Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Kami para finalis lomba blog #EnjoyJakarta yang diadakan oleh Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Vivanews berangkat juga ke Pulau Kotok, Kepulauan Seribu untuk melakukan diving bersama Riyanni Djangkaru, seorang pecinta divers yang juga dikenal sebagai host acara Jejak Petualang dan kini lebih fokus mengelola majalah Divemag yang dimilikinya. Kegiatan diving ini juga merupakan salah satu test untuk mendapatkan sertifikat Scuba Diver. Dengan demikian setelah mendapat sertifikat tersebut kita sudah bisa melakukan diving atau menyelam dengan kedalaman maksimal 18 meter, sesuai dengan jenis sertifikat tersebut. Jika ingin lebih dalam lagi tentu harus berlanjut pada kelas Advance Scuba Diver dan Master Scuba Diver.
Seminggu sebelumnya kami diberi pelajaran diving di Global Dive Centre yang berada di Istora Senayan. Global Dive Centre ini sudah mendapat lisensi untuk mengadakan kursus atau pelatihan dari NAUI (National Association Underwater Instructur) sebuah organisasi internasional nirlaba yang menaungi instruktur kegiatan menyelam. Kami beruntung mendapat bimbingan langsung dari Bang John E Sidjabat. Seorang Course Director yang sudah melakukan 5.000+ penyelaman. Mulai dari recreation dive hingga rescue dive. Jika di militer pangkat tertinggi adalah jenderal, maka di dunia diving adalah Course Director.
Kursus NAUI Scuba Diver terdiri dari tiga kali pertemuan di kelas dan dua kali melakukan penyelaman di kolam renang. Materi yang diberikan merupakan standar dari NAUI yang terdiri 9 bab. Mulai dari bab 1 pengenalan apa itu Scuba Diver, Scuba certification, NAUI, dll . Jujur saya baru tau ternyata SCUBA itu sebuah singkatan yaitu Self Contained Underwater Breathing Apparatus yang terjemahan bebasnya adalah "penggunaan alat pernafasan bebas untuk berada di bawah air dalam waktu lama guna penyelaman."
Bab 2 tentang peralatan yang diperlukan untuk diving seperti masker untuk melindungi mata dan hidung, rompi BCD (Buoyancy Control Device) untuk mengontrol naik-turun penyelaman, tabung oksigen, regulator yang menghubungkan tabung oksigen dan BCD, fin dan pemberat. Semuanya dijelaskan secara detail termasuk fungsi-fungsinya oleh BJ, panggilan akrab Bang John E Sidjabat.
Kemudian dilanjutkan ke Bab 3 yang membahas diving skill. Seorang Scuba divers harus bisa melakukan pemasangan alat Scuba sendiri. Mulai dari memasang BCD ke dalam tabung. Kemudian memasang regulator. Mengecek jumlah oksigen yang tersedia, mengecek semua alat berfungsi dengan baik. Selain itu juga ketika di dalam air harus bisa melakukan clearing mask atau membersihkan masker di dalam air jika kacanya dipenuhi oleh fog / kabut. Bahkan jika terlepas harus bisa memasangnya kembali tanpa harus naik ke permukaan. Selain itu harus bisa juga melakukan teknik melepas dan memasang pemberat, membuka dan memasang BCD dan teknik penyelaman darurat, rescue, buddy sistem yaitu menyelam bersama pasangan. Dalam menyelam tidak ada istilah dive alone. Harus berpasangan, agar bisa saling menjaga satu sama lain jika ada masalah. Namun intinya ketika didalam air jika ada sesuatu jangan panik, harus tenang dan nyaman. Jika semua sudah nyaman, pasti akan aman.
Dan bagian yang tidak kalah penting adalah bab 4 yang membahas diving science. Dalam bab ini dijelaskan secara menyeluruh segala resiko yang didapat ketika menyelam. Termasuk resiko tidak melihat matahari esok alias kematian. Namun jika semua dilakukan sesuai dengan instruksi dan tidak melanggarnya, semua itu tidak akan terjadi. Demikian diungkapkan oleh Bang Jhon. Bab lainnya membahas tentang decompression, dive table dan dive computers (bab 5), dive planning dan recording (bab 6), problem solving (bab 7), diving enviroment (bab 8) dan terakhir dive activities (bab 9). Semua dijelaskan secara lengkap oleh Bang Jhon dan timnya. Setelah melakukan teori dilanjutkan dengan melakukan diving di kolam Istora Senayan selama 2 hari dan melakukan semua yang ada dalam teori. Dan setelah semua selesai akhirnya hari ini kita berangkat menuju Pulau Kotok untuk melakukan diving sesungguhnya di dalam laut.
Dan seperti yang pernah saya janjikan dalam postingan sebelumnya, jika saya lolos 10 besar, saya akan membuat video trip ke Pulau Kotok. Berikut link videonya bisa dilihat disini
Seminggu sebelumnya kami diberi pelajaran diving di Global Dive Centre yang berada di Istora Senayan. Global Dive Centre ini sudah mendapat lisensi untuk mengadakan kursus atau pelatihan dari NAUI (National Association Underwater Instructur) sebuah organisasi internasional nirlaba yang menaungi instruktur kegiatan menyelam. Kami beruntung mendapat bimbingan langsung dari Bang John E Sidjabat. Seorang Course Director yang sudah melakukan 5.000+ penyelaman. Mulai dari recreation dive hingga rescue dive. Jika di militer pangkat tertinggi adalah jenderal, maka di dunia diving adalah Course Director.
Kursus NAUI Scuba Diver terdiri dari tiga kali pertemuan di kelas dan dua kali melakukan penyelaman di kolam renang. Materi yang diberikan merupakan standar dari NAUI yang terdiri 9 bab. Mulai dari bab 1 pengenalan apa itu Scuba Diver, Scuba certification, NAUI, dll . Jujur saya baru tau ternyata SCUBA itu sebuah singkatan yaitu Self Contained Underwater Breathing Apparatus yang terjemahan bebasnya adalah "penggunaan alat pernafasan bebas untuk berada di bawah air dalam waktu lama guna penyelaman."
Bab 2 tentang peralatan yang diperlukan untuk diving seperti masker untuk melindungi mata dan hidung, rompi BCD (Buoyancy Control Device) untuk mengontrol naik-turun penyelaman, tabung oksigen, regulator yang menghubungkan tabung oksigen dan BCD, fin dan pemberat. Semuanya dijelaskan secara detail termasuk fungsi-fungsinya oleh BJ, panggilan akrab Bang John E Sidjabat.
Kemudian dilanjutkan ke Bab 3 yang membahas diving skill. Seorang Scuba divers harus bisa melakukan pemasangan alat Scuba sendiri. Mulai dari memasang BCD ke dalam tabung. Kemudian memasang regulator. Mengecek jumlah oksigen yang tersedia, mengecek semua alat berfungsi dengan baik. Selain itu juga ketika di dalam air harus bisa melakukan clearing mask atau membersihkan masker di dalam air jika kacanya dipenuhi oleh fog / kabut. Bahkan jika terlepas harus bisa memasangnya kembali tanpa harus naik ke permukaan. Selain itu harus bisa juga melakukan teknik melepas dan memasang pemberat, membuka dan memasang BCD dan teknik penyelaman darurat, rescue, buddy sistem yaitu menyelam bersama pasangan. Dalam menyelam tidak ada istilah dive alone. Harus berpasangan, agar bisa saling menjaga satu sama lain jika ada masalah. Namun intinya ketika didalam air jika ada sesuatu jangan panik, harus tenang dan nyaman. Jika semua sudah nyaman, pasti akan aman.
Dan bagian yang tidak kalah penting adalah bab 4 yang membahas diving science. Dalam bab ini dijelaskan secara menyeluruh segala resiko yang didapat ketika menyelam. Termasuk resiko tidak melihat matahari esok alias kematian. Namun jika semua dilakukan sesuai dengan instruksi dan tidak melanggarnya, semua itu tidak akan terjadi. Demikian diungkapkan oleh Bang Jhon. Bab lainnya membahas tentang decompression, dive table dan dive computers (bab 5), dive planning dan recording (bab 6), problem solving (bab 7), diving enviroment (bab 8) dan terakhir dive activities (bab 9). Semua dijelaskan secara lengkap oleh Bang Jhon dan timnya. Setelah melakukan teori dilanjutkan dengan melakukan diving di kolam Istora Senayan selama 2 hari dan melakukan semua yang ada dalam teori. Dan setelah semua selesai akhirnya hari ini kita berangkat menuju Pulau Kotok untuk melakukan diving sesungguhnya di dalam laut.
***
Sabtu 23 Agustus 2013 pukul 08.00 pagi kami semua sudah berkumpul di Dermaga 15, Marina Ancol. . Sayang sekali dari 10 finalis, hanya delapan orang yang masih bertahan. dua orang mengundurkan diri. Delapan orang ini terdiri dari blogger dengan berbagai latar belakang yang cukup beragam. Mulai dari Agus yang seorang pekerja kantoran dan seorang freediver yang baru saja pulang dari R4 (Raja Ampat), Adhi seorang PNS, Agung seorang mahasiswa, Bambang seorang freelance dan sudah sering bolak-balik ke R4, Dzulfikar seorang guru, Devi seorang traveler, PNS dan mahasiswi S2, Meilani seorang dosen dan saya sendiri seorang konsultan social media. Semua sudah siap menuju Pulau Kotok untuk melakukan penyelaman, walau ada 1-2 orang yang masih ragu karena tidak bisa berenang dan suka panik. Tapi semuanya bersemangat dan antusias pergi ke pulau.
Perjalanan Ke Pulau Kotok dimulai. Kami menggunakan speedboat kapasitas 30 orang dan 4 buah mesin berkekuatan 200 PK. Membelah laut teluk Jakarta dan meninggalkan buih-buih ombak di Pantai Marina. Gedung-gedung tinggi di tepi pantai mulai mengecil dan kami sudah memasuki Kepulauan Seribu.
Pulau Kotok adalah satu dari 110 pulau yang ada di Kepulauan Seribu yang terdiri dari 11 pulau berpenghuni, 9 pulau wisata dan sisanya pulau pribadi dan pulau kosong. Saya sendiri sudah mengunjungi beberapa pulau antara lain Pulau Harapan, Pulau Perak, Pulau Bulat, Pulau Pari, Pulau Lancang, Pulau Putri, Pulau Pramuka, Pulau Nusa Keramba. Dan Pulau Kotok adalah pulau ke-9 yang saya kunjungi di Kepulauan Seribu.
Saya sangat menyukai Kepulauan Seribu ini. Selain dekat dari tempat tinggal di Bogor, juga biayanya cukup murah. Selain menyajikan keindahan bawah laut seperti diving dan snorkeling, juga memiliki pantai-pantai yang indah dan jernih seperti di Pantai Pulau Perak dan Pulau Bulat. Percayalah, jika sedang berada di tempat ini, kita tidak akan percaya bahwa kita berada di wilayah DKI Jakarta!
Kepulauan Seribu juga merupakan arena yang mengasyikan untuk memancing. Kepulauan Seribu juga mulai mengembangkan wisata kuliner dan menghasilkan produk-produk lokal seperti rumput laut di Pulau Pari dan teri medan di Pulau Lancang. Sebagai informasi, teri medan yang beredar di Jakarta itu bukan dari Medan tapi dari Pulau Lancang!
Tanpa terasa 1,5 jam sudah berlalu. Dan kita mulai memasuki dermaga Pulau Kotok. Pemandangan indah sudah tersaji di depan mata. Pasir putih. Laut yang biru bergradasi hijau menuju pantai. Rasanya ingin segera nyebur ke laut. Kami disambut oleh anak-anak pantai yang menjadi pekerja di Alam Kotok Island Resort dengan memakaikan semacam ikat kepala dari daun kelapa dan disajikan minuman selamat datang yang menyegarkan.
Pulau Kotok - pantainya jernih dan bergradasi hijau |
Langsung mengabadikan momen langka : foto bareng Riyanni Djangkaru di Pulau Kotok |
Doa kami terkabul. Setelah check-in dan istirahat sejenak, kami harus segera melakukan persiapan diving pertama. Peralatan sudah dikeluarkan. Alat-alat mulai dipasang. Dan kami harus memasang sendiri peralatan sesuai dengan apa yang sudah diajarkan saat kursus. Tabung oksigen sudah dalam posisi berdiri dengan katup berada di bagian kanan. Buka selotip penutup tabung dan mulai memasukkan BCD ke dalam tabung. Pastikan jarak antara tutup tabung dengan ujung atas BCD sebesar lima jari. Lalu ikat bagian tabungnya dan cek dengan diangkat apakah sudah kuat terikat. Jika sudah pasangkan regulator dengan bagian inflator (untuk pernafasan) dan octopus (untuk cadangan pernapasan) yang berwarna kuning di bagian kanan. Sementara di bagian kiri adalah selang untuk masuk ke BCD dan alat pengukur kedalaman dan pemantau jumlah oksigen yang berada di dalam tabung. Lalu masukkan bagian tengah regulator ke ujung atas tabung. Kemudian dikencangkan. Masukkan selang tabung yang sebelah kiri ke bagian BCD untuk mengontrol jumlah udara yang masuk ke dalam BCD.
Persiapan diving, harus bisa menyiapkan alat sendiri |
Buka penutup tabung di bagian kanan. Buka ke bagian belakang hingga mentok dan kembalikan dua putaran ke depan. Hal ini dilakukan untuk mencegah jika ada teman yang mengecek kembali bahwa tabung sudah dibuka. Jika ternyata mentok, takutnya dikira belum dibuka dan diputar hingga mentok kembali. Padahal yang dilakukannya adalah menutupnya. Sedangkan jika diputar kembali ke depan, saat dicek tidak akan mentok dan tabung sudah dibuka.
Setelah itu cek alat pemantau isi tabung. Jika ada 200 PSI berarti tabung sudah penuh dan cukup terisi. Lalu cek alat pernapasan dan octopusnya apakah udaranya keluar. Jika semua sudah oke dan tidak ada masalah kita sudah siap melakukan penyelaman. Pasang masker, pakai BCD dan terakhir gunakan fin atau kaki katak. Buddy saya adalah Adhi dan dia juga sudah siap untuk melakukan penyelaman.
Saya sudah berdiri di ujung dermaga. Tangan kanan dengan tiga jari memegang masker dan alat pernafasan. Tangan kiri memegang tabung. Dan dengan teknik giant stride, saya melakukan diving yang pertama. Byurrrrr!
Satu per satu peserta melompat dengan teknik giant stride (foto : @vivanews) |
Air dingin mulai merasuk ke seluruh tubuh. Segar sekali setelah berjam-jam merasakan udara pantai yang panas. Buddy saya pun mulai terjun. Begitu juga dengan Riyanni Djangkaru. Baginya diving sudah menjadi gaya hidup. Hampir setiap bulan dirinya melakukan diving. Bahkan setelah dari Pulau Kotok ini dia akan langsung terbang ke Raja Ampat. Kecintaaanya akan diving dituangkannya dengan mendirikan majalah khusus selam Divemag.
Jay yang menjadi instruktur kami, siap melakukan test di kedalaman 10 meter. Inflator mulai saya tekan dan saya meluncur pelan ke kedalaman. Tidak lupa melakukan equalise dengan memencet hidung dan menahan napas agar udara keluar dari telinga. Jika tidak dikeluarkan telinga akan terasa sakit dan sangat berbahaya. Equalise saya lakukan setiap turun 1,5 meter. Dan setelah mencapai dasar kami mulai melakukan test. Mulai mask clearing, membuka masker, membuka BCD, memberi octopus kepada buddy yang kehabisan oksigen, teknik membuka dan memasang pemberat, melakukan rescue ketika kehabisan oksigen serta rescue ketika buddy pingsan dan kita harus membawanya ke atas permukaan. Alhamdulillah saya melakukan test dengan baik dan dilakukan dengan benar. Tanpa terasa waktu 30 menit sudah berlalu dan kami harus segera naik ke permukaan.
***
Sungguh suatu pengalaman yang baru ketika sudah bisa melakukan diving dengan baik dan benar sesuai dengan aturan dan instruksi yang diberikan. Saya merasa bodoh ketika 2 tahun lalu memaksakan melakukan diving walau belum mempunyai sertifikat di Pulau Weh Sabang. Dan ketika itu saya juga tidak melakukannya dengan benar karena tidak tahu akibatnya.Saya tidak melakukan equalize dan memaksakan diving dengan telinga sakit dan meluncur dengan kecepatan tinggi saat akan ke permukaan. Sebuah tindakan yang berbahaya yang bisa merusak gendang telinga dan merusak paru-paru. Beruntung saya mendapat pelajaran yang sangat berharga ini dari instruktur bersertifikat NAUI.
Waktu sudah menunjukkan tengah hari dan saatnya makan siang. Menu aneka makanan laut itu terasa sungguh menggoda dan setelah dicoba rasanya memang nikmat. Apalagi menyantapnya di tepian pantai dengan pemandangan yang menakjubkan. Dan setelah istirahat cukup, kami kembali harus bersiap-siap melakukan diving yang kedua. Kali ini pemasangan alat sudah mulai lancar dan dive kali ini adalah melakukan fun dive.
Istirahat makan siang dengan pemandangan seperti ini. Serasa bukan di Jakarta! |
Nah saat fun dive ini kami merasakan betul keindahan alam bawah laut. Saat mulai turun pun sudah terlihat seekor kura-kura sedang melintas. Lalu ada rombongan ikan-ikan kecil, kemudian terumbu karang yang bergerak-gerak. Indah sekali pemandangan bawah laut itu. Seperti melihat sebuah akuarium raksasa. Sayang saya tidak bisa mengabadikan moment tersebut karena tidak atau belum memiliki inhouse kamera DSLR. Sepertinya harus mulai mengumpulkan uang nih untuk membeli barang tersebut. Tanpa terasa waktu sudah berjalan selama 30 menit. Memang kalau sudah di dalam laut suka lupa daratan, padahal saat mengecek tabung oksigen sudah menunjukkan angka 50 PSI, angka minimal yang disarankan saat menyelam. Kurang dari angka tersebut akan sangat beresiko. Waktunya kembali ke daratan.
Hari sudah sore.Kami buru-buru membersihkan diri di kamar masing-masing, memburu keindahan lain yang akan segera datang : sunset!
Sunset di Pulau Kotok, serasa di lukisan-lukisan,. (foto : @vivanews) |
Pulau Kotok memiliki keistimewaan. Seperti juga Pulau Harapan, dari pulau ini kita bisa melihat sunset dan juga melihat sunrise. Peristiwa ini bisa dilihat dari satu tempat yaitu di jembatan kayu yang menghubungkan dermaga dan pulau.
Masih ada satu PR lagi yang belum di selesaikan yaitu ujian tertulis untuk mendapatkan sertifikat Scuba Dive. Dan setelah makan malam dengan menu ikan bakar yang lezat, dengan sisa-sisa tenaga kami mulai mengerjakan soal-soal ujian ditemani deru ombak tepi pantai Pulau Kotok.Satu jam kami habiskan untuk menyelesaikan ujian dan setelah itu acara bebas. Kami bermain kartu Werewolf. Nah kalau yang namanya main pasti lupa waktu dan tanpa terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam. Karena besok masih diadakan dua kali penyelaman, akhirnya kami kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.
***
Hari kedua di Pulau Kotok ditandai bangun kesiangan dan melewatkan sunrise. Sementara beberapa teman berhasil mengabadikan momen indah tersebut. Tapi ini juga bisa menjadi satu alasan untuk kembali ke tempat ini karena belum pernah melihat sunrise :)
Setelah sarapan kami melakukan kembali sesi fun dive. Kali ini lebih dalam yaitu 18 meter. Dan pemandangannya pun lebih menakjubkan. Tumbuhan laut semakin beragam. Demikian pula dengan ikan-ikannya. Dan saya menemukan ikan badut atau lebih dikenal sebagai nemo. Yeah I'm finding Nemo! Bahkan mendapat bonus menemukan teman bapaknya nemo yaitu Dori. Bisa jadi sutradara film tersebut diving disini kali ya karena ikan-ikan yang ada dalam filmnya ada disini semua termasuk kura-kura yang kami temukan kemarin.
Kembali kami diliputi perasaan lupa daratan. Kali ini bahkan jarum penunjuk oksigen bukan di angka 50 lagi, tapi sudah mendekati angka 0. Saya perlihatkan kepada instruktur dan dia segera memberikan kode jempol ke atas seperti like di Facebook yang artinya harus segera naik ke permukaan. Setelah istirahat 30 menit kembali dilakukuan penyelaman ke-2. Kali ini ke sebelah kiri pulau yang menyajikan keindahan yang tidak begitu jauh berbeda.
Dan akhirnya setelah puas, benar-benar puas melakukan 4 kali penyelaman selama 2 hari, akhirnya harus diakhiri juga. Awalnya banyak peserta khawatir apakah bisa melakukan diving dengan baik, namun setelah melakukannya mereka mulai ketagihan. Sudah ada semacam obrolan, "Jadi kapan kita diving lagi?" "Ke Pulau Pramuka aja yuk?" "Eh katanya Pula Sepa juga bagus lho?" Bahkan Bang Jhon menawarkan untuk naik tingkat menjadi seorang Advance Diver.
Obrolan di resto sambil santap siang lebih seru lagi. "Ternyata keindahan bawah laut di Kepulauan Seribu tidak kalah ya dengan tempat lain." Ada lagi yang menyahut, "Sumpah, ini serasa bukan di Jakarta!" Ada juga yang mengatakan, "...bisa jadi mereka yang pergi jauh-jauh cuma mengejar gengsi aja, padahal di Kepulauan Seribu juga bagus..". "Bisa jadi..." yang lain menimpali.
Kehadiran biawak di restoran mengagetkan beberapa wisatawan |
Tiba-tiba kita dikagetkan oleh kehadiran binatang yang menyerupai komodo masuk ke area restoran dan menjadi pemandangan unik. Beberapa teman mulai mengeluarkan kameranya untuk mengabadikan peristiwa langka tersebut. "Nggak usah jauh-jauh ke Pulau Komodo ya di Pulau Kotok juga ada...:" teman-teman lain langsung tertawa. Binatang tadi adalah seekor biawak yang sudah jinak dan biasa masuk ke resto jika ada tamu yang datang. Mungkin mau mengucapkan selamat datang :)
Speedboat yang menjemput dan mengantar kami dari Pantai Marina |
Tanpa terasa waktu berjalan begitu cepat dan kita harus segera kembali ke Pantai Marina, Ancol. Dua hari satu malam rasanya kurang cukup untuk trip seperti ini. Masih kuraaaang lamaaa. Namun waktu jugalah yang memisahkan. Tentu perjalanan yang seru ini tidak akan mudah terlupakan. Mesin sudah dinyalakan, kami semua sudah duduk di kursi masing-masing. Anak-anak pantai yang menyambut kami kemarin antusias melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan. Padahal baru dua hari bertemu tapi rasanya sudah seperti teman lama. Ya itulah jika suatu hubungan dilandasi oleh hati yang tulus. Lambat laut kapal mulai meninggalkan dermaga. Meninggalkan Pulau Kotok yang indah yang lambat laun menjadi mengecil dan hilang ditelan cakrawala. Guncangan ombak tidak kami hiraukan karena kami semua sudah terlelap dalam mimpi indah. Ya mimpi agar suatu saat bisa kembali ke Kepulauan Seribu dan mengunjungi pulau-pulau indah lainnya yang belum dikunjungi.
Foto bersama sebelum meninggalkan Pulau Kotok |
Foto bersama Bang Jhon, Course Director NAUI, setibanya di Pantai Marina |
#EnjoyJakarta