mengepel lantai dengan menggunakan kotoran
kerbau. Hal ini dilakukan agar lantai yang terbuat dari tanah liat itu
menjadi mengkilat.
Satu yang masih tetap di pertahankan hingga kini adalah kebiasaan
wanita agar bisa menenun kain. Jika seorang wanita tidak bisa menenun,
maka dia tidak boleh menikah. Di setiap rumah di desa Sade banyak dijual
hasil tenunan mereka sekaligus bisa dibeli oleh para pengunjung.
Ditampilkan juga alat untuk menenun dan cara menggunakannya.
Setelah
selesai mengunjungi Desa Sade Rembitan, tim Terios 7 Wonders kemudian
bergerak menuju Pondok Pesantren Almasyhudien Nahdlatulwathan yang
mengelola beberapa sekolah untuk memberikan bantuan buku untuk
perpustakaan sekolah dalam program Corporate Social Responsibility (CSR)
Pintar Bersama Daihatsu.
Dalam acara
tersebut ditampilkan sebuah drama tentang Putri Mandalika atau Nyale
yang sudah sangat melegenda di Lombok. Namun uniknya drama tersebut
dibawakan dalam bahasa Inggris oleh para pelajar di pesantren tersebut.
Senang rasanya di daerah seperti ini sudah banyak yang pandai
menggunakan bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional. Acara
siang itu diakhiri dengan makan nasi balap, makanan khas yang unik dari
Lombok.
Setelah
melakukan kunjungan tersebut tim kemudian bergerak kembali untuk mencari
tempat-tempat indah yang masih tersembunyi. Kali ini akan menjelajahi
satu tempat wisata alam pantai. Bukan Kuta Lombok. Bukan pula Pantai
Senggigi. Kami akan mengunjungi satu pantai yang cukup indah, namanya
Pantai Pink.
Perlu waktu
2 (dua) jam dari Mataram untuk mencapai Pantai Pink yang berada di Desa
Sekaroh, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Melewati hutan-hutan yang
kering karena kemarau, juga berbagai jenis jalan mulai dari jalan mulus
hingga jalan rusak menjelang lokasi. Dan akhirnya setelah mencari surga
yang tersembunyi, akhirnya kita menemukan satu tempat yang memang benar
adalah salah satu hidden paradise di Indonesia. Tempat ini jauh dari
keramaian, bahkan listrik pun tidak ada. Namun pemandangan alam yang
tersaji tidak jauh dari pantai-pantai seperti yang sudah disebutkan di
atas. Prioritas untuk pengembangan pariwisata ke depan di tempat ini
adalah dengan memperbaiki infrastruktur jalan dan menyediakan akomodasi
untuk para pengunjung. Baik akomodasi untuk menginap maupun akomodasi
untuk trip pulang pergi. Cukup lama kami mengeksplorasi tempat ini. Saya
sendiri naik ke bukit yang berada di sebelah kanan dan ternyata setelah
melihat dari tebing, pemandangan jauh lebih indah dan memang pasir
pantai nampak seperti berwarna merah muda alias pink.
Perjalanan
kemudian dilanjutkan untuk mengunjungi pantai lainnya yang tidak kalah
cantik yaitu Pantai Selong Belanak. Untuk mencapai pantai ini dari
Pantai Pink harus melewati bukit-bukit tandus dan jalanan yang berliku.
Kami berkejaran dengan waktu karena matahari akan segera tenggelam dan
hari sudah akan gelap. Namun akhirnya kami sempat melihat keindahan
senja dan munculnya bulan sabit di langit Pantai Selong Belanak yang
berada di Lombok Tengah itu.
Hampir sama dengan Pantai Pink, tempat ini juga cukup terpencil.
Perlu adanya transportasi dan akomodasi yang memadai sehingga dapat
memajukan tempat wisata dan ikut membantu perekonomian masyarakat
setempat.
Hari sudah
benar-benar gelap ketika kami harus meninggalkan Selong Belanak untuk
melanjutkan wisata berikutnya yaitu wisata kuliner di Warung Benega,
Senggigi Lombok.
0 comments:
Post a Comment