tag:blogger.com,1999:blog-18708263882966396482024-02-20T01:06:07.454+07:00Travelopedia IndonesiaHarrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.comBlogger92125tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-65771676944504507282019-02-25T11:48:00.000+07:002019-02-25T12:03:15.800+07:00Tebing Koja by Mer Dha<blockquote class="tr_bq" style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<i>Sebetulnya saya ga ada rencana mau ke tempat ini. Tujuan saya sih cuma liat-liat Stasiun Cisauk aja, trus kembali pulang. Nah saya sempet liat ada postingan teman tentang Tebing Koja, dan iseng saya coba cek di Google Map ternyata lokasinya masih di sekitar Tangerang tapi berbatasan dengan Kab. Lebak. - <a href="https://www.facebook.com/merdha" target="_blank">Mer Dha</a></i></blockquote>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNOMdK-Y1S7btTzQzJcF0fvpCzNjviFCBL6JeVI4qh5yux468-1fDDBe5l_VQtw4fUItjPSaUkU8ASWwsDDVXj4Zh9BGSBK6WtX1Xj6XbcxYJ-aRbZE9am2N2vEHvK8sYXAfv43e3pZv8/s1600/Tebing+Koja+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="719" data-original-width="1280" height="358" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNOMdK-Y1S7btTzQzJcF0fvpCzNjviFCBL6JeVI4qh5yux468-1fDDBe5l_VQtw4fUItjPSaUkU8ASWwsDDVXj4Zh9BGSBK6WtX1Xj6XbcxYJ-aRbZE9am2N2vEHvK8sYXAfv43e3pZv8/s640/Tebing+Koja+3.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Saya cek stasiun terdekat dengan lokasi Tebing Koja tersebut adalah Stasiun Maja. Mumpung masih di wilayah Tangerang, saya langsung aja cusss melanjutkan perjalanan naik kereta ke Stasiun Maja dengan waktu tempuh 45 menit melalui 7 Stasiun. Ternyata Stasiun Maja juga lumayan bagus dan bersih, pokoknya keren lah.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Keluar dari stasiun saya disambut layaknya tamu kehormatan oleh orang-orang di luar stasiun. Mereka berteriak antusias kepada saya : "Ojek pak... Ojeknya Pak.". Bangga... Terharu... karena disambut di daerah yang belum saya kenal. Hehehe...</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Pilihan untuk ke lokasi yang paling mudah dan cepat adalah menggunakan Ojek. Cuma di sana belum ada Ojek Onlen, jadi masih menggunakan ojek konvensional. Saya naik ojek ke lokasi ditempuh selama 30 menit dengan ongkos 25 ribu sekali jalan. Ternyata Stasiun Maja itu masuk ke wilayah Kabuaten Lebak, sedangkan Tebing Koja berada di wilayah Kabupaten Tangerang, tepatnya Desa Cikuya, Kecamatan Solear, Kabupaten Tangerang.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Jadi perjalanan saya dengan ojek melintasi perbatasan kabupaten di sebuah jembatan yang melintasi Sungai Panunggulan (menurut si mamang ojeknya), cek video. Kemudian masuk ke jalan kampung yaitu Desa Gegunungan.Ada 3 Desa yang saya lalui, kenapa saya tau lewati 3 desa? Karena ciri khas batas desa itu adalah ada 10-15 meter jalanan yang tidak dicor. Biasalah, klu di border line suka ga jelas urusannya. Btw, jalanan desanya ok lho... dicor semua, padahal dipelosok. Kata mamang ojeknya sudah hampir setahun dicor menggunakan dana desa. Wuiiih mantap lah, pembangunan merata sampe desa.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Akhirnya saya sampe lokasi, tempat parkirannya sih lumayan cukup luas. Selanjutnya saya masuk ke lokasi dengan membayar tiket sebesar 5 ribu saja. Kita jalan 50 meter dah sampe di titik atau spot foto. Di spot foto ada warung dan saya berkenalan dengan pemiliknya yaitu Kang Yudi, dan akhirnya dia banyak bantu saya foto-foto. Bagus-bagus hasil foto nya, karena mungkin sudah terbiasa bantu foto tamu-tamu yang datang.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTN_pCK3mRGTsKcv44VXJe781tTTP6DQK1gZvHdRT0Y9eSY5eLAvmUmGz4cAjC1dHDl7az9_gsaiqVRd0FGUh3RGbfRwhX4ZFtYjsErpq10s5dnFt9vd7gXZKaxuOaJ1rmQz1AOqyifyA/s1600/Tebing+Koja+2.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="462" data-original-width="917" height="322" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTN_pCK3mRGTsKcv44VXJe781tTTP6DQK1gZvHdRT0Y9eSY5eLAvmUmGz4cAjC1dHDl7az9_gsaiqVRd0FGUh3RGbfRwhX4ZFtYjsErpq10s5dnFt9vd7gXZKaxuOaJ1rmQz1AOqyifyA/s640/Tebing+Koja+2.JPG" width="640" /></a></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Untuk ke lokasi ini menggunakan mobil, bisa melalui Tol Jakarta-Merak dan keluar di Balaraja. Kemudian melanjutkan perjalanan ke arah Cisoka atau Maja. Sebelum SMP 2 Solear ada pertigaan dan belok ke arah kanan, kemudian luruuuus aja ikutin jalan sambil tanya-tanya ama warga setempat biar ga nyasar. Jalannya coran tapi cukup satu mobil, jadi klu ada mobil dari arah depan bisa dicari ruang yang agak besar untuk melipir.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Oya, sebelum Tebing Koja ada obyek wisata kecil dan buatan yaitu Rumah Liliput (maaf ga sempat kefoto). Sering dimanfaatkan untuk foto-foto juga termasuk foto prewed.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Nanti kalau ke sana, cobain naik perahu (bayar lagi) dan foto di spot-spot yang lain, terutama di bagian bawah. Disarankan datang ke sana hari biasa karena ga rame, nah klu wiken disarankan Sabtu pagi, karena siang dikit dah rame. Klu Minggu apalagi, ramae banget.</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Dah gitu aja...</div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; color: #1d2129; font-family: Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; margin-bottom: 6px; margin-top: 6px;">
Photo and content by <b>Mer Dha</b></div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-65449562209888567522017-12-24T09:57:00.000+07:002017-12-24T09:57:24.396+07:00Mendaki Gunung Sumbing via Garung<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ29MgYmaQ-NOFWbo455eziauvJRtEkz1KCLx-9t235T0VScjN_cQSXiOh31Szd21CRuKtzK8-vPoO5_jfgFIvjIrAIWn2DrGGoCqxfzSDVeFKVBWSm0Of_ivNKDwPPitXMOxvlM_uidY/s1600/Sumbing.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="200" data-original-width="640" height="125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ29MgYmaQ-NOFWbo455eziauvJRtEkz1KCLx-9t235T0VScjN_cQSXiOh31Szd21CRuKtzK8-vPoO5_jfgFIvjIrAIWn2DrGGoCqxfzSDVeFKVBWSm0Of_ivNKDwPPitXMOxvlM_uidY/s400/Sumbing.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;">Gunung Sumbing adalah gunung api dengan tinggi 3.371 Mdpl, merupakan gunung tertinggi ke tiga di pulau Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. </span><span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;">Gunung ini memiliki 2 puncak yaitu Puncak Buntu (3362 Mdpl), dan Puncak Sejati (3371 Mdpl). </span><span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;">Dari puncaknya bisa melihat hampir seluruh gunung di Jawa Tengah mulai dari gunung Sindoro, Slamet, Merapi, Merbabu, Prau, Lawu, Ungaran, Telomoyo hingga Andong.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;">Gunung Sumbing terletak di tiga kabupaten Jawa Tengah yaitu kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo, bersandingan dengan Gunung Sindoro karena letaknya yang berdekatan dan sering disebut dengan gunung kembar. </span><span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;">Terdapat tiga jalur untuk mencapai puncak Gunung Sumbing, yaitu Jalur Cepit Parakan, Jalur Bowongso, Jalur Kaliangkrik, Jalur Banaran, dan Jalur via Garung.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #363636; font-family: Arial, Tahoma, Helvetica, FreeSans, sans-serif; font-size: 14px;"><a href="http://adventuresenja.blogspot.co.id/2017/09/pendakian-gunung-sumbing-via-garung.html#more" target="_blank"><b>Read More</b></a></span>Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-54597885713146599012017-12-19T19:06:00.002+07:002017-12-19T19:06:43.776+07:00Menemukan "Bozem" di Hutan Kota Malabar <div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Jika berkunjung ke Kota Malang, sempatkan untuk singgah di Hutan kota Malabar, yang terletak di wilayah Kelurahan Oro-oro Dowo Kecamatan Klojen. Dijamin betah deh berlama-lama di hutan kota yang memiliki luas 16.178 m2 itu.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ__aChv6q4krlq60_u8ZJXeNQbkhmt5kJDG8LeN9BGZtNii647gqvcy18RFODdgDNClsOSplPkS_TFDa1AdaOr2TnEytG63rVTK57zmowU9WxZqy2gA-h9AbV92BCO6o91GpNdFxt2vg/s1600/Malabar.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="415" data-original-width="599" height="221" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ__aChv6q4krlq60_u8ZJXeNQbkhmt5kJDG8LeN9BGZtNii647gqvcy18RFODdgDNClsOSplPkS_TFDa1AdaOr2TnEytG63rVTK57zmowU9WxZqy2gA-h9AbV92BCO6o91GpNdFxt2vg/s320/Malabar.JPG" width="320" /></a></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Saat memasuki gerbang utama kita akan menemukan tulisan Otsuka di bagian depannya. Otsuka ini adalah perusahaan yang ikut memelihara dan merawat keberadaan Hutan Kota ini. Perusahaan yang memproduksi Pocari Sweat itu turut peduli dengan hutan yang juga berfungi sebagai resapan air itu.</div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Pada awalnya yaitu pada zaman Belanda adalah lahan kosong yang dimanfaatkan tempat bermain anak-anak dari kampung sekitar. Kemudian karena lokasinya berada di dataran rendah kemudian difungsikan sebagai sebagai resapan air. Saat kita masuk ke bagian dalamnya kita akan menemukan kolam yang disebut ”Bozem” yang berfungsi sebagai tampungan air dari wilayah sekitar. </div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Hampir semua lokasi ditumbuhi oleh pohon dan tanaman hutan, dan setiap pohon ada papan nama yang menjelaskan nama pohon termasuk bahasa latinnya. Penamaan dengan papan nama ini juga bagian dari bantuan dari Otsuka. Pada sisi timur, terdapat tanaman Cemara Angin yang apabila angin bertiup akan menimbulkan bunyi "desis", jadi jangan kaget saat duduk-duduk di sini tiba-tiba ada yang berbisik, sis,sis... itu hanya suara angin yang menerpa dedaunan. Sedangkan pada sisi barat terdapat satu jenis pohon Soga yang sampai detik ini masih tegak berdiri di area plasa l, selebihnya tanaman perdu dan hamparan rumput yang cukup instagramable untuk foto-foto. </div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Awalnya nama Hutan Kota Malabar adalah "Kebon Rodjo" atau ”Bon Rodjo". Hal tersebut dikarenakan sebagai tempat bermain bola dan lempar lembing oleh anak-anak di sekitar lokasi (apa hubungannya coba?). Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1999/2000, Pemerintah Kota Malang mulai membenahi lokasi ini dengan menambah pohon penghijauan sebanyak kurang lebih 500 bibit, terdiri antara lain pohon Bungur, Glodokan Lokal, Glodokan Tiang, Sono Kembang, Sengon Butho, dan Beringin. </div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Pada tahun 2013 Pemerintah Kota Malang mengukuhkan lokasi ini sebagai HUTAN KOTA MALABAR, sesuai nama lokasinya yaitu di Jalan Malabar, dengan Surat Keputusan Walikota Malang No. 220/2013. Tahun demi tahun penghijauan terus diupayakan dengan tujuan menambah rindang Ruang Terbuka Hijau, Fungsinya menjadi konservasi air, resapan air dan paru-paru kota. Selain itu juga menjadi sebagai penyeimbang lingkungan perkotaan, sekaligus sebagai tempat rekreasi yang menyegarkan. </div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
Hingga saat ini usaha penanaman pohon terus dilakukan baik oleh Pemerintah Kota Malang maupun peran serta masyarakat, Perguruan Tinggi dan swasta seperti perusahaan Otsuka tadi. Data terakhir jumlah pohon berkisar 1500 pohon yang tersebar merata di seluruh area. Cuma satu yang kurang yaitu tidak ada bunga-bunga yang berwarna warni di tempat ini. Mungkin jika ditanamkan akan menambah kecantikan hutan ini. </div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<div dir="ltr" style="background-color: white; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: small;">
<br /></div>
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-permalink="https://www.instagram.com/p/BcToJA9H9Po/" data-instgrm-version="8" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 50% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BcToJA9H9Po/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Berkunjung ke Hutan Kota Malabar di Kota Malang. Hutan ini berfungsi sebagai resapan air dan tempat bermain anak-anak. Pengelolaan Hutan seluas 1, 6 heater ini mendapat bantuan dari @pocariid #OtsukaSatuHati</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by <a href="https://www.instagram.com/harrismaul/" style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px;" target="_blank"> Harris Maulana</a> (@harrismaul) on <time datetime="2017-12-05T04:11:36+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Dec 4, 2017 at 8:11pm PST</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" defer="" src="//platform.instagram.com/en_US/embeds.js"></script>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-78272157786294129622017-10-17T11:42:00.000+07:002017-10-17T11:52:55.891+07:00Lapis Bogor Sangkuriang, Oleh Oleh Khas Kota Hujan<div class="MsoNormal">
Setiap daerah atau kota biasanya mempunyai oleh-oleh yang
khas untuk buah tangan. Tidak terkecuali dengan Bogor. Kalau dulu jika
mendengar orang berkunjung ke kota yang terkenal sebagai kota hujan itu
langsung terbersit oleh-oleh berupa talas. Karena di daerah ini terkenal dengan
tumbuhan bertunas dengan kualitas baik dan bentuknya yang besar.</div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Namun seiring dengan berjalannya waktu, oleh-oleh berupa
talas Bogor mulai tergerus oleh makanan </div>
<div class="MsoNormal">
atau kuliner khas lainnya yang mulai banyak
dicari orang seperti toge goreng, roti mini, asinan dan oleh-oleh lainnya. Ada
satu yang cukup menghebohkan kehadirannya di dunia peroleh-olehan yaitu
hadirnya Lapis Bogor Sangkuriang pada tahun 2011. <o:p></o:p></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
Lapis Bogor Sangkuriang hadir sebagai makanan khas Bogor
yang langsung digemari karena bahan bakunya terbuat dari tepung talas, yang
juga merupakan makanan khas Bogor era sebelumnya. Cemilan Bogor ini menjadi
favorit karena rasanya cocok untuk selera orang Indonesia dan juga praktis
dalam penyajian. Tinggal beli, potong dan dapat langsung dihidangkan. Hingga
datang suatu masa kalau orang jalan-jalan ke Bogor pasti beli oleh-olehnya
Lapis Bogor Sangkuriang ini.<o:p></o:p></div>
<br />
<div class="MsoNormal">
Seiring dengan banyaknya permintaan akan oleh-oleh khas
Bogor ini, maka berlaku juga hukum ekonomi tentang supply and demand. Beberapa
merek bermunculan dengan menggunakan Lapis Talas sebagai bahan bakunya. Beberapa
pembeli ada yang terkecoh dengan hadirnya produk sejenis, namun bagi pelanggan
yang sudah merasakan perbedaan rasa tentu tidak akan tergoda, walau harga yang
ditawarkan lebih murah. Padahal dari segi hargapun Lapis Talas yang asli dijual
dengan harga terjangkau.<o:p></o:p><br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifWL28DbaOYlXkPO1n7C3MYbYvoytroGRk-MFQH1A0rX1bhWAKK3cdXGs3qPU4psnhriG5WqLs1kIpSCf8VISK8hXeSEo4wwiE3m4RUQgwz5nwpR4EiBxNaYDiQf0_CPRcqmMj9Wb541A/s1600/P_20171015_171545.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifWL28DbaOYlXkPO1n7C3MYbYvoytroGRk-MFQH1A0rX1bhWAKK3cdXGs3qPU4psnhriG5WqLs1kIpSCf8VISK8hXeSEo4wwiE3m4RUQgwz5nwpR4EiBxNaYDiQf0_CPRcqmMj9Wb541A/s320/P_20171015_171545.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Harga Lapis Bogor dengan berbagai varian rasa</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-version="7" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 50.0% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BaSgAYrh7vu/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Setiap daerah atau kota mempunyai ciri khas oleh-oleh cemilan atau makanan khas. Tidak terkecuali Kota Bogor. Beberapa tahun terakhir ini yang sedang digemari adalah @lapisbogor Tapi jangan salah, banyak kue lapis Bogor yang terbuat dari tepung talas itu beredar, tapi yang pertama dan terbesar adalah merk Sangkuriang. #OlehOleh #Cemilan #Bogor #TravelopediaID</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by Travelopedia_ID (@travelopedia_id) on <time datetime="2017-10-16T00:38:30+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Oct 15, 2017 at 5:38pm PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" defer="" src="//platform.instagram.com/en_US/embeds.js"></script>
<br />
<br />
Lapis Bogor Sangkuriang hadir dengan rasa dan varian yang beragam. Favoritnya adalah original keju. Namun ada juga varian lain dapat dicoba yaitu : original extra cheese, full talas keju, brownies keju, coco pandan keju, strawberry keju, chocovila, dan teh hijau keju.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn5ae6v4tX7t12Jdn5OuynqUCkxXGD83dlm4PgA88FBPMFhWxMjJ8kI-XFIJog8GDzD6w2NqobSu_o6Hkxwu60A0IcssgEoPnR8_sNlgs18loIRLdS4ASYq1mYJ4wPeoGHE2Rj_MQ0-Dw/s1600/P_20171015_170916.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1600" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhn5ae6v4tX7t12Jdn5OuynqUCkxXGD83dlm4PgA88FBPMFhWxMjJ8kI-XFIJog8GDzD6w2NqobSu_o6Hkxwu60A0IcssgEoPnR8_sNlgs18loIRLdS4ASYq1mYJ4wPeoGHE2Rj_MQ0-Dw/s320/P_20171015_170916.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Rasa original keju yang menjadi favorit konsumen<br />
<br />
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
Saat ini cukup banyak tersedia outlet yang menjual Lapis Bogor Sangkuriang. Selain di Jalan Sholeh Iskandar, juga tersedia di Jalan Pajajaran hingga Cibinong. Selain itu tersedia juga di reseller yang tersebar di wilayah Bogor.<br />
<br />
Kalau malas mengunjungi outlet-outlet tersebut karena macet atau antri, kita juga bisa memanfaatkan layanan go-food. Tinggal pesan dari aplikasi Go-jek kita tinggal klik kue mana yang akan dipesan. Praktis kan.<br />
<br />
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<iframe allowfullscreen="" frameborder="0" height="315" src="https://www.youtube.com/embed/bwevAWAkMzU" width="560"></iframe>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-59227378859164333802017-09-22T22:37:00.000+07:002017-09-22T22:37:02.210+07:00Tiga Hari di Medan, Kemana aja?Mendapat kesempatan kembali ke Kota Medan langsung membuat jadwal ke tempat-tempat yang belum sempat dikunjungi sebelumnya. Disela-sela tugas kantor yang cukup padat merayap, disempetin aja untuk mencicipi beberapa kuliner khas Medan.<br />
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-version="7" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 37.592592592592595% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BZPtd4nHvIu/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Good morning from @grandastoncityhallmedan</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by Harris Maulana (@harrismaul) on <time datetime="2017-09-20T02:07:00+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Sep 19, 2017 at 7:07pm PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" defer="" src="//platform.instagram.com/en_US/embeds.js"></script>
<br />
<br />
Kebetulan kita menginap di Hotel yang berada di tengah kota yaitu Grand Aston City Hall. Lokasinya persis di depan Merdeka Walk, sentra kuliner yang selalu ramai menjelang malam. Dan saat siang sesaat setelah tiba kita langsung ke Merdeka Walk sebelum check-in. Setelah putar-putar dan membuat semakin lapar akhirnya kita memutuskan untuk makan di McDonalds. Sebuah pilihan yang absurd. Di Jakarta dan Bogor juga banyak atuh kang, gak bosan? Pengen nyobain Mekdi dengan ayam dari Medan alasannya :)<br />
<br />
Setelah check-in dan istirahat sejenak di hotel yang di bagian depannya memang ada bangunan cagar budaya kantor balai kota Medan jaman dulu, malamnya kami memutuskan untuk kulineran di sekitar kota. Pilihannya jatuh ke Mie Ayam Akong & Acim yang terletak di perempatan Jalan Perniagaan Medan Barat.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIeGMoG3Qcm4ONytKC-NXaq-g1beEqw0dppqYH5Joh0QaI3dV9KgRDl6d9J4UTLufXKTU57r1PNgCtCSQowCID12vwc1-TLVhcBQ91qHfq1uM8NUQeEW_UBLaT818hWpW8_fxcgHv3O7E/s1600/Mie+Ayam+Medan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgIeGMoG3Qcm4ONytKC-NXaq-g1beEqw0dppqYH5Joh0QaI3dV9KgRDl6d9J4UTLufXKTU57r1PNgCtCSQowCID12vwc1-TLVhcBQ91qHfq1uM8NUQeEW_UBLaT818hWpW8_fxcgHv3O7E/s400/Mie+Ayam+Medan.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifwfaaIP_VzLkDvVXbDosx3yYLVl1Sj1PZ2ILud_x4ZPkpp9widhTC8mdhHxOjw8-QgxLYyKokYY2LH9ZCCFKCMpVUkepxHCRdPPBibbGFf2FkcPyR9cJp2ePzwms6gDqrKWYB04Dd2F0/s1600/Mie+Ayam+Medan+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifwfaaIP_VzLkDvVXbDosx3yYLVl1Sj1PZ2ILud_x4ZPkpp9widhTC8mdhHxOjw8-QgxLYyKokYY2LH9ZCCFKCMpVUkepxHCRdPPBibbGFf2FkcPyR9cJp2ePzwms6gDqrKWYB04Dd2F0/s400/Mie+Ayam+Medan+2.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Walaupun pemiliknya Tionghoa namun makanan ini halal. Mie ayam ini termasuk legendaris karena sudah puluhan tahun berjualan dan anak-anaknya sudah bersekolah di luar negeri (apa hubungannya ya?). Untuk melengkapi kenikmatan kita dapat memesan minuman lokal jenis soda dengan merek Badak buatan Siantar.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEGu83YhT7B3Xk_rVaF210He41fNmbqFFTptYtAgwqxAy29P_Daq-Cd_2tqE-lwn9gKPZF_XPVz_mUoQKjJvoR6gdfdpFCYaZvPMW6Kg_j0CC1AuG0jb3pAua3wph19N0N1EHbn6jYXrI/s1600/Minuman+Badak.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="675" data-original-width="1200" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEGu83YhT7B3Xk_rVaF210He41fNmbqFFTptYtAgwqxAy29P_Daq-Cd_2tqE-lwn9gKPZF_XPVz_mUoQKjJvoR6gdfdpFCYaZvPMW6Kg_j0CC1AuG0jb3pAua3wph19N0N1EHbn6jYXrI/s400/Minuman+Badak.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Rencananya setelah makan mie ayam kita mau langsung ke hotel untuk mempersiapkan acara besok. Namun karena masih ada sisa-sisa ruang kosong di bagian perut, kita sepakat untuk makan duren di mana lagi kalo bukan di Ucok Durian. Tahun lalu sempat ke tempat ini juga dan sekarang tempatnya semakin ramai. Durennya makin banyak dan harganya juga sudah hampir sama dengan harga Jakarta. Tapi kalo soal rasa, kalo kata orang sunda mah "moal gagal" artinya nggak akan gagal rasanya pasti manis dan mantap. Kita tinggal bilang mau rasa yang manis atau manis-pahit. Kalo manis yang biasa, tapi kalo manis-pahit rasanya agak strong dan cepat naik. Untuk ukutan kecil harganya Rp 50.000 per butir. Malam itu kami hanya menghabiskan 2 butir untuk 4 orang (1 orang nggak makan, 2 orang makan dikit, 1 orang makan banyak)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOyRzMhZRjgbciC2JRP76EbJAkjGfoLh0motxIvAM2HRrrmCg7NKos_wDAU9dKwM50v_LsJUi251bYsbzpqboBg4c_AHUuQQR5PLmcyvtriFx01VGgRnqNdaNT8SkbuGa-UwB-cM0T1H0/s1600/Ucok+Durian.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="900" data-original-width="1200" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOyRzMhZRjgbciC2JRP76EbJAkjGfoLh0motxIvAM2HRrrmCg7NKos_wDAU9dKwM50v_LsJUi251bYsbzpqboBg4c_AHUuQQR5PLmcyvtriFx01VGgRnqNdaNT8SkbuGa-UwB-cM0T1H0/s400/Ucok+Durian.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Hari kedua kami awali dengan sarapan di hotel. Ternyata nemu juga kuliner khas Medan yaitu Lontong Kari Medan berjajar dengan makanan seperti roti, bubur, nasi, kentang yang sebagian resep dari luar negeri. Saya memilih Lontong Kari dengan topping teri kacang, abon sapi dan tauco serta kerupuk khasnya yang berwarna merah. Kalau tidak ada jadwal acara rasanya bakal berlama-lama di resto ini sampai jam 10 saat closing.<br />
<br />
Saat siang setelah tugas selesai, selanjutnya kami meneruskan wisata kuliner di kota yang terkenal dengan Bika Ambon-nya itu. Destinasi pertama ada Restoran Tip Top. Restoran ini juga merupakan restoran legendaris yang dibangun sejak tahun 1938. Jadi Tip Top ini pernah disinggahi oleh tentara Belanda, Jepang dan tentara nasional untuk sekedar ngopi-ngopi dan makan es krim.<br />
<br />
Rekomendasinya es krim dan kue. Semua bahan yang digunakan masih persis seperti jaman dulu, termasuk membakarnya dengan menggunakan kayu arang (untuk kue ya bukan es krim). Sementara saya pesan kopi susu Sidikalang. Awalnya saat icip-icip terasa pahit arabica-nya. Namun lama-lama menjadi agak manis. Kok unik ya. Lalu diseruput sampai hampir habis terlihat ada cairan putih ternyata susu kental. Ternyata kopinya belum diaduk pembaca.<br />
<br />
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-version="7" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 50.0% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BZQEsAanWkk/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Kemaren nyobain kopi susu di Tip Top, resto legendaris di Medan. Katanya kopi Sidikaling. Rasanya awalnya agak pahit. Tapi lama2 tambah manis, sampai terlihat susu kentalnya masih di dasar cangkir. Ternyata belum diaduk.</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by Harris Maulana (@harrismaul) on <time datetime="2017-09-20T05:29:54+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Sep 19, 2017 at 10:29pm PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" defer="" src="//platform.instagram.com/en_US/embeds.js"></script>
Sebelum balik ke hotel, lagi-lagi kami mampir dulu ke tempat kuliner yaitu Bolu Meranti dan Risol Gogo. Kedua tempat itu memang gak ada matinya. Saat ke sana antrian cukup padat merayap. Kami hanya pesan untuk diambil besok pagi agar masih terasa fresh.<br />
<br />
Setelah leyeh-leyeh dan membuat report, malamnya kami kembali kulineran lagi. Kali ini tempat yang dikunjungi adalah Restoran Garuda. Restoran ini legendaris juga dengan menu khas kepala kakap. Namun malam itu kami hanya pesan ayam pop yang enaknya gak kalah juga. Restoran Garuda ada beberapa cabang di Medan dan ternyata di Jakarta ada cabangnya juga di Jalan Sabang.<br />
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-version="7" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 46.38888888888889% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BZOX4j-nCMC/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Mari makan apa. #kuliner #Medan</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by Harris Maulana (@harrismaul) on <time datetime="2017-09-19T13:39:10+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Sep 19, 2017 at 6:39am PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<br />
Masih belum puas, kami lanjutkan dengan makan kerang di pinggir jalan. Kerangnya ternyata masih fresh banget terbukti masih pada idup. Beberapa teman malah ada yang nambah. Saya sih cukup satu porsi ditutup dengan teh tarik dingin.<br />
<br />
Selanjutnya kami kembali ke Ucok Durian lagi. Bukan, bukan untuk makan lagi. Tapi kami pesan untuk dibungkus dan dibawa esok pagi untuk dibawa ke Jakarta. Jadi mereka juga terima take away. Pesan sesuai selera, rata-rata menggunakan wadah ukuran sedang dengan harga berkisar Rp 100.000 - Rp 250.000.- Mereka akan tutup rapat dengan menggunakan lakban dengan sangat rapat, karena takut tercium saat di pesawat. Dan ingat, paket durian ini tidak boleh dibawa ke kabin, harus masuk bagasi. (Terbukti saat kami pulang, di kabin pesawat tercium bau durian, petugas langsung mengendus setiap bungkusan mencurigakan, dan menemukan pancake durian dan terpaksa harus disita). Jadi sepertinya satu lakban bisa dihabiskan hanya 2-3 paket, saking rapetnya. (Saat bongkar oleh-oleh dirumahpun, orang rumah bilang, "ini ngebuka bungkusnya lebih susah dibanding buka durennya langsung.")<br />
<br />
<br />
<br />
Hari terakhir diawali dengan malas-malasan di tempat tidur yang sangat posesif. Angka sudah menunjukkan jam 9 lebih, satu jam lagi breakfast tutup. Buru-buru kami turun makan sambil masih bercelana pendek dan belum mandi. Late check-out jam 1 siang sambil mikir mau ke mana lagi sambil nunggu terbang jam 7 malam nanti. Akhirnya diputuskan makan siang dulu terus mampir ke Istana Maimun. Sebuah Istana peninggalan Kesultanan Deli.<br />
<br />
Keunikan dari Istana Maimun yang dibangun pada tahun 1888 ini adalah arsiteknya yang merupakan akulturasi dari budaya Melayu dan Islam, termasuk unsur seni dari negara Italia, India dan Spanyol. Untuk masuk kita dikenakan tiket sebesar Rp.5.000,- kita bisa masuk dan berkeliling seluruh istana. Kita juga ditawarkan untuk menyewa baju adat dan dapat berfoto di mana saja. Awalnya nggak ngeh, kirain yang pake baju adat itu orang-orang yang ditugaskan di sana. Jadi saat ada mbak-mbak yang pake baju adat saya minta dia bergaya di depan salah satu area. Mbaknya hanya senyum-senyum aja. Baru nyadar setelah temannya yang fotoin dia bergaya. Jadi malu sendiri. Untung bukan inang-inang yang aku suruh begaya, bisa dilempar awak ini.<br />
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-version="7" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 28.14814814814815% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BZQSTt5Hsb-/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Istana Maimun adalah istana Kesultanan Deli yang merupakan salah satu ikon kota Medan, Sumatera Utara, terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Kelurahan Sukaraja, Kecamatan Medan Maimun. Didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Sultan Mahmud Al Rasyid. Pembangunan istana ini dimulai dari 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Istana Maimun memiliki luas sebesar 2.772 m2 dan 30 ruangan. Istana Maimun terdiri dari 2 lantai dan memiliki 3 bagian yaitu bangunan induk, bangunan sayap kiri dan bangunan sayap kanan. Bangunan istana ini menghadap ke utara dan pada sisi depan terdapat bangunan Masjid Al-Mashun atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Raya Medan. Istana Maimun menjadi tujuan wisata bukan hanya karena usianya yang tua, namun juga desain interiornya yang unik, memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu, dengan gaya Islam, Spanyol, India dan Italia. (Sumber info : Wikipedia)</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A post shared by Harris Maulana (@harrismaul) on <time datetime="2017-09-20T07:28:56+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Sep 20, 2017 at 12:28am PDT</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" defer="" src="//platform.instagram.com/en_US/embeds.js"></script>
<br />
<br />
Setelah puas keliling Istana Maimun, kami memutuskan untuk segera ke Bandara Kuala Namu. Sebenernya sih pengen nyobain naik kereta bandara yang keren itu, tapi karena sudah menyewa mobil untuk tiga hari full service dengan terpaksa ditunda lagi naik keretanya. Semoga suatu saat bisa kembali dan mencoba keretanya.<br />
<br />
Tiba di bandara masih 3 jam lagi untuk boarding. Beruntung di bandara ini ada yang namanya Rest Area. Di tempat ini kita bisa tidur-tiduran karena ada kursi yang memanjang berderet bisa untuk rebahan. Jadi kalo mau nginep juga sepertinya bisa, dengan catatan siapa cepat dia dapat. Lalu ada free internet plus komputernya. Kebetulan hari itu ada deadline satu postingan dan masih sempat dibuat di tempat itu. Tapi inget jangan lupa logout ya. Selain itu ada juga colokan listrik untuk nge-charge yang sekarang menjadi kebutuhan pokok para traveler (sandang - pangan - casan).<br />
<br />
Dan akhirnya, saat boarding telah tiba. Duduk manis di 45K (window), siap-siap terbang kembali ke Jakarta. Rasa kantuk mendadak hilang. Akhirnya memilih nonton film "The Accountant"nya Ben Affleck yang belum sempet ditonton saat di bioskop. Ternyata seru juga ya. Walau cuaca agak buruk gak keganggu karena anteng nonton film ini. Saat ditawari makan, akhirnya luluh juga karena laper. Lalu lanjut nonton lagi. Dan ajaibnya film ini selesai saat pas landing di Soekarno Hatta Airport.<br />
<br />
Selesai sudah perjalanan kali ini yang lebih banyak wisata kulinernya ya dibanding wisata lainnya. *brb cek bagasi*<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<br />Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-52461018139092584542017-02-22T07:45:00.000+07:002017-02-22T09:45:11.998+07:00Islands Hopping at Belitung by Chichi Utami<blockquote class="tr_bq" style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><i>"Kalau gosip di lambeturah itu selalu ada aja yang baru walaupun orangnya itu-itu saja, di Indonesia juga tiba-tiba ada aja lokasi baru buat di-eksplore. Ngga habis-habis, bahkan untuk tempat yang sudah pernah didatangi sampai dua-tiga kali. Menyenangkan!"- </i><a href="http://www.chichiutami.com/" target="_blank">Chichi Utami</a></span></blockquote>
<div>
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_utZNngl-LgJUSkl4Y_v2LN533aiCmzE10M1FH8XyqpoGT9vYAH8d0sUHlHKxa5G4rQ6kfACMNxk4nk3E3nx6VQ_sm2oH8DqRyy12eEJswTemEbAqr3QA1r7YHYZBKVnPrZuhT4ysa1Q/s1600/img_4226.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_utZNngl-LgJUSkl4Y_v2LN533aiCmzE10M1FH8XyqpoGT9vYAH8d0sUHlHKxa5G4rQ6kfACMNxk4nk3E3nx6VQ_sm2oH8DqRyy12eEJswTemEbAqr3QA1r7YHYZBKVnPrZuhT4ysa1Q/s640/img_4226.png" width="640" /></a></div>
<div>
<br /></div>
<div>
<span style="background-color: white;">Mau ngapain weekend ini? Islands hopping di Belitung gimana?</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span>
<span style="background-color: white;">Kalau lagi cuaca bagus, “lompat-lompat” antar pulau-pulau kecil di seputaran pulau Belitung ini adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Kalau cuaca mendung, biasa-biasanya perahu-perahu yang digunakan untuk kegiatan “lompat-lompat” ini ngga mau jalan. Dari pada kenapa-kenapa kan. Masalahnya cuaca bagus atau ngga ini kayaknya tergantung amal dan ibadah masing-masing. Hehe. Hehe. Ngga ding. 😜</span><br />
<span style="background-color: white;"><br /></span>
<span style="background-color: white;">Menurut lokal guide waktu saya ke sana kemarin, kalau memang mau islands hopping paling aman datang ke Belitung adalah antara bulan Maret sampai dengan bulan September. Di luar itu, cuaca biasanya ngga stabil. Jadi kadang bisa berangkat kadang ngga. Saya kemarin ke Belitung bulan Oktober dan beruntung bisa berangkat islands hopping. 😁</span><br />
<br />
<a href="https://chichiutami.com/2017/02/21/jalan-jalan-belitung-islands-hopping/" style="background-color: white; font-family: karla, sans-serif; font-size: 15px;" target="_blank">Baca Selengkapnya</a></div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0Belitung, Bangka Belitung Islands, Indonesia-2.8708938 107.95318359999999-3.8857753 106.66229009999999 -1.8560123000000002 109.24407709999998tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-10283126522353513602017-02-19T10:57:00.000+07:002017-02-20T16:09:00.900+07:00Mengunjungi Tugu Perbatasan RI di Sabang dan Merauke by Arievrahman<div style="background-color: white; border: 0px; font-stretch: inherit; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<blockquote class="tr_bq">
<span style="color: #131313; font-family: "droid" serif , "georgia" , "times new roman" , "times" , serif;"><span style="font-size: large;"><i>"Indonesia, dengan ribuan pulau dan jutaan keindahannya, adalah sebuah negara yang tak akan habis dijelajahi seumur hidup. Kalau bukan sekarang, lalu kapan lagi? "- </i><a href="http://www.backpackstory.me/">Arievrahman</a></span></span></blockquote>
</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: 13.008px;">Legenda mengatakan, ada sepasang tugu kembar di ujung-ujung Indonesia, yang satu di Sabang; satunya di Merauke, yang mana keduanya dipisahkan oleh ribuan pulau-pulau yang menyambung menjadi satu, Indonesia. Sabang terletak di ujung barat Indonesia pada provinsi Daerah Istimewa Aceh, sementara Merauke terletak di ujung timur Indonesia pada provinsi Daerah Khusus Papua. Dua daerah yang mengapit 32 provinsi lainnya di Indonesia</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: 13.008px; text-indent: 1.5em;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKCl3CwrN_CS62HetqX2o99Jp3tRSzxBdqhOfWfdWwbBBlgzkLyakupCcdagw_Xn3Osy_P_Yfg4g26nbhDw3rVHX5iOB8utFYN-92-H1VesWu6yd9e-ficqWSKaIHgfCtr4CYOja_e3Rk/s1600/dscf6617.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKCl3CwrN_CS62HetqX2o99Jp3tRSzxBdqhOfWfdWwbBBlgzkLyakupCcdagw_Xn3Osy_P_Yfg4g26nbhDw3rVHX5iOB8utFYN-92-H1VesWu6yd9e-ficqWSKaIHgfCtr4CYOja_e3Rk/s400/dscf6617.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="font-size: 13.008px; text-indent: 1.5em;"><br /></span>
<span style="font-size: 13.008px; text-indent: 1.5em;">Namun tak ada yang mengatakan, bahwa perjuangan untuk menemukan kedua tugu itu tak sesingkat lagu yang digubah oleh R. Suharjo, sebuah lagu perjuangan berjudul Dari Sabang sampai Merauke.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: 13.008px; text-indent: 1.5em;"><br /></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">
<span style="font-size: 13.008px; text-indent: 1.5em;"><a href="https://backpackstory.me/2014/10/31/saga-pencarian-tugu-kembaran-sabang-merauke/">Baca Selengkapnya</a></span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 1.5em; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #131313; font-family: "Droid Serif", Georgia, "Times New Roman", Times, serif; font-size: 13.008px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; hyphens: auto; line-height: inherit; padding: 0px; text-align: justify; text-indent: 1.5em; vertical-align: baseline;">
<br /></div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-88840974165137268042017-02-18T12:39:00.000+07:002017-02-20T11:12:46.186+07:00The Best of Flores by Barry Kusuma <blockquote class="tr_bq">
<span style="background-color: white; text-align: justify;"><span style="color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: large;"><i>"Indonesia itu ibarat kotak coklat yang isinya berbagai macam bentuk dan rasa, walaupun berbeda beda setiap destinasi di Indonesia punya kelebihan masing masing dan semuanya indah." </i><b><a href="http://www.alambudaya.com/">Barry Kusuma</a></b></span></span></blockquote>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: justify;">Flores adalah destinasi favorite saya, karena Flores punya satu paket lengkap keindahan alam maupun kekayaan budayanya yang sangat kental dan masih terjaga sampai saat ini. Buat kamu pencinta laut, kawasan Taman Nasional Komodo inilah gudangnya pantai pantai cantik dan undwerwaternya juara. Kalau kamu suka budaya, saya sarankan untuk landtrip dari Labuan Bajo sampai Larantuka dijamin bakal banyak nemuin budaya masyarakat Manggarai yang masih terjaga sampai saat ini.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: justify;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8f83rMyw32nOHk3xm7UAR28fo-Sf-KFIAkrBd2eG51fdnwt2neK2khCEKzuExg4upmObexatBJLX5XInjHMVgmSm5saAuWlwEEvoC9pt6_3fCyBlkYJgawqpZ4ouoL8JoNtUM6cZQQao/s1600/IMG_20161217_154449.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="208" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8f83rMyw32nOHk3xm7UAR28fo-Sf-KFIAkrBd2eG51fdnwt2neK2khCEKzuExg4upmObexatBJLX5XInjHMVgmSm5saAuWlwEEvoC9pt6_3fCyBlkYJgawqpZ4ouoL8JoNtUM6cZQQao/s400/IMG_20161217_154449.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #222222; font-family: "arial" , "tahoma" , "helvetica" , "freesans" , sans-serif; font-size: 15.84px; text-align: justify;"><a href="http://www.alambudaya.com/2016/12/the-best-of-flores-bikinkerenindonesia.html?m=1">Baca Selengkapnya</a></span>Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-74876078957805463212017-02-07T14:25:00.000+07:002017-02-07T17:50:07.261+07:00Sejarah yang Terlewatkan di Balik Cawan Monas<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisaUxJciG1i2eCBeVeFHz8pcldB9NcC4bCuaoTRni9JYLrRobY2cnURw5hDZX3DtHpv2n1W-R_eMVPMkXjI4bN-Z3tOr4JQf610296xEwn8os71b9l5NVS4nopnhYL0SpXEt-KJT1JloY/s1600/monas3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisaUxJciG1i2eCBeVeFHz8pcldB9NcC4bCuaoTRni9JYLrRobY2cnURw5hDZX3DtHpv2n1W-R_eMVPMkXjI4bN-Z3tOr4JQf610296xEwn8os71b9l5NVS4nopnhYL0SpXEt-KJT1JloY/s1600/monas3.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kunjungan terakhir berwisata ke kawasan Monumen Nasional atau kerap disebut Monas termasuk melihat museum di dalamnya ketika masih jaman SMA. Saat itu bersama dengan teman satu sekolah mengadakan darma wisata mengunjungi beberapa tempat wisata di kawasan Jakarta. Tidak banyak yang berubah dari isi Museum Sejarah Nasional tersebut. Di bagian bawah masih menyajikan diorama seputar sejarah terbentuknya NKRI mulai dari jaman pra sejarah, era kerajaan, jaman kemerdekaan, pemberontakan PKI hingga bergabungnya Irian Jaya ke pangkuan bumi pertiwi.</div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-nYD-bhojsq-6a9FuKC61eTeI7D5vAOvm4EBOHbslAX4XyShPyx9L_SmBeqddoKSVXLXTW5lMcV1lxI-B6I1V9U-RUOdaRN6nFStx4nPraRUCGwrCV0Pncsilpw8A9QsY34thc2VHZCM/s1600/monas10.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-nYD-bhojsq-6a9FuKC61eTeI7D5vAOvm4EBOHbslAX4XyShPyx9L_SmBeqddoKSVXLXTW5lMcV1lxI-B6I1V9U-RUOdaRN6nFStx4nPraRUCGwrCV0Pncsilpw8A9QsY34thc2VHZCM/s1600/monas10.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Diawali diorama tentang manusia Indonesia purba.</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwFgHGc3ITrcVvxz-Lz95dSti1JYQMarPvWuIjxMlx-5c-CQK_vjgbPGcwU4jhf-ETtEuS_vUgHaJ7pwxCRebiZ1CktWdAxaroLk9MNrbIK1mqtDgoYTb7On4HCG3WTrBqx3y9cUBDpIs/s1600/monas4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwFgHGc3ITrcVvxz-Lz95dSti1JYQMarPvWuIjxMlx-5c-CQK_vjgbPGcwU4jhf-ETtEuS_vUgHaJ7pwxCRebiZ1CktWdAxaroLk9MNrbIK1mqtDgoYTb7On4HCG3WTrBqx3y9cUBDpIs/s1600/monas4.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dan diakhiri diorama pembebasan Irian Barat. </td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td class="tr-caption"><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Namun ada satu episode sejarah NKRI yang terlewatkan, atau belum diupdate, yaitu peristiwa 98 yang berujung jatuhnya pemerintahan Soeharto pada waktu itu. Bagi yang mengalami peristiwa itu tentu tidak akan terlupakan dan berharap tidak terulang lagi. Diawali dengan berbagai demo yang diinisiasi oleh para mahasiswa di berbagai universitas, hingga terjadi peristiwa penembakan oleh aparat yang menyebabkan 4 orang mahasiswa Universitas Trisakti meninggal dunia. Peristiwa ini dinilai menjadi pemicu gelombang kemarahan rakyat yang menyebabkan kerusuhan di Jakarta dan merembet ke kota-kota lainnya. Hingga akhirnya pada tanggal 21 Mei 1998 Soeharto mundur sebagai Presiden RI.</span></div>
</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<blockquote class="instagram-media" data-instgrm-captioned="" data-instgrm-version="7" style="background: #fff; border-radius: 3px; border: 0; box-shadow: 0 0 1px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.5) , 0 1px 10px 0 rgba(0 , 0 , 0 , 0.15); margin: 1px; max-width: 658px; padding: 0; width: 99.375%;">
<div style="padding: 8px;">
<div style="background: #F8F8F8; line-height: 0; margin-top: 40px; padding: 62.5% 0; text-align: center; width: 100%;">
<div style="background: url(data:image/png; display: block; height: 44px; margin: 0 auto -44px; position: relative; top: -22px; width: 44px;">
</div>
</div>
<div style="margin: 8px 0 0 0; padding: 0 4px;">
<a href="https://www.instagram.com/p/BQFbyvilk35/" style="color: black; font-family: "arial" , sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-weight: normal; line-height: 17px; text-decoration: none; word-wrap: break-word;" target="_blank">Monas /mo-nas/ : kependekan dari Monumen Nasional atau Tugu Monas yaitu monumen setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan dari Belanda. #Travelopedia @travelopedia_id 📷 Taken from Hotel @yelloharmoni 29th floor Room 2902. . . . . #catatansiblogger #bloggerman #bloggerdiaries #bloggernation #bloggerindo #bloggerindonesia #blogggerid #bloggerlife #bloggerpost #bloggertrend #bloggerstyle #bloggerevent #bloggermail #bloggernet #travelblogger #bloggerfamily #bloggerreview #bloggertech #iamtb</a></div>
<div style="color: #c9c8cd; font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px; margin-bottom: 0; margin-top: 8px; overflow: hidden; padding: 8px 0 7px; text-align: center; text-overflow: ellipsis; white-space: nowrap;">
A photo posted by Harris Maulana 🔵 (@harrismaul) on <time datetime="2017-02-04T09:37:37+00:00" style="font-family: Arial,sans-serif; font-size: 14px; line-height: 17px;">Feb 4, 2017 at 1:37am PST</time></div>
</div>
</blockquote>
<script async="" defer="" src="//platform.instagram.com/en_US/embeds.js"></script>
<br />
<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Sepedih apapun, peristiwa tersebut harus tercatat dalam sejarah, agar dapat diketahui oleh anak cucu kelak. ”<i>Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah, Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah</i>”. Pesan yang disampaikan oleh Bung Karno pada pidato di depan MPRS, 17 Agustus 1966, yang kemudian dikenal sebagai pidato Jasmerah. Tentu dalam memaparkan peristiwa tersebut harus benar-benar netral dan murni tanpa intimidasi serta tidak merugikan pihak lain. Semoga dalam waktu dekat, peristiwa 98 segera hadir mengisi salah satu diorama di Museum Sejarah Nasional tersebut.\</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Kawasan Monas sendiri sudah cukup banyak berubah dibanding ketika saya berkunjung waktu itu. Area sekitar sudah steril dari PKL dan juga tukang foto yang hanya bisa menawarkan jasanya di pintu masuk depan Istana Negara. Untuk memasuki cawan dan puncak Monas pun sekarang tidak perlu lagi menggunakan tiket kertas, tapi menggunakan kartu Jakarta One yang mempunyai banyak fungsi. Dapat juga digunakan untuk memasuki museum lain yang dikelola oleh Pemda DKI, bahkan bisa untuk naik Transjakarta, . Penggunaan kartu ini sangat mudah, kita tinggal isi ulang jika saldonya sudah habis, persis seperti kartu debit. </div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Harga tiket terusan ke puncak Monas yang memiliki ketinggian 132 meter itu untuk anak-anak Rp.4.000,- mahasiswa Rp.8.000,- dan dewasa Rp.15.000,- Bagi yang belum mempunyai kartu Jakarta One dapat membeli langsung diloket seharga Rp.20.000,- </div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEics1hylX_wfLYWjDAL2_tjsOocoDXAivyOMN1gppcvzg68rIu0IeN0AQATPh0w3MVVHv3C1lo_4sfw6Vtb1XdGp6lUVxwGb6fMpoKlMPsuUQdz_Efyk3qywERfZUlTIfR609ChOJt1_2I/s1600/Monas1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEics1hylX_wfLYWjDAL2_tjsOocoDXAivyOMN1gppcvzg68rIu0IeN0AQATPh0w3MVVHv3C1lo_4sfw6Vtb1XdGp6lUVxwGb6fMpoKlMPsuUQdz_Efyk3qywERfZUlTIfR609ChOJt1_2I/s1600/Monas1.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">View Monas dari Yello Hotel Kamar 2902. Istana Negara pun terlihat.</td></tr>
</tbody></table>
Saat malam pun tugu Monas menjadi berwarna-warni. Saat kami menginap di Yello Hotel Harmoni, Jalan Hayam Wuruk No.6 Jakarta, terlihat dengan jelas penampakan Monas yang berwarna ungu. Untuk mendapatkan view Monas di hotel ini kami menempati kamar 2902 di lantai 29 yang merupakan lantai paling tinggi. Kamar ini dapat dipesan saat reservasi. Dari kamar inipun dengan jelas dapat terlihat Istana Negara. Pokoknya puas deh liat Monas dari pagi, siang, sore sampe malam hari.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgylD-vE0Q7w5SFlbdButgQ4QBT0fBXIPy8x4XzEyBl3qN0cPtm8zz2y5fOXI6p4fW0SvbwW572lqWhiVAsGuIGJf_zHtr6ol5axju4xdUyPRI8kW1I_X-e9qy3jWCmvRXB7ISyxCOOVH4/s1600/monas7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgylD-vE0Q7w5SFlbdButgQ4QBT0fBXIPy8x4XzEyBl3qN0cPtm8zz2y5fOXI6p4fW0SvbwW572lqWhiVAsGuIGJf_zHtr6ol5axju4xdUyPRI8kW1I_X-e9qy3jWCmvRXB7ISyxCOOVH4/s1600/monas7.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Suasana Monas di malam hari.</td></tr>
</tbody></table>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-47975299608609349482017-01-31T22:06:00.000+07:002017-01-31T22:29:50.771+07:00Santai Sejenak di Trizara Resort<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
</div>
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih0v4Hnq5oSx3AwvvZHIqKRXcSf6XtTkaCbtzkDifr4o06HQbdlYQcrbRpnDICdkLs2DU3Q0OjrFG5O6dA_EraJy3GdbiYrEyiwrlCzLQxQP47kO4ADMiXRVCE__0kHloFbwmuwU6t_Lg/s1600/Trizara+Resorts.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEih0v4Hnq5oSx3AwvvZHIqKRXcSf6XtTkaCbtzkDifr4o06HQbdlYQcrbRpnDICdkLs2DU3Q0OjrFG5O6dA_EraJy3GdbiYrEyiwrlCzLQxQP47kO4ADMiXRVCE__0kHloFbwmuwU6t_Lg/s1600/Trizara+Resorts.jpg" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: left;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
Biasanya kalau kita menginap di sebuah hotel atau resort tempat itu merupakan singgahan saat kita berwisata. Jadi kita akan berwisata ke tempat lain, kemudian setelah setelah baru kita menginap di hotel atau resort tersebut. Namun apa yang kita lakukan minggu lalu adalah kita benar-benar beristirahat dan malas-malasan di tempat itu.<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijuyOVUTCMD7bOIEb8uyw0O-2GUe0ISgBrubrAwxZzuZ4zbtteXmEUYjaQjJ_ODNypHBY38da9ESKiO6L2k1axUplncmft1prJ9Y54Bl1nrNdo628MmchB9VS_TUerGgZ6Lx4HFYwYbS4/s1600/Trizara+3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijuyOVUTCMD7bOIEb8uyw0O-2GUe0ISgBrubrAwxZzuZ4zbtteXmEUYjaQjJ_ODNypHBY38da9ESKiO6L2k1axUplncmft1prJ9Y54Bl1nrNdo628MmchB9VS_TUerGgZ6Lx4HFYwYbS4/s400/Trizara+3.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Selamat Datang di Trizara Resort</td></tr>
</tbody></table>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
Bersama dengan teman-teman travel blogger yang selama ini lebih sering berjumpa di dunia digital seperti Duo Indohoy : Mumun dan Vira, pasangan Ariev Rahman dan Dapur eh Gladies, Mbak Terry NegeriID, Mbak Windy dari I Was Here ID,Dita dari Mizan, Marischka dan Koh Ferry serta yang punya resort eh acara Mbak Trinitym rencananya akan kami menginap selama 3 hari 2 malam di Trizara Resort, sebuah tempat peristirahatan yang mengadopsi tenda sebagai tempat akomodasinya. Namun tenda tersebut bukan tenda biasa karena segala fasilitas pendukungnya sangat memadai. Itulah mengapa penginapan sistem seperti ini disebut glamping, kependekan dari glamour camping alias kemping mewah.</div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br />
Trizara Resorts berada diantara Kota Bandung dan Lembang, termasuk dalam wilayah Kabupaten Bandung Barat. Lokasinya dapat dijangkau melalui jalur Cimahi atau Padalarang dan tidak melewati Jalan Setiabudhi yang macetnya nggak abis-abis apalagi saat weekend. Jadi dari jalan tol kita bisa langsung menuju lokasi. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 3 jam, itupun diselingi 2 kali mampir di rest area dan minimarket. Dan tepat jam makan siang kita sudah sampai di lokasi. Dua teman dari Bandung ikut bergabung dalam acara ini yaitu IGers @PutriAnindya atau Puan yang punya followers 500K dan Kang Uyul atau @niseng yang punya followers 200K. Gokil ya followersnya banyak banget, kayaknya 1 dari 5 orang Bandung follow mereka. Jangan-jalan Love mereka lebih banyak dari followers kita *ngumpet* </div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
Cuaca yang mendung-mendung asoy membuat kita pengen segera masuk tenda dan leyeh-leyeh. Saya sendiri kebagian menginap bareng Kang Uyul di tenda Netra No.11 yang pemandangannya langsung menghadap Gunung Tangkubanparahu yang legendaris itu. Dan ternyata kita dapet single bed. Hmmm...</div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdG17CKRGBlFk7xePhBzdnGxYqqAKBWwAhcSlkjaUdffWxDvKPa3T7ZgWRZAvhSTGpGw_lKy5BsieToHig6USQScan11rHkVlQmjjvM0LAttG8C3pBQd5s3hn6cQV8CgQ5I3WR48HpRR8/s1600/Trizara+4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="297" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdG17CKRGBlFk7xePhBzdnGxYqqAKBWwAhcSlkjaUdffWxDvKPa3T7ZgWRZAvhSTGpGw_lKy5BsieToHig6USQScan11rHkVlQmjjvM0LAttG8C3pBQd5s3hn6cQV8CgQ5I3WR48HpRR8/s400/Trizara+4.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pesan Tipe Netra No.11 dapet view kayak gini.</td></tr>
</tbody></table>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
Malemnya setelah makan makan kita langsung mengadakan acara utama yaitu perayaan ulang tahun Trinity yang ke-3. Maksudnya ini ulang tahun yang dirayakan ke-tiga kalinya untuk tahun ini, pertama di Maldives, kedua di Bali dan ketiga di tempat ini. Warbiasayah hehe. Oya Trinity ini lahir tanggal 11 Januari. Tanggalnya istimewa banget ya sampe Arman Maulana nyiptain lagu khusus untuk itu :)</div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCN5IIyJWTKVNQB9OMMBnjVtIACysFrIC4nNBPjAFms5PObVJIAdr6rUpxKHCOwcQXvj1pavPiylhDydJsWgyrP5czBFmZQztJ5yCk8Ck49w7EB8MZ9wJB8aj5_iuUtmrmhWw5jSM8fMg/s1600/DSC08233.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCN5IIyJWTKVNQB9OMMBnjVtIACysFrIC4nNBPjAFms5PObVJIAdr6rUpxKHCOwcQXvj1pavPiylhDydJsWgyrP5czBFmZQztJ5yCk8Ck49w7EB8MZ9wJB8aj5_iuUtmrmhWw5jSM8fMg/s400/DSC08233.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Happy Birthday Trinity !!!</td></tr>
</tbody></table>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://scontent-sin6-1.xx.fbcdn.net/v/t31.0-0/p526x296/16252153_10209587370459036_5373608924991060193_o.jpg?oh=4a92a909082284e93385e9a2c6cee59d&oe=590B074B" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="320" src="https://scontent-sin6-1.xx.fbcdn.net/v/t31.0-0/p526x296/16252153_10209587370459036_5373608924991060193_o.jpg?oh=4a92a909082284e93385e9a2c6cee59d&oe=590B074B" width="238" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Birthday Girl dapet hadiah syal hasil rajutan istri *promo* :D</td></tr>
</tbody></table>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
Setelah acara selesai hujan mulai turun, awalnya gerimis, kemudian membesar dan membuat suasana Lembang yang dingin menjadi tambah dingin. Kita sih asik aja ngobrol-ngobrol seputar dunia travel, tentang perjalanan terakhir, tentang perjalanan terseru, dan sebagainya. Trinity juga cerita "the untold stories" yaitu cerita perjalanannya yang karena satu dan lain hal tidak pernah dipublikasikan di bukunya. Sampai kita lelah akhirnya kita kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat.</div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="" style="clear: both; text-align: center;">
***</div>
<div class="" style="clear: both; text-align: left;">
Keesokan harinya kita semua bangun terlambat, nggak ada yang zumba padahal sudah dijadwalkan jam 7 pagi. Untuk sarapan pun baru dilakukan menjelang closing sekitar jam 10 pagi. Setelah sarapan kita sempatkan keliling resort sambil foto-foto keluarga. Setelah itu kita ngobrol-ngobrol lagi sambil menunggu makan siang. Jadi judulnya menunggu makan setelah makan. Wah alamat nambah berat badan ini mah. Padahal rencananya sih pengen nyoba panahan, salah satu atraksi yang bisa dilakukan di Trizara ini. </div>
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaylEgFgV6m-4zoiKKEIZtwtCndMHyObwGVZP-aCf4GIDHj8RO-ZjIaHFo2oUt7TrlqdR24rHDDB_-ovNDe71On8G1KXmjDLe8x-fgPRJlhHRDd2fca0QHqyCwjAi_BYShVxs_DWwki_w/s1600/DSC08256.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaylEgFgV6m-4zoiKKEIZtwtCndMHyObwGVZP-aCf4GIDHj8RO-ZjIaHFo2oUt7TrlqdR24rHDDB_-ovNDe71On8G1KXmjDLe8x-fgPRJlhHRDd2fca0QHqyCwjAi_BYShVxs_DWwki_w/s400/DSC08256.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Foto Keluarga Travel Blogger (Foto : Ferry Rusli)</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRQZAJXeYhzPptAAoVOmTDQa3TtwxkhHjrlG5HNkpe5gxG5OPHI3tP2ftkz0r5SGfMk0973O0Q_P0aHCV9ExGzl1blVp4ftym3fJIENNk7W-1e-qiq9gsBPYAthw7XGdEK1S2_DwD0y5k/s1600/DSC08303.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRQZAJXeYhzPptAAoVOmTDQa3TtwxkhHjrlG5HNkpe5gxG5OPHI3tP2ftkz0r5SGfMk0973O0Q_P0aHCV9ExGzl1blVp4ftym3fJIENNk7W-1e-qiq9gsBPYAthw7XGdEK1S2_DwD0y5k/s400/DSC08303.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Fake pose dulu (Foto : Ferry Rusli)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Setelah makan siang dengan menu khas sunda yang maknyus, kita kembali ke tenda masing-masing, cuaca mulai mendung dan saat yang tepat untuk leyeh-leyeh di tempat tidur. Menjelang sore kami kembali berkumpul kali ini bertemu dengan Pak Kunal yang merupakan owner dari Trizara Resort ini. Beliau mengucapkan terima kasih atas kehadiran rekan-rekan travel blogger yang bersedia menginap di tempat ini. Dia juga berharap masukan dari kami semua apa yang perlu ditambah atau diperbaiki di tempat ini. Menurut kita-kita sih tempat ini udah nyaman banget buat beristirahat dan menghabiskan waktu sambil bermalas-malasan. Tidak berapa lama hujan rintik mulai turun, kita terpaksa pindah ke ruang makan sambil memesan kopi. Ternyata di tempat ini tersedia juga coffee shop lengkap dengan baristanya. Saya sendiri pesan Piccolo yang terbuat dari kopi arabica Kintamani dan Toraja. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQd1PaORzFAiMolkDKEWUfriF5zE9wXjhP36tfSpYRbgDj8ra4ah3zSl_EInYROQvahrrCI-BDbHgYST4rjvR7wWB5UjVsiZpdsrNV11E613sHL0QI3U-pVwJ_q9A3WYJMQaRru_-xC8U/s1600/Trizara+2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="298" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQd1PaORzFAiMolkDKEWUfriF5zE9wXjhP36tfSpYRbgDj8ra4ah3zSl_EInYROQvahrrCI-BDbHgYST4rjvR7wWB5UjVsiZpdsrNV11E613sHL0QI3U-pVwJ_q9A3WYJMQaRru_-xC8U/s400/Trizara+2.jpg" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Pak Kunal ini mirip dengan Reza Rahardian ya :)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Tanpa terasa hari mulai gelap dan kita langsung saja memesan makan malam. Setelah itu kali ini kita bermain kartu Werewolf sampai waktu tenang selesai. Permainan werewolf ini seru banget, agak sulit juga kalau diceritakan, lebih baik kita langsung praktekkan saja ya kalo ketemu :). Dan baru tengah malam kita kembali ke tenda. Ternyata masih belum puas ngobrolnya, dan diteruskan sampai jam 2.30 pagi.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Dan keesokan harinya kita kembali kesiangan. Kembali late breakfast, setelah itu siap-siap packing sebelum check out. Oya sebelum kembali ke Jakarta kita sempet ketemu dengan beberapa teman travel blogger yang akan menginap, diantaranya yang lagi hits Mas Sinyo alias Koper Traveler. Kontan beberapa teman blogger yang baru ketemu langsung minta foto bareng :)</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
Begitulah pengalaman kami saat menginap selama 3 hari 2 malam di Trizara Resort. Rasanya sebentar sekali dan tidak ingin pulang. Semoga suatu saat bisa kembali lagi dan bermalas-malasan lagi di tempat ini.</div>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-aXbqIeQayUTuVYOVnaxJGqqnLLnYXKRcp82iIHhvnzScKpLcD9S84XytitBQmjEhIM2bPtPqZ4zqmfWmh2w9AzivAWitKNWLsIVQSyziJ2G8vSmnc8cbeCLFfK4VaM3VYk1tllWIKTk/s1600/DSC08323.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="266" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-aXbqIeQayUTuVYOVnaxJGqqnLLnYXKRcp82iIHhvnzScKpLcD9S84XytitBQmjEhIM2bPtPqZ4zqmfWmh2w9AzivAWitKNWLsIVQSyziJ2G8vSmnc8cbeCLFfK4VaM3VYk1tllWIKTk/s400/DSC08323.JPG" width="400" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Sampai jumpa lagiiiiii (Foto : Ferry Rusli)</td></tr>
</tbody></table>
<div class="separator" style="clear: both;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both;">
</div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-27375719224477803572016-01-12T19:46:00.001+07:002017-03-14T16:05:24.698+07:00Pasar Santa, Pasar Ala Hipster Jakarta<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAW4roWTigZBddn3TQkimW4pCw0L2YbpQ7Vb9bbiZqH7gUOqFY0rQM_YYJTQ2QbRuQZJkArYxoEbADRkoIdiUGR3mZXF6Jg7mFpQjtfjhKlXN60wCIA8wz96wtyBbxOwagUKNN4NnteFM/s1600/Pasar+Santa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAW4roWTigZBddn3TQkimW4pCw0L2YbpQ7Vb9bbiZqH7gUOqFY0rQM_YYJTQ2QbRuQZJkArYxoEbADRkoIdiUGR3mZXF6Jg7mFpQjtfjhKlXN60wCIA8wz96wtyBbxOwagUKNN4NnteFM/s400/Pasar+Santa.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Setahun lalu orang mungkin masih bingung ketika ditanya apa itu "Pasar Santa". Namun kini jika ditanyakan hal yang sama setiap anak muda Jakarta pasti tau. Pasar Santa kini dipenuhi "semangat anak pasar". Semangat para pengusaha muda untuk maju dan berdikari. Jika tetap tidak tau berarti benar-benar out of the date alias ketinggalan jaman. </span><br />
<br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Pasar Santa adalah pasar rakyat yang terletak di Jl Cisanggiri II, tidak jauh dari Jl Wolter Mongonsidi, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dari di peta ini. Pasar rakyat ini didirikan pada tahun 1971, namun saat itu masih belum permanen. Baru sekitar tahun 2007 dibuat permanen dengan menyediakan sekitar 1.000 kios untuk menyediakan sembako (sembilan bahan pokok). Tetapi karena kalah bersaing dengan pasar modern, selama kurang lebih 7 tahun pasar ini kurang laku. Sudah berbagai cara pengelola berusaha menarik minat para penjual agar membuka kios di tempat ini salah satunya adalah bekerjasama dengan pedagang batik. Namun tetap saja kurang peminat. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Demikian diungkapkan Bambang Sugiarto yang menjadi Kepala Pengelola Pasar Santa saat ini. Hingga pada sekitar akhir bulan Juli 2014 ada ajakan kerjasama dari komunitas penggemar kopi. Kemudian bergabung juga penggemar piringan hitam, hingga ada juga yang ingin membuka kedai makanan. Akhirnya pengelola pasar bersama komunitas tersebut sepakat untuk membuka dan mempromosikan pasar ini dengan nama "Santa Modern Market" dengan menawarkan harga sewa Rp 3 juta - 3,5 juta per tahun. Kontan dengan biaya sewa super murah itu sekitar 300-an kios langsung ludes tersewa. Secara resmi sekitar bulan Oktober 2014 "Santa Modern Market" dibuka. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Saat ini semakin banyak dan beragam jenis kios yang dibuka. Selain kios dan kedai kopi, kios jual beli piringan hitam, kedai mie, ada juga kios jual beli buku, kios jajanan waktu SD, ada juga kedai Roti Eneng yang pembuatannya langsung dilakukan ditempat. Kini kaum hipster atau anak-anak nongkrong Jakarta hampir setiap malam selalu memenuhi setiap sudut Pasar Santa, baik di lantai dasar, satu atau dua. Kini mereka tidak lagi nongkrong di mall atau cafe menghabiskan waktu berjam-jam, tapi mereka lebih memilih untuk pergi ke Pasar Santa, baik sebagai pemilik kios maupun sebagai pengunjung. Ekonomi kreatif telah mengubah anak-anak muda penyewa dan pemilik kios tersebut.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Gaya hedonis mereka ubah menjadi seorang entrepreneur yang didasari oleh hobby dan passion. Salah seorang pemilik kedai yang saya wawancarai adalah seorang yang suka nongkrong di mall dan cafe yang menghabiskan waktu berjam-jam sambil ngobrol dengan teman-temannya. Namun ketika mendengar ada kios dengan harga murah di Pasar Santa kontan ia tertarik untuk membuka kedai. Karena selama ini ia mencari tempat sewa tidak ada yang semurah itu. Hobinya yaitu membuat roti dia tuangkan di kedai tersebut. Bahkan setiap weekend yaitu sabtu dan minggu dia berdua dengan pacarnya yang menjadi pramusajinya. </span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;">Salah satu kedai di Pasar Santa Pasar Santa yang dulunya kumuh, becek dan tidak laku, kini berubah menjadi sebuah pasar modern yang banyak dikunjungi anak muda. Pasar ini kembali hidup dan produktif. Inovasi yang sudah dilakukan oleh pengelola pasar, penyewa dan pedagang sudah menghasilkan sesuatu yang berguna dan yang membanggakan adalah peran dari para penyewa yang kebanyakan kaum muda. Ditengah banyaknya kaum muda yang terjerumus narkoba, mereka berhasil merubah paradigma pasar rakyat yang identik dengan pasar kumuh menjadi pasar modern yang menarik.</span><br />
<br style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-family: 'open sans', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px; line-height: 20px;" />
<img src="http://i.sociabuzz.com/tck_pix/bl_act?_ref=2399b63ffba9d673c300c880b1851b260874fb99&_host=www.travelopedia.id" />
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-75884755605544569432016-01-12T19:41:00.002+07:002017-01-31T23:51:48.208+07:00Keraton Jogja Gelar Pasukan Bregada<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQrcHZkQuXOHxm_Hz2IDh-1L_CybZ6nVaKM8MD1LiK7uz9wFup3kUWp-rS4J2hEKWdMuyVihYaS5vlqGnBF5SgosltkeQyMAPS6x9osjlRPcTq20SqkdTB7ApbJ9vrzeQ00p31bCOWJsI/s1600/Bregada.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQrcHZkQuXOHxm_Hz2IDh-1L_CybZ6nVaKM8MD1LiK7uz9wFup3kUWp-rS4J2hEKWdMuyVihYaS5vlqGnBF5SgosltkeQyMAPS6x9osjlRPcTq20SqkdTB7ApbJ9vrzeQ00p31bCOWJsI/s400/Bregada.jpeg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span><span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;">Para pengunjung di sekitar Jalan Malioboro pada hari minggu sore 31 Agustus 2014 tiba-tiba dikagetkan oleh adanya pasukan bregada atau prajurit keraton Daerah Istimewa Yogyakarta. Diawali oleh drumband dan pasukan paskibra tentu menjadi perhatian para wisatawan dan penduduk sekitar. Kemudian diikuti oleh bregada dari berbagai daerah di propinsi Yogyakarta seperti Bantul, Sleman, Gunungkidul dan Parangtritis. </span></span><br />
<br />
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;">Sungguh saya sangat beruntung bisa menyaksikan pawai yang biasa diadakan pada hari istimewa tersebut. Ternyata pawai ini diadakan untuk memperingati dua tahun Undang Undang Nomor 12 Tentang Daerah Istimewa Yogyakarta. Satu keunikan dari UU ini adalah pasal 19 yaitu tentang tata cara pengajuan calon gubernur. Pasal 19 (1) DPRD DIY memberitahukan kepada Gubernur dan Wakil Gubernur serta Kasultanan dan Kadipaten tentang berakhirnya masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur. (2) </span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7NvWggpaXIdtbdXbXl9eaTdL7gtJ8VP69u9THauWFLpA7MKKbzZY2XOZ391LszOD_aXHRNE5dJ5lhypIiAt_vZS3XtfAtuz2cPJmb_x4yM1H9o8G5VWtbBiMlpxfQU9M-fMkXR0cEZcU/s1600/Bregada+2.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7NvWggpaXIdtbdXbXl9eaTdL7gtJ8VP69u9THauWFLpA7MKKbzZY2XOZ391LszOD_aXHRNE5dJ5lhypIiAt_vZS3XtfAtuz2cPJmb_x4yM1H9o8G5VWtbBiMlpxfQU9M-fMkXR0cEZcU/s400/Bregada+2.jpeg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;">Berdasarkan pemberitahuan dari DPRD DIY sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kasultanan mengajukan Sultan Hamengku Buwono yang bertakhta sebagai calon Gubernur dan Kadipaten mengajukan Adipati Paku Alam yang bertakhta sebagai calon Wakil Gubernur paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah surat pemberitahuan DPRD DIY diterima. (3) </span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpXG2-FSgVgCLY4lxD5qD3Xvp4EEZSTpi9gksVi7c9EOFLXjIdpplBM3cGSaR4hrbfvPwbB617E4MiimDDbLtk9AGJWG3S-5teeLX49q6SArnGN-hSxQIoQ8rsbObqpX4g8rYZZioVbkE/s1600/Bregada+4.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhpXG2-FSgVgCLY4lxD5qD3Xvp4EEZSTpi9gksVi7c9EOFLXjIdpplBM3cGSaR4hrbfvPwbB617E4MiimDDbLtk9AGJWG3S-5teeLX49q6SArnGN-hSxQIoQ8rsbObqpX4g8rYZZioVbkE/s400/Bregada+4.jpeg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;">Kasultanan dan Kadipaten pada saat mengajukan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur kepada DPRD DIY menyerahkan:a. surat pencalonan untuk calon Gubernur yang ditandatangani oleh Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat;b. surat pencalonan untuk calon Wakil Gubernur yang ditandatangani oleh Penghageng Kawedanan Hageng Kasentanan Kadipaten Pakualaman;c. surat pernyataan kesediaan Sultan Hamengku Buwono yang bertakhta sebagai calon Gubernur dan Adipati Paku Alam yang bertakhta sebagai calon Wakil Gubernur; dan d. kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2). Berikut ini serangkaian foto-foto saat acara kirab bregada hari minggu kemarin. Selain prajurit bregada, ada juga kirab srikandi-srikandi dan punakawan seperti yang terlihat dalam foto-foto berikut ini. </span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkYiJ2iiiGMhaBUMiUIw6qlTrduC8fdVnku8zGAq9LG1tO-hMKbVJl0ALT7W9sUQdMGWZTa4qCgcqmx4Jmy04ruUbTTQ2jInoPQizghqjAKRCeT19_T4tc-ksIT146RvHvSm0JwR5CLro/s1600/Bregada+3.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkYiJ2iiiGMhaBUMiUIw6qlTrduC8fdVnku8zGAq9LG1tO-hMKbVJl0ALT7W9sUQdMGWZTa4qCgcqmx4Jmy04ruUbTTQ2jInoPQizghqjAKRCeT19_T4tc-ksIT146RvHvSm0JwR5CLro/s640/Bregada+3.jpeg" width="360" /></a></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "open sans" , "helvetica" , "arial" , sans-serif;"><span style="background-color: white; font-size: 14px; line-height: 20px;">Saya sudah sekitar 4 kali mengunjungi Yogyakarta dan Malioboro, namun dari kunjungan-kunjungan sebelumnya, kunjungan kali inilah yang paling memuaskan. Salam,</span></span>Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-79872086059583637122016-01-11T20:03:00.001+07:002017-01-31T23:56:53.536+07:00Masjid Dari Kayu Ulin di Tepi Sungai Mahakam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1JzSisZtsndoUYGgJX6HmYNd6UpKlyzpK_b7dJZszQA5BGqWEBAe1cRQfXq-tRd4DXY0lfPNsNvSEw9gFk_cUuIo2OHu2raHV0rO71UCPdAHcKErAo2ljxI5aXq-tmuajLfaBlF6sPfI/s1600/Masjid+Kayu+Ulin.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1JzSisZtsndoUYGgJX6HmYNd6UpKlyzpK_b7dJZszQA5BGqWEBAe1cRQfXq-tRd4DXY0lfPNsNvSEw9gFk_cUuIo2OHu2raHV0rO71UCPdAHcKErAo2ljxI5aXq-tmuajLfaBlF6sPfI/s400/Masjid+Kayu+Ulin.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Ketika menyusuri Sungai Mahakam saya menemukan sebuah masjid yang unik. Semua material terbuat dari kayu ulin, yang dikenal sebagai kayu terkuat di dunia. Orang Jawa menyebutnya kayu besi. Perjalanan menuju Tabang, tempat suku dayak iban tinggal saya tunda terlebih dahulu untuk sekedar singgah dan bersujud di masjid ini.<br />
<br />
Dan ketika saya memasuki masjid, memang benar semua terbuat dari kayu ulin, termasuk paku-paku untuk memasak dan menyambung bagian-bagiannya. Masjid ini sudah berdiri puluhan tahun dan masih tetap kokoh seperti masjid lain yang terbuat dari material semen. Menurut marbot yang menjaga masjid tersebut, untuk perawatan hanya mengeringkan saja bagian-bagian yang terkena basah agar tidak lembab dan keropos.<br />
<br />
Setelah agak lama perjalanan kembali dilanjutkan menuju Desa Tabang, desa paling utara di Kabupaten Kutai Kartanegara, dimana beberapa suku dayak tinggal. Perlu waktu delapan jam menggunakan perahu kayu bermotor untuk mencapai tempat tersebut dari Kota Bangun,salah satu kecamatan di Kutai Kartanegara. Dan berapakah harga sewa perahu untuk rute tersebut pulang pergi? Harganya sebanding dengan harga sepeda motor terbaru!Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-27162211024187497102016-01-11T19:50:00.000+07:002017-01-31T23:58:54.822+07:00Menyusuri Jejak Sejarah Bogor di Kampung Budaya Sindangbarang <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUsfjEmsQIf6h2x2bzizYMafyVrRggFcSSnbnpBXH8-w5iAtGOJB_aaeGcw-xjIkx9xfMmFs349YItqhyRvPvNThBD5sEHsqqXzv9FCUNda_GF_Tsflzu659mRGMPm4c73AYFCD0dto1Y/s1600/Kampung+Budaya+Sindangbarang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="300" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUsfjEmsQIf6h2x2bzizYMafyVrRggFcSSnbnpBXH8-w5iAtGOJB_aaeGcw-xjIkx9xfMmFs349YItqhyRvPvNThBD5sEHsqqXzv9FCUNda_GF_Tsflzu659mRGMPm4c73AYFCD0dto1Y/s400/Kampung+Budaya+Sindangbarang.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
<br />
Kampong tertua di wilayah Bogor adalah Kampung Sindangbarang yang saat ini berada di Desa Pasireurih, Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor. Hal tersebut tertulis dalam naskah Pantun Bogor dan Babad Pajajaran. Lokasinya berada di daerah Ciomas, kurang lebih 5 km dari pusat kota Bogor. Buat para wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor bisa dijadikan sebagai wisata alternative atau wisata budaya dan sejarah. Jadi bukan hanya sekitar Kebun Raya dan Istana Bogor saja yang buat yang sedang berkunjung, tempat ini juga bisa menjadi tujuan wisata di Kota Bogor.<br />
<br />
Sindangbarang diperkirakan sudah ada sejak abad ke 12. Tempat ini merupakan tempat tempaan para ksatria kerajaan Pajajaran agar menjadi prajurit yang tangguh. Banyak peninggalan Kerajaan Pajajaran yang dapat dilihat di sekitar kawasan ini seperti adanya bukit-bukit berundak. Selain itu ada juga satu budaya yang hingga saat ini masih dipertahankan yaitu upacara seren taun yang diadakan setiap tahun sebagai bentuk rasa syukur atas hasil panen yang diberikan oleh yang maha kuasa untuk tahun ini dan berharap hasil panen tahun depan lebih baik lagi. Upacara seren tahun yang diadakan setiap awal tahun selalu dihadiri oleh banyak pengunjung, bahkan bisa mencapai ribuan orang yang datang dari berbagai kota bahkan ada yang datang dari luar negeri.<br />
<br />
Saat ini rumah adat di Kampung Sindangbarang adalah hasil revitalisasi dari bangunan sebelumnya. Bangunan-bangunan tersebut dipugar kembali namun masih memperihatkan wujud aslinya. Dengan demikian anak-anak sekarang masih dapat mengetahui budaya dari jaman dahulu tersebut. Kita juga bisa menginap di kampung Sindangbarang ini dengan suasana pedesaan jaman dulu. Untuk memasak masih menggunakan kompor hawu yang menggunakan ranting kayu sebagai bahan bakarnya, melihat kehidupan petani sedang bercocok tanam dan melihat anak-anak sedang belajar menari. Untuk penerangan masih menggunakan lampu cempor, lampu yang menggunakan sumbu dengan minyak tanah.<br />
<br />
Jika malam tiba karena lokasi ini berada di atas bukit, lampu-lampu terlihat begitu indah di sekitar kota Bogor. Jika cuaca sedang cerah, kota Jakarta pun akan terlihat dengan jelas termasuk gedung-gedung tingginya. Tidak percaya? Silahkan coba sendiri. Lebih indah lagi jika kita menginap saat malam tahun baru. Tepat jam 12 malam ratusan bahkan ribuan kembang api terlihat dengan indah dari tempat ini. Kita tidak perlu menyalakan kembang api, dengan melihat saja sudah sangat memuaskan.Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-20020021101458771612016-01-11T00:47:00.002+07:002017-01-31T23:59:15.650+07:00Mencicipi Durian Ucok<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvs0bV5bAmHnMbLaws-0hAFBOjhojylB0JN-yblFmE4Q3K6XoTIGgubzQj6KJ9hMW2ctXMvCOzkPKvmhjnYRwxPn-xT1ItUFH1jufzXzSAiqqPHXCj0trqh74oyvoAjU06FauSR2ZaYf4/s1600/Durian+Ucok.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="181" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvs0bV5bAmHnMbLaws-0hAFBOjhojylB0JN-yblFmE4Q3K6XoTIGgubzQj6KJ9hMW2ctXMvCOzkPKvmhjnYRwxPn-xT1ItUFH1jufzXzSAiqqPHXCj0trqh74oyvoAjU06FauSR2ZaYf4/s320/Durian+Ucok.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Ucok Durian, kalau belum makan durian ucok, belum sah ke Medan Bung! Demikian tertulis dalam spanduk ketika kami ke singgah di kedai Durian Ucok di Kota Medan. Memang sih penasaran juga jika kita mengunjungi Kota Medan tanpa singgah di kedai durian yang sudah terkenal itu. Seperti penasaran jika kita ke Jogja tanpa mencicipi gudeg, atau ke Palembang tanpa menyantap mpek-mpek. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Durian Ucok adalah salah satu kedai yang menjual durian di kawasan Jalan Iskandar Muda, Medan. Ada beberapa penjual lainnya, namun yang paling rame ya kedai Ucok ini. Mereka menjual durian khas Sumatera Utara yang dikenal sebagai penghasil durian enak. Ketika akan memesan hanya ada dua pertanyaan dari si abang, "Mau yang manis atau pahit?" Ada dua jenis durian enak yaitu yang rasanya manis legit berwarna kuning mentega. Tapi ada juga yang rasanya manis tapi agak pahit. Saya lebih suka yang agak pahit itu, karena kalau manis sensasinya kurang. Tapi akhirnya kami memilih dua-duanya. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
Untuk harga tentu jauh jika dibandingkan dengan harga di Pulau Jawa. Dijamin lebih murah karena persediaannya sangat melimpah. Jika harga mahal dan tidak laku maka akan menjadi busuk dan malah menjadi rugi. Namun kini untuk mencegah durian menjadi busuk, banyak dibuat menjadi makan lain yang dikemas menjadi pancake durian. Tinggal disimpan di dalam kulkas maka akan awer cukup lama. Makanan lain adalah lempok durian atau dodol durian. </div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<ol data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQ_xcIcg" style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 16.12px; margin: 0px; padding: 0px;"><div class="mod" data-hveid="123" data-md="16" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQhygIeygBMA4" style="clear: none; line-height: 1.24; padding-left: 15px; padding-right: 15px;">
<div aria-level="3" class="_fdf _odf _rdf" role="heading" style="margin-bottom: 4px; margin-top: -3px; position: relative;">
<div class="kno-ecr-pt kno-fb-ctx _hdf" data-dtype="d3bn" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQ3B0IfigBMA4" style="color: black; display: inline; font-family: arial, sans-serif-light, sans-serif; font-size: 30px; position: relative; transform-origin: left top 0px;">
Ucok Durian <span class="_eph" style="font-family: sans-serif; font-size: 20px; position: relative;"><br /></span><br />
<div class="_fph" style="height: 20px; left: 0px; margin-left: -2px; margin-top: -14px; position: absolute; top: 11px; width: 20px;">
<div class="duf3h">
</div>
</div>
<span class="_eph" style="font-family: sans-serif; font-size: 20px; position: relative;">
</span></div>
</div>
</div>
<div class="mod" data-md="102" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQkCkIiQEoBDAR" style="clear: both; line-height: 1.24; padding-left: 15px; padding-right: 15px;">
</div>
<div class="_gqh" style="clear: both; margin-top: 14px;">
</div>
<div class="mod" data-md="1002" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQkCkIigEoBTAS" style="clear: none; line-height: 1.24; padding-left: 15px; padding-right: 15px;">
<div class="_eFb">
<div class="_mr kno-fb-ctx" data-dtype="d3adr" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQghwIiwEoADAS" style="margin-top: 7px;">
<span class="_xdb" style="font-weight: bolder;">Alamat: </span><span class="_Xbe">Jalan Iskandar Muda, Sumatera Utara 20154</span></div>
</div>
</div>
<div class="mod" data-md="1006" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQkCkIjAEoBjAT" style="clear: none; line-height: 1.24; padding-left: 15px; padding-right: 15px;">
<div class="_eFb">
<div class="_mr kno-fb-ctx" data-dtype="d3ph" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQ8I0BCI0BKAAwEw" style="margin-top: 7px;">
<span class="_Xbe kno-fv"><span class="_QUg" style="font-weight: bold; margin-right: 4px;">Telepon:</span><a class="fl r-i70eXNPWGqZI" data-number="+62819859540" data-rtid="i70eXNPWGqZI" data-ved="0ahUKEwi09Kyu5J_KAhVIB44KHcUpCTYQkAgIjgEwEw" href="https://www.blogger.com/null" jsaction="r.oVdbr2mIpA8" jsl="$t t-CuUqPxWI7dk;$x 0;" style="color: #1a0dab; cursor: pointer;" title="Telepon telepon via Hangouts">0819-859-540</a></span></div>
</div>
</div>
</ol>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: justify;">
<br /></div>
<br />Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-37050470529079679502016-01-10T01:20:00.000+07:002017-02-01T00:05:30.316+07:00Mengunjungi Habitat Bekantan di Pulau Kaget<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEXehWq2AiuCn3nZR3EOHZSqnnnDrwy6cTFxUB6xgbTDIWc_xTo_Hst1Hfk4pz244dRLswTCPEFibldu9dA2EKZGmITpJKJPYHHD9gAuxTsPsxjz6WFnpXlhRhkY9q5eukzO7TucbPGAI/s1600/Bekantan.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="223" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgEXehWq2AiuCn3nZR3EOHZSqnnnDrwy6cTFxUB6xgbTDIWc_xTo_Hst1Hfk4pz244dRLswTCPEFibldu9dA2EKZGmITpJKJPYHHD9gAuxTsPsxjz6WFnpXlhRhkY9q5eukzO7TucbPGAI/s400/Bekantan.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
Hari ke tiga petualangan #Terios7Wonders akan mengunjungi Pulau Kaget yang lokasinya tidak jauh dari Kota Banjarmasin tepatnya berada di Desa Aluh Aluh, Kecamatan Aluh Aluh, Kabupaten Banjarmasin. Kurang lebih satu jam kita akan sampai di Dermaga Aluh Aluh yang akan mengantar ke Pulau Kaget, sebuah pulau yang berada di tengah Sungai Barito. Kurang lebih setengah jam kita akan sampai di pulau yang hanya dihuni oleh Bekantan, monyet berhidung panjang khas Kalimantan.
Menuju Pulau Kaget
Awalnya kami hanya memantau dari perahu untuk melihat Bekantan. Namun setelah diamati beberapa saat masih belum terlihat. Hanya ada monyet-monyet kecil yang sedang bermain-main di sekitar pantai. Untuk menghilangkan rasa penasaran akhirnya kami mendaratkan perahu di sekitar pulau, namun karena tidak ada dermaga akhirnya kami berhenti di tepi pulau dan memasuki bagian dalam pulau dengan melewati rata-rata.<br />
<br />
Suasana Pulau Kaget yang dikelilingi oleh rawa-rawa
Perlu perjuangan ekstra hati-hati karena rawa tersebut sangat labil dan beberapa kali kaki saya amblas hingga ke betis. Lewat perjuangan keras dan tanpa lelah akhirnya kami sampai juga di Pulau Kaget. Setelah cukup sabar mengamati terlihat dari jauh dan harus menggunakan lensa tele akhirnya terlihat penampakan dari Bekantan ini. Bulunya berwarna coklat agak kemerahan, hidungnya panjang mengingatkan saya pada Rastatopaulus, seorang penjahat dalam cerita Tintin. Bekantan juga merupakan ikon dari Kalimantan Selatan sebagai spesies khas yang hanya ditemukan di kawasan kalimantan. Ikon Bekantan juga digunakan oleh tempat wisata Dunia Fantasi Ancol sebagai maskot.
Setelah berjuang melewati rawa-rawa, akhirnya sampai juga di Pulau Kaget
Pulau Kaget ini hanya dihuni oleh Bekantan dan monyet-monyet kecil lainnya. Tidak ada penghuni manusia yang menempati pulau ini. Sebagian dari pulau ini sudah dijadikan cagar alam untuk melindungi keberadaan Bekantan ini. Namun sangat disayangkan pada beberapa bagian tempat di Pulau Kaget sudah ada budidaya tamanan berupa sawah yang dikembangkan oleh penduduk di sekitar pulau. Keberadaan sawah ini tentu mengganggu habitat dari Bekantan. Semoga sawah-sawah tersebut segera dialihfungsikan kembali menjadi hutan habitat Bekantan.
<br />
Bekantan
Seekor bekantan tertangkap kamera sedang meloncat di pohon
Setelah selesai mengunjungi Pulau Kaget, perjalanan dilanjutkan kembali dengan tujuan Amuntai dengan melewati Banjarbaru, Rantau, Kandangan dan akhirnya sampai di Amuntai. Kami langsung menuju objek wisata Goa Berangan di Desa Malutu untuk melihat anggrek liar yang hidup di hutan. Sayang sekali ketika kami datang hari sudah mulai gelap sehingga cukup sulit untuk melihat keberadaan anggrek liar tersebut.
Perjalanan Terios melewati berbagai medan jalan, termasuk jembatan kayu di kawasan Amuntai
Namun kekecewaan tersebut dapat terobati ketika kami mengunjungi salah seorang yang melakukan budidaya anggrek tersebut. Namanya adalah Dedi, seorang penduduk Desa Malutu yang sudah 6 tahun menekuni dan mengoleksi berbagai jenis anggrek karena hobi. Dedi juga melakukan hibrid atau melakukan stek sehingga menghasilkan jenis anggrek baru yang menawan. Beberapa koleksi anggreknya antara lain anggrek agawara yang berwarna merah, anggrek panda, anggrek endemik, anggrek hitam, anggrek bulan dan tentu anggrek liar.
Anggrek Agawara koleksi Dedi hasil budidaya
Dedi memberikan beberapa tips seputar pemeliharaan anggrek tersebut. Sebagai tanaman yang tidak menggunakan media tanah, memelihara anggrek cukup mudah asal telaten menghilangkan hama seperti tungau, tawon, kutu gajah, dan jamur. Dedi cukup rajin memberikan vitamin B untuk memelihara kesehatan dari para anggrek tersebut. Setelah puas melihat koleksi budidaya anggrek milik Dedi, tim menuju tempat penginapan untuk beristirahat, namun sebelumnya menyantap hidangan malam terlebih dahulu untuk mengisi stamina yang terkuras. Rencananya esok pagi harus segera keluar hotel untuk melihat kerbau rawa.Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-80801863280349625092016-01-10T01:12:00.002+07:002017-02-01T00:02:05.567+07:00Mengunjungi Habitat Orangutan di Taman Nasional Sebangau<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ryWYJldmnjyVSRsTfLblIixwQj3eSWB4KPx4jqpnDHgy7R0oXV9cjQ55UJai0l0Chnz2U-gj45Kd2lD38zEoOi9ec9Og5-ab6X6SjjeWhsZV1nOrQPyHeY-Qun9j2a9aKo28316ED2U/s1600/Header+5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh1ryWYJldmnjyVSRsTfLblIixwQj3eSWB4KPx4jqpnDHgy7R0oXV9cjQ55UJai0l0Chnz2U-gj45Kd2lD38zEoOi9ec9Og5-ab6X6SjjeWhsZV1nOrQPyHeY-Qun9j2a9aKo28316ED2U/s1600/Header+5.jpg" /></a></div>
<br />
Setelah sarapan pagi, kami langsung berangkat menuju habitat orangutan yang berada di Taman Nasional Sebangau. Dengan diantar oleh volunter dari WWF dan petugas ranger dari Taman Nasional akhirnya kami menemukan tempat dimana orangutan tinggal.
Tidak mudah untuk menemukan keberadaan orangutan tersebut. Kita harus sabar menunggu mereka keluar untuk beraktifitas. Menurut penelitian yang sudah dilakukan, waktu kami berkunjung bertepatan dengan jadwal makan mereka. Tiga puluh menit kami menunggu dan nampak orangutan dewasa dan anaknya sedang bercengkerama di atas pohon. Walau agak sulit menemukan dengan mata tanpa bantuan apapun, kami dapat melihatnya walau tidak nampak utuh karena terhalang oleh ranting dan dedaunan. Menurut volunteer mereka adalah anak-induk yang bernama Brown dan Julie.
<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK4v1sGEmo-lEjmXhRL3ZznVAU4_TQHoptFbtJeSUfCsYcDZOyX5dj7MaYwXPeG1tI3g3R0hrFU6E41nlskXrSqcao_HPE-RnOvsAYpcnTvlwf9EWsIGmrfs6sfdtYCkymV_O6DR3fpFA/s1600/Sebangau.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="268" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgK4v1sGEmo-lEjmXhRL3ZznVAU4_TQHoptFbtJeSUfCsYcDZOyX5dj7MaYwXPeG1tI3g3R0hrFU6E41nlskXrSqcao_HPE-RnOvsAYpcnTvlwf9EWsIGmrfs6sfdtYCkymV_O6DR3fpFA/s400/Sebangau.JPG" width="400" /></a></div>
<br />
Jalan menuju habitat orangutan
Di sini kita tidak bisa melihat orangutan secara utuh, karena ini bukan kebun binatang atau tempat konservasi. Tempat ini adalah habitat asli orangutan yang masih sangat natural. Jadi kegiatan kunjungan yang kami lakukan tidak hanya semata untuk melihat orangutan secara nyata, tapi lebih luas lagi yaitu untuk mengetahui habitat aslinya, kegiatan rutinnya seperti apa, dan lain-lain seperti yang dijelaskan oleh Pak Andi Liani semalam. Kami juga mendapat penjelasan secara detail dari ranger yang mengantar. Antara lain makanan yang dikonsumsi oleh orangutan selain rayap, mereka juga memakan sejenis buah-buahan liar yaitu buah keripa dan rahanjang.
<br />
<br />
Dengan sabar menanti kehadiran orangutan
Keistimewaan dari orangutan adalah mereka itu merupakan individu yang hanya dapat ditemukan di Indonesia. Tidak ada jenis kera seperti orangutan tinggal di belahan dunia manapun. Itulah mengapa kita harus ikut serta aktif dalam melestarikan habitat mereka yaitu hutan. Jika sampai punah, tentu Indonesia akan disalahkan oleh dunia karena tidak mampu menjaga keberlangsungan hidup mereka. Ditengah ramainya pemberitaan tentang kebakaran hutan di Kalimantan, menurut penjelasan dari ranger bahwa di Taman Nasional Sebangau ini tidak ada lahan atau hutan yang dibakar untuk membuka lahan kelapa sawit. Selain itu juga sejak tahun 2005 sudah tidak ada lagi illegal logging. Jadi kawasan Taman Nasional Sebangau cukup aman.
<br />
Orangutan dan anaknya sedang bergelantungan di atas pohon (Foto : Barry Kusuma)
Karena itu kami sangat memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para pengelola yang selalu siap jika dibutuhkan baik dari pihak Taman Nasional atau pun volunter dari WWF. Hampir setiap hari mereka berjalan berjam-jam hanya untuk melihat aktifitas rutin yang dilakukan oleh orangutan tanpa mengenal lelah.
Setela h puas melihat akitifitas dan kebiasaan dari orangutan, akhirnya kami kembali ke Visit Center untuk siap-siap menjalankan perjalanan berikutnya.<br />
<br />
Namun saat dalam perjalanan kami menemukan sebuah sungai yang cukup unik karena airnya berwarna merah. Dijelaskan bahwa air tersebut banyak mengandung kadar asam sehingga warna airnya menjadi agak kemerahan seperti air teh. Hal ini disebabkan karena sungai tersebut tidak mengalir secara normal karena air sungai surut akibat kemarau panjang , banyak kayu-kayu dan daun turut terendap dalam sungai tersebut sehingga airnya berubah warna menjadi kemerahan. Penduduk setempat sudah terbiasa dengan kualitas seperti ini jadi tidak perlu dipermasalahkan, bahkan mereka selalu mengkonsumsi air berwarna merah tersebut.<br />
<br />
Namun akibat tingginya kadar asam akan merusak gigi karena mengandung zat asam tinggi yang menyebabkan gigi menjadi keropos dan rusak.
Sungai yang berwarna merah di depan Visit Center
Dari Sebangau perjalanan kami lanjutkan menuju Banjarmasin dengan melewati jalur utama trans Kalimantan dengan melalui wilayah Katingan - Palangkaraya dan Kuala Kapuas. Total jarak kurang lebih 315 km dengan kondisi jalan mulus namun agak bergelombang di beberapa tempat karena lahan yang dilalui mengandung gambut yang dikenal material yang kurang stabil. Namun dengan menggunakan kendaraan Daihatsu Terios kondisi didalam kabin masih terasa nyaman. Tepat jam 21.00 kami tiba di Banjarmasin. Sebelum check in di hotel kami sempatkan untuk menikmati salah satu kuliner khas di kota ini yaitu Lontong Orari.
Lontong Orari, kuliner khas BanjarmasinHarrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-89341076688077083662016-01-02T00:06:00.000+07:002017-02-01T00:01:24.031+07:00Cerita Menarik dari Masjid Baiturrahman<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ28TiMwAX0lg1trZOpqRi7kiF8TcLevU69uvgDH6Y58wRZl_nC50ju2UHIJOPH_mWpFQKSmno7kdVNjJc2A7PmKRP2CUDw0haww4qUuo7AviiE0yxfum6Kn50OArrW4xZ2UDw9lkW45o/s1600/Masjid+Baiturrahman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="265" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZ28TiMwAX0lg1trZOpqRi7kiF8TcLevU69uvgDH6Y58wRZl_nC50ju2UHIJOPH_mWpFQKSmno7kdVNjJc2A7PmKRP2CUDw0haww4qUuo7AviiE0yxfum6Kn50OArrW4xZ2UDw9lkW45o/s400/Masjid+Baiturrahman.jpg" width="400" /></a></div>
<br />
Ada satu cerita menarik ketika saya dan dua kawan seperjalanan mengunjungi Masjid Baiturrahman di Banda Aceh. Begitu banyak cerita seputar masjid ini ketika diterjang tsunami pada Desember 2004 lalu. Bapak sopir bentor yang saya naiki bercerita bahwa ia melihat masjid terlihat mengapung ketika air menerjang, padahal ketinggian air sudah mencapai 4 meter, namun air hanya sampai pelatarannya saja. Masjid yang menjadi landmark Kota Banda Aceh masih terlihat gagah dan berdiri tegak walau diterjang bencana tsunami tersebut.<br />
<br />
Ketika akan berkunjung ke masjid ini saya sudah memberitahu teman bahwa jika akan masuk harus berpakaian sopan, minimal menggunakan celana panjang. Namun teman saya nekat menggunakan celana pendek kesukaannya. Dan akhirnya kejadian, teman saya yang menggunakan jaket hitam dan celana pendek selutut ditegur oleh petugas masjid. "Hei baju merah." ucapnya kepada Bram, teman saya. Padahal Bram saat itu menggunakan jaket hitam, namun didalamnya dia menggunakan kaos berwarna..... merah!<br />
<br />
Berbeda lagi dengan Dian, teman saya satu lagi. Dian memang menggunakan kerudung seadanya, yang hanya dililitkan dikepalanya, kadang rambutnya yang hitam terlihat. Selain itu Dian juga menggunakan celana jeans ketat yang memperlihatkan bentuk tubuhnya. Tidak ada yang menegur Dian, tidak ada yang menebak daleman Dian. Tapi ketika dia akan memotret Masjid Baiturrahman tiba-tiba kameranya ngadat. Tidak bisa dinyalakan, padahal kamera tersebut terbilang baru. Mati total. Kami dibuat bingung saat itu. Ketika tiba di hotel langsung di charge curiga habis batere. Namun tetap kameranya mati.<br />
<br />
Singkat cerita kita akan kembali ke Jakarta. Semua sudah ada didalam pesawat dan tinggal landas meninggalkan Banda Aceh. Dan ketika Dian mengutak-ngatik kameranya tiba-tiba hidup kembali! Wallahualam Bisawwab.Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-10943051397906266062015-10-29T18:46:00.003+07:002017-02-01T00:03:45.308+07:00Menikmati Senja di Pulau Kelor<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTGZKasQMSVEPLcOo_enTzjSY18fYr44PJpOrvY24A9reNYfEzU98I4XlZXbou-fRLcuaeJqvYxllIaZbq3y7ewsKuaIU7TOAMwDOrM54L4tvGtVcFUhSoEQYDS3GbpZPZ386O_FXQpeQ/s1600/Pulau+Kelor.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="371" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTGZKasQMSVEPLcOo_enTzjSY18fYr44PJpOrvY24A9reNYfEzU98I4XlZXbou-fRLcuaeJqvYxllIaZbq3y7ewsKuaIU7TOAMwDOrM54L4tvGtVcFUhSoEQYDS3GbpZPZ386O_FXQpeQ/s400/Pulau+Kelor.JPG" width="400" /></a></div>
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
Setelah selesai mengeksplorasi Pulau Onrust perjalanan kembali dilanjutkan ke Pulau Kelor yang lokasinya tidak jauh. Hanya dengan waktu 10 menit kita sudah mendarat di pulau yang dahulu dikenal sebagai pulau Kherkof. Di pulau ini terdapat peninggalan Belanda berupa galangan kapal dan benteng yang dibangun VOC untuk menghadapi serangan Portugis di abad ke 17. Di sini juga terdapat kuburan Kapal Tujuh atau Sevent Provincien serta awak kapal berbangsa Indonesia yang memberontak dan akhirnya gugur di tangan Belanda. Kami menemukan pemandangan indah ketika hari mulai memasuki senja. Benteng Mortello yang berada di tepi pantai terlihat indah bersanding dengan pohon tua yan daunnya mulai berguguran karena kemarau. Ditambah lagi dengan suasana menjelang senja.</div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Menjelang malam kami sudah kembali ke Pulau Bidadari untuk beristirahat. Esoknya tepatnya jam 4 subuh kami kembali ke Pulau Kelor untuk melihat pemandangan sunrise. Setelah itu kembali ke Pulau Bidadari untuk melakukan sarapan pagi dan siap-siap melakukan water sport banana boat di depan dermaga Pulau Bidadari. Setelah puas kami segera kembali ke kamar dan bersiap untuk kembali ke Jakarta.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/kelorsunrise-562f6fcb22afbd0514cc6a3f.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/kelorsunrise-562f6fcb22afbd0514cc6a3f.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Siluet Benteng Martello di Pulau Kelor (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/bidadarisunrise-562f700bb37a61ff0d37f249.jpg?v=600&t=o" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/bidadarisunrise-562f700bb37a61ff0d37f249.jpg?v=600&t=o" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Saat mentari mulai naik di Pulau Bidadari</em></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/banana-562f7037a6afbd8a0e27bf1d.jpg?v=600&t=o" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/banana-562f7037a6afbd8a0e27bf1d.jpg?v=600&t=o" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Menjajal adrenalin dengan banana boat dengan latar belakang Pulau Onrust (Foto : Harris Maulana) </em></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em><br /></em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Sungguh sebuah pengalaman baru menjelajahi pulau-pulau yang sarat dengan sejarah kolonial selain menikmati pesona bahari di utara Jakarta. Namun dengan mempelajari sejarah ini bukan mengungkit kejayaan penjajah. Seperti yang tertulis dalam sebuah poster di Museum Onrust, <em>"Pemugaran bangunan-bangunan peninggalan jaman Belanda bukan mengingat kejayaan kolonial, namun ingin menampilkan fakta bahwa penjajahan itu memang pernah ada. Penjajahan Belanda di Indonesia adalah bagian dari sejarah panjang bangsa Indonesia. Bila bangunan pada masa penjajahan Belanda dihancurkan semua, generasi mendatang tidak akan lagi pernah melihat bukti-bukti penjajahan itu."</em><br />
<br />
<br /></div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-27163060343365707752015-10-29T18:44:00.001+07:002017-02-01T00:04:20.807+07:00Menyibak Peninggalan Kolonial di Pulau Onrust<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMHccIz1uJsy-8Lw9qFqanAG9Nj9izw_6l2ljqF8iQKK9NnjE33XoH7bppI8H7SmS1i9wpoxK0IkVq1w5IVER_bog1xjmlrQoVvoHFmyXUWYn4M8zQ5m4rmoCWZhGdPjlDJsSr-Hjja1g/s1600/Onrust.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="304" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjMHccIz1uJsy-8Lw9qFqanAG9Nj9izw_6l2ljqF8iQKK9NnjE33XoH7bppI8H7SmS1i9wpoxK0IkVq1w5IVER_bog1xjmlrQoVvoHFmyXUWYn4M8zQ5m4rmoCWZhGdPjlDJsSr-Hjja1g/s320/Onrust.JPG" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<br /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: left;">
Dengan menggunakan 2 (dua) perahu kayu bermotor kami berangkat menuju Pulau Onrust. Hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit kami sudah sampai di tujuan. Pulau ini merupakan salah satu saksi sejarah pendudukan Belanda di Indonesia. Mereka mendarat di Pulau Onrust pada tahun 1616. Perlu empat tahun untuk mempersiapkan diri sebelum menduduki Jayakarta pada tahun 1620. Hal ini yang belum banyak diketahui oleh orang, ucap Pak Candrian. Mereka hanya mengetahui bahwa Belanda langsung mendarat di Jayakarta. Fakta ini harus diluruskan. </div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: left;">
<br /></div>
<span style="font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">Penduduk sekitar menyebut pulau ini adalah Pulau Kapal karena di pulau ini sering sekali dikunjungi kapal-kapal Belanda sebelum menuju Jayakarta. Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust. Nama 'Onrust' sendiri diambil dari bahasa Belanda yang berarti '</span><em style="font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">Tidak Pernah Beristirahat</em><span style="font-family: verdana, arial, helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">' atau dalam bahasa Inggrisnya adalah 'Unrest'. Namun ada juga sumber lain yg mengatakan bahwa nama Onrust tersebut diambil dari nama penghuni pulau yang masih keturunan bangsawan Belanda, yaitu Baas Onrust Cornelis van der Walck.</span><br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/museum-562f6c6bc823bd5f085d7a04.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/museum-562f6c6bc823bd5f085d7a04.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Museum di Pulau Onrust yang banyak memberi informasi (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Sekitar tahun 1800, armada laut Inggris Raya menyerang pulau ini dan menghancurkan bangunan di atas pulau ini. Sekitar tahun 1803 Belanda yang kembali menguasai Pulau Bidadari dan membangunnya kembali. Akan tetapi Britania kembali menyerang tahun 1806, Pulau Onrust dan Pulau Bidadari serta pulau lainnya hancur berantakan. Tahun 1827 pulau ini kembali dibangun oleh Belanda dengan melibatkan pekerja orang Tionghoa dan tahanan. </div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Tahun 1911 Onrust diubah fungsinya menjadi karantina Haji hingga tahun 1933. Para calon haji dibiasakan dulu dengan udara laut, karena saati itu untuk mencapai Tanah Suci harus naik kapal laut selama berbulan-bulan lamanya, dan kemudian sebagai pos karantina jemaah haji yang kembali.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/asramahaji-562f6c0822afbd3d15cc6a3e.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/asramahaji-562f6c0822afbd3d15cc6a3e.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Bangunan bekas karantina haji (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em><br /></em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Selama tahun 1933 sampai 1940 dijadikan sebagai tempat tawanan para pemberontak yang terlibat dalam "Peristiwa Kapal Tujuh" (HNLMS Zeven Provincien), Ketika pecah Perang Dunia II tahun 1939, pulau ini dipakai Belanda sebagai kamp tawanan, yg isinya orang-orang Jerman yg bermukim di Hindia Belanda, yg dicurigai sebagai mata2 musuh.Tahun 1942 setelah Jepang menguasai Batavia, Onrust dijadikan tempat penjara bagi para penjahat kriminal kelas berat.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Antara September 1945 - Januari 1946 sempat kembali dimanfaatkan kembali oleh Sekutu sebagai tempat tawanan orang-orang Jerman yang ada di Indonesia, termasuk 6 orang awak U-Boat U-195. Tawanan perang ini selanjutnya dipindahkan ke Malang, karena Belanda kuatir mereka akan dibebaskan oleh pejuang2 kemerdekaan RI.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Pada masa Indonesia merdeka pulau ini dimanfaatkan sebagai Rumah Sakit Karantina, terutama bagi penderita penyakit menular di bawah pengawasan Departemen Kesehatan RI hingga awal 1960-an. Tahun 1960 - 1965 dimanfaatkan untuk penampungan para gelandangan dan pengemis, selain itu juga dimanfaatkan untuk latihan militer. Pulau ini sempat terbengkalai, dianggap tak bertuan hingga tahun 1968 terjadi pembongkaran dan pengambilan material bangunan secara besar-besaran oleh penduduk atas ijin kepolisian setempat. Tahun 1972 Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin mengeluarkan SK (Surat Keputusan) yang menetapkan Pulau Onrust sebagai pulau bersejarah. Kini, Pulau Onrust, juga Pulau Cipir, Pulau Bidadari, Pulau Kelor dan Pulau Edam, oleh Pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai daerah Suaka Taman Purbakala Kepulauan Seribu</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/rumahsakit-562f6ad65a7b616a09e1eada.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/rumahsakit-562f6ad65a7b616a09e1eada.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Salah satu bangunan bekas rumah sakit (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em><br /></em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Di dalam pulau ini terdapat banyak peninggalan arkeologi pada masa kolonial Belanda dan juga sebuah rumah yang masih utuh dan dijadikan Museum Pulau Onrust. Dan ada satu misteri yang hingga saat ini belum terpecahkan yaitu terdapat sebuah dua buah makam yang konon kabarnya salah satunya merupakan makam dari pemimpin pemberontakan DI/TII yaitu S.M. Kartosoewirjo.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/makam-562f6cda939773db09aa3d42.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/makam-562f6cda939773db09aa3d42.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Misteri dua makam keramat (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-3249320808213179272015-10-29T18:41:00.002+07:002017-02-01T06:16:51.709+07:00Mengintip Pesona Bidadari<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxV_KpxL44-IXkjVDyrTK5B6KxcC1cNz94Es_cUGVvl-RrBBkhdO8_xEl0RRas-OJ3m4TFFKiawzJK_BZqcIqBJz_blNI8FFzOf8PCAuorHMLuX8HUUJmyS2YKFLuabQJJmuiX3vBmFic/s1600/bidadari.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxV_KpxL44-IXkjVDyrTK5B6KxcC1cNz94Es_cUGVvl-RrBBkhdO8_xEl0RRas-OJ3m4TFFKiawzJK_BZqcIqBJz_blNI8FFzOf8PCAuorHMLuX8HUUJmyS2YKFLuabQJJmuiX3vBmFic/s400/bidadari.JPG" width="398" /></a></div>
<br /></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br />
Hanya sekitar 30 menit perjalanan yang ditempuh dengan melewati Teluk Jakarta kita sudah sampai di Pulau Bidadari. Kami menginap di Bidadari Eco Resort yang merupakan salah satu resor di Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Sebelumnya bernama Pulau Bidadari, pulau ini dikenal sebagai Pulau Sakit karena pernah dijadikan tempat orang yang sakit lepra. Sedangkan nama Bidadari sendiri diambil dari sejarah yang menyatakan bahwa pulau ini merupakan pulau yang sering disinggahi oleh keluarga kerajaan Jayakarta pada masa lalu. </div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
</div>
<br />
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Setibanya di Pulau Bidadari setelah menyegarkan diri dengan "welcome drink" kami diajak untuk berkeliling Pulau Bidadari yang luasnya sekitar 6 hektar. Di pulau tidak ada penduduk yang tinggal. Sedangkan untuk para pengunjung bisa menginap di Bidadari Eco Resort. Selain itu ada juga benteng peninggalan Belanda yaitu Benteng Mastello. Benteng ini berfungsi sebagai tempat pengintaian musuh, sedangkan bagian bawah tanahnya terdapat ruang untuk menyimpan cadangan senjata. Demikian diungkapkan oleh Bapak Candrian Attahiyyat, seorang arkeolog yang bekerja pada pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yang mengantar kami berkeliling.</div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<br />
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/benteng-562f62f64323bdca07a55efa.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/benteng-562f62f64323bdca07a55efa.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto;" title="Tampak bagian luar Benteng Martello di Pulau Bidadari" /><em>Tampak Bagian luar Benteng Martello di Pulau Bidadari (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/benteng2-562f63b19597731609c072b4.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/benteng2-562f63b19597731609c072b4.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Tampak Bagian dalam Benteng Martello di Pulau Bidadari (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Selanjutnya kami melewati hutan mangrove yang berfungsi sebagai cagar alam dan juga menjadi benteng jika ada gelombang besar. Fungsi dari hutan mangrove ini juga sebagai "hutan lindung" jika di daratan yaitu sebagai penyeimbang ekosistem. Itulah mengapa resort ini menggunakan kata "eco resort" untuk penyebutannya. Selain itu di pulau ini juga terdapat biawak yang keberadaannya dilindungi dan juga elang bondol yang merupakan maskot dari Kota Jakarta. Jadi resort ini ikut berperan dalam melestarikan alam sekitar dan memelihara spesies didalamnya, termasuk rusa tutul yang sudah jinak ikut bercengkrama dengan para pengunjung.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/elangbondol-562f6422b67a61cd07d2355d.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/elangbondol-562f6422b67a61cd07d2355d.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Tugu Elang Bondol (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/rusatutul-562f647ec823bd10085d7a05.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/rusatutul-562f647ec823bd10085d7a05.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Rusa Tutul (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<img alt="" data-mce-src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/biawak-562f64e3959773e309c072b2.jpg?v=600&t=o" data-mce-style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" src="http://assets.kompasiana.com/items/album/2015/10/27/biawak-562f64e3959773e309c072b2.jpg?v=600&t=o" style="display: block; margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;" title="" /></div>
<div data-mce-style="text-align: center;" style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px; text-align: center;">
<em>Biawak yang berada di semak-semak (Foto : Harris Maulana)</em></div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
Karena pulau ini dekat dengan Jakarta, banyak pengunjung yang datang sekedar berwisata sehari atau tidak menginap yang lebih dikenal dengan One Day Tour. Dengan paket ini pengunjung sudah mendapatkan fasilitas antar pulang ke pulau dari dermaga Marina Ancol, makan siang, water sport seperti banana boat , dan kunjungan ke tiga pulau terdekat yakni pulau khayangan, Onrust dan Kelor. Sebelum menjadi resort sempat kosong dan tidak berpenghuni sampai dengan tahun 1970. Pada awal tahun 1970-an, PT Seabreez mengelola pulau ini untuk dijadikan sebagai resort wisata. Setelah puas berkeliling, kemudian kami check-in untuk istirahat sejenak dan dilanjutkan dengan jamuan makan siang sebelum melakukan "island hopping" ke Pulau Onrust dan Pulau Kelor.</div>
<div style="font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 11px;">
<br /></div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-18869209426427787062015-10-06T11:59:00.001+07:002017-02-06T18:36:20.899+07:00Petualangan 3.000 km Jelajah Daratan Sulawesi<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRb0wxbMezhj-PGyC2-89gDFkW4ss9Qe-n4itlUU2e2cS1lkXPqgO-A0Ww7s_UsIPyx8y-hbYLwHvv0S3YOdlbuwxU_gZ-PQbdnOeMzO_PIC4k_Bp4XDhLEefltp6hcdnBSXtS6LT2G-Y/s1600/Header+4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRb0wxbMezhj-PGyC2-89gDFkW4ss9Qe-n4itlUU2e2cS1lkXPqgO-A0Ww7s_UsIPyx8y-hbYLwHvv0S3YOdlbuwxU_gZ-PQbdnOeMzO_PIC4k_Bp4XDhLEefltp6hcdnBSXtS6LT2G-Y/s1600/Header+4.jpg" /></a></div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><span style="color: #151b28;"><br /></span></span></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><span style="color: #151b28;">Ketika mendapat tawaran untuk menjelajah Pulau Sulawesi melalui darat tanpa pikir panjang langsung saya terima.</span><span style="color: red;"><b> Never Say Maybe</b></span><span style="color: #151b28;">. Perjalanan ribuan kilometer dengan melewati seluruh propinsi di Sulawesi memang sulit untuk ditolak. Rasanya ini akan menjadi petualangan yang paling jauh yang pernah dilakukan. </span><i style="color: #151b28;"><b>How far will you go? You decide! </b></i></span></span><span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;">Sungguh suatu perjalanan yang luar biasa dan tidak terlupakan. Menikmati keanekaragaman budaya dan keindahan wisata alam. Berikut ini beberapa atraksi wisata dan budaya yang kami temui sepanjang perjalanan. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha9ZIMxSt0fl7R1cIaYjFoy1TzxCeF5N6IeXm2aRTJCt9XXwCgxm7A8AGK5bsokd_ia2wHco-TRIqx9Q8q_5PyqBrtHJFd-Xx9fwDUTZT8sjr3mSg7JjGZ07eHE72dOrqJ7XX5ENIbIB4/s1600/20141010_174204_resized.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="225" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEha9ZIMxSt0fl7R1cIaYjFoy1TzxCeF5N6IeXm2aRTJCt9XXwCgxm7A8AGK5bsokd_ia2wHco-TRIqx9Q8q_5PyqBrtHJFd-Xx9fwDUTZT8sjr3mSg7JjGZ07eHE72dOrqJ7XX5ENIbIB4/s400/20141010_174204_resized.jpg" width="400" /></a></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;"></span><br />
<a name='more'></a></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; color: red; font-stretch: normal; line-height: 26px; margin: 20px 0px;"><b>1. Pusat Kebudayaan Pa Dior</b></span><span style="box-sizing: border-box; color: red; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;"> | </span><b><span style="box-sizing: border-box; color: red; font-stretch: normal; line-height: 26px; margin: 20px 0px;">Tompaso, Sulawesi Utara</span><span style="color: #151b28;"> </span></b></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Misi pertama adalah mengunjungi Pusat Kebudayaan Sulawesi Utara Pa Dior di Tompaso. Kami disambut lagu "Maju Tak Gentar" yang dibawakan oleh alat musik tiup dari bambu yang berbentuk seruling dan terompet yang terbuat dari logam. Kami mencoba untuk meniup seruling tersebut tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan, berkali-kali mencoba ternyata sulit juga. Ternyata perlu trik khusus untuk memainkan alat musik ini.</span></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/By6IOsBCEAAa6KU.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="Inilah Terompet Terbesar di dunia" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3a0423bd66088b4568.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Inilah Terompet Terbesar di dunia</span></div>
</div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Namun ada satu yang membuat bangga, yaitu di tempat ini terdapat terompet raksasa yang ternyata merupakan terompet terbesar di dunia dan masu World Record. Selain terompet terdapat juga kolintang terbesar dan 5 jenis atraksi yang masuk dalam rekor dunia. Jadi totalnya ada 7 rekor. Pusat Kebudayaan ini juga menyajikan beberapa kebudayaan khas Sulawesi Utara seperti adanya Rumah Tenun Kain Pinatewengan, yang menerangkan proses pembuatan tenun dari benang hingga menjadi kain. Ternyata rumit juga ya, perlu 3 minggu untuk pembuatan 1 kain secara tradisional. Ada juga Wale (Rumah) Anti Narkoba yang memberikan edukasi tentang bahaya narkoba. Ketika masuk dan melihat dampak narkoba bagi manusia, jangankan ingin mencoba, menyentuhnya saja tidak ingin sama sekali. Ditampilkan juga beberapa artis internasional yang menjadi korban narkoba seperti Michael Jackson, Whitney Houston dan Marilyn Monroe dalam bentuk poster. Ada juga daftar orang-orang terkenal yang menjadi korban keganasan narkoba. Setelah berkeliling pusat kebudayaan, kami disuguhi makan siang khas manado, tentu dengan sambal khas rica-rica sambil diiring lagu-lagu yang dibawakan oleh alunan musik dari bambu. </span></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;"><br /></span>
<span style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: red; font-size: 15px; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;">2. Mengunjungi Suku Bajo yang Tinggal di atas laut | Gorontalo</span></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">Hari ke-2 destinasi yang akan dikunjungi adalah Kampung Suku Bajo yang berada di Desa Torosiaje, Gorontalo. Keunikan dari kampung ini adalah seluruh rumah dan fasilitasnya berada di atas laut. Ya benar-benar di atas lautan lepas pantai Torosiaje, Gorontalo. Saat kami mengunjungi kami menggunakan sampan tradisional yang dapat diisi penumpang sebanyak 5 orang. Dalam kurun waktu kurang lebih 10 menit kita sudah sampai di dermaga Kampung Bajo. Kami disambut oleh Pak Tama yang menjadi kepala dusun di Kampung Bajo. Pak Tama menjelaskan tidak hanya rumah penduduk saja yang berada di kampung di atas laut ini, tetapi ada juga pusat pemerintahan tingkat desa, aula, masjid, hingga penginapan umum. Jadi seperti sebuah kampung pada umumnya. Selanjutnya Pak Tama menjelaskan bahwa mereka yang menghuni kampung ini adalah Suku Bajo dan suku lainnya jika ada yang menikah antar suku. Pak Tama sendiri aslinya orang Makassar, namun karena beliau menikah dengan seorang suku Bajo, akhirnya dia menetapkan diri untuk tinggal di kampung ini. </span></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">Adapun alasan mengapa dia mau tinggal di tempat ini karena ia merasakan ketenangan karena jauh dari kebisingan kendaraan dan dekat dengan pekerjaan sehari-hari yaitu sebagai nelayan, jadi jika ingin melaut tinggal turun saja karena perahu selalu disandarkan di belakang rumahnya. Lebih jauh Pak Tama menjelaskan bahwa suku Bajo ini banyak tersebar di pesisir pantai di seantero nusantara, bahkan sampai ada juga yang terdampar di Philipina. Awal mulanya kerajaan Bajo terdapat di wilayah Selat Malaka. Saat itu sang raja kehilangan puteri satu-satunya saat sedang berada di laut. Mendengar sang puteri hilang kemudian sang raja memerintahkan segenap pengawal dan rakyatnya untuk mencari keberadaan sang putri. Sebagai abdi kerajaan dan rakyat yang patuh, mereka para pengawal dan rakyat bahu membahu mencari keberadaan sang putri di lautan. Begitu sayangnya sang raja kepada putrinya, beliau memerintahkan kepada para pengawal dan rakyatnya yang akan melakukan pencarian hingga terucap kata, "Jangan kalian pulang sampai puteriku ditemukan!" </span></span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">Dan sejak saat itu para pengawal dan rakyat suku Bajo mencari keberadaan sang puteri di segala penjuru lautan. Mereka tidak berani pulang karena tidak menemukan sosok sang puteri. Mereka lebih memilih tinggal di setiap pesisir pantai yang disinggahinya. Itulah sebabnya keberadaan suku Bajo ada di segenap penjuru nusantara. Mereka ada di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Wakatobi, Kendari, bahkan hingga ada yang terdampar kepulauan Sulu di Philipina Selatan dan Thailand. Dan semua itu mereka tinggal di atas laut! Bagi Suku Bajo hidup di atas laut adalah sebuah pilihan. Mereka pernah mencoba untuk hidup seperti manusia normal di daratan, namun setelah dijalani tidak bertahan lama. Mereka kembali ke kehidupan di atas lautan. Menghirup udara laut, menikmati kesunyian dan deru ombak tanpa henti. Suku Bajo juga dikenal sebagai manusia yang mahir menahan nafas di dalam air hingga beberapa menit, bahkan ada yang bisa mencapai 11 menit. Kegiatan yang mereka lakukan adalah menyelam untuk mencari ikan atau lobster yang berada di dasar laut. terungkap juga Cerita tentang adanya "manusia ikan" yang selama ini keberadaannya menjadi misteri. Pak Tama mengungkapkan bahwa sang manusia itu memang ada. Seng - nama manusia ikan tersebut - hidup di lautan. Menyelam cukup lama dan hanya tidur di atas papan yang mengambang di laut. Namun sayang pada tahun 2007 meninggal dunia dalam usia 38 tahun. Saat ini keluarganya pun masih ada. Setelah panjang lebar menceritakan sejarah suku Bajo, Pak Tama kemudian mengajak kami berkeliling kampung. Melihat kehidupan yang hampir sama dengan daratan, hanya bedanya di atas laut saja. Di sana ada warung, bengkel, bahkan nama jalanpun ada. Listrik dan air PDAM juga sudah masuk dan menjadi fasilitas yang memadai. Pondasi rumah yang ditopang oleh kayu Gopasa terlihat sangat kokoh, bahkan bisa bertahan hingga 30 tahun. Satu lagi terungkap misteri keberadaan sejarah suku Bajo yang akan menjadi sebuah catatan budaya di nusantara. Tidak terasa waktu terus berjalan dan kami melanjutkan perjalanan lintas propinsi dari Gorontalo menuju Palu di Sulawesi Tengah yang kami tempuh dalam waktu 8 jam melewati daerah Kasimbar dan Toboli yang melewati pegunungan dan pesisir pantai. Rasa lelah hilang seketika sesaat setelah tiba di Kota Palu dan menyantap sup daging lembu yang menjadi kuliner khas daerah ini : KOLEDO</span>
</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span>
<br />
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzBreNlCcAAik2V.jpg:large" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3c0423bd66088b456a.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Koledo, kuliner khas Kota Palu.</span></div>
</div>
<span style="color: red; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-size: 15px; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;">3. Mengenal Lebih Jauh Kebudayaan Mandar</span><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;"> <b>| Sulawesi Barat</b></span></span><br />
<span style="color: red; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari ke-3 kami awali dengan mengunjungi Polulele atau Jembatan Kuning yang menjadi salah satu landmark Kota Palu. Kemudian dilanjutkan menuju Pasangkayu yang ditempuh dalam waktu 2 jam. Sepanjang perjalanan terhampar pemandangan kebun sawit sejauh mata memandang. Kami melewati jalan trans Sulawesi yang sangat mulus. Pada satu jalan lurus bahkan bisa menempuh hingga 120 km per jam. Kondisi mobil masih stabil dan nyaman. Dari propinsi Sulawesi Tengah kami mulai masuk di Propinsi Sulawesi Barat. Dan akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang sejauh 327 km selama 11 jam akhirnya kami tiba di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Kami disambut oleh tarian selamat datang yang dibawakan oleh anak-anak begitu lincah dan bersemangatnya. Ada juga tarian yang salah satu penarinya adalah seekor kuda. Nama tariannya adalah Sayang Patudu atau Kuda Menari. Tarian ini menjadi tarian khas Mandar.</span><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> </span><br />
<br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">
</span>
<br />
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzG5gd5CIAIjTQ_.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3c0423bd66088b456b.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Disambut tarian Sayang Patudu atau Kuda Menari</span></div>
</div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Kami juga disambut oleh unsur Pemerintah Daerah Kabupaten Majene yang diwakili oleh asisten bupati dan Dinas Kebudayaan dan Kepemudaan. Mereka begitu antusias dengan kedatangan kami mengunjungi salah satu propinsi termuda di Indonesia. Perwakilan dari bupati menjelaskan bahwa Majene memiliki kebudayaan yang bisa dikembangkan dan menjadi salah satu unggulan daerah diantaranya adalah Sarung Tenun Sutra Kain Mandar. Sarung tenun ini dikenal memiliki kualitas yang tinggi. Perlu ketelitian dan kecermatan dalam membuat kain tradisional ini. Itulah mengapa diperlukan waktu hingga 8 hari untuk membuat satu kain berukuran 4 meter dengan menggunakan alat tenun bukan mesin. Dalam kesempatan tersebut juga diperagakan proses pembuatan kain Mandar yangmenggunakan alat tenun tradisional bukan mesin.</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Sarung tenun sutra Mandar memiliki warna-warna cerah atau terang seperti warna merah, kuning dengan desain garis geometris yang lebar. Selain membuat motif tradisional, mereka juga membuat motif modifikasi yang cukup banyak digemari. Bahan dasar kain Mandar adalah benang perak dan benang emas. Itulah yang menjadikan kain ini terlihat indah dan istimewa juga harga yang cukup tinggi. Harga jual kain Mandar berkisar antara Rp 300.000 hingga jutaan rupiah.</span></span><br />
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzG5efYCEAEpyHy.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3d0423bd66088b456d.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Contoh beberapa corak kain Mandar</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Secara tradisional , motif sarung tenun sutra dirancang berdasarkan kasta atau tingkatan derajat mereka yang memakainya seperti keluarga kerajaan, pejabat pemerintah, pedagang kelas atas dan lain-lain. Namun dengan kondisi alam demokrasi seperti sekarang ini siapa saja berhak menggunakan kain mandar pilihannya, yang penting harganya cocok.</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Setelah selesai mengeksplorasi budaya Mandar, kami juga dijamu dengan makanan khas daerah Mandar yang penuh selera. Dan lagi-lagi waktu yang membuat kami berpisah. Sekitar jam 9 malam kami harus segera meninggalkan Majene menuju destinasi berikutnya. </span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="color: red; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><b>4. Selamat Datang di Toraja | Sulawesi Selatan </b></span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"></span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Setelah melalui perjananan panjang, akhirnya kami tiba di tugu selamat datang. Tapi ternyata perjalanan masih jauh. Masih melewati Kota Rantepao dan beberapa kampung. Sekitar 2 jam dari tugu selamat datang tadi kita baru sampai di tujuan yaitu Desa Adat Lembang Tadongkon, Kesu. Di tempat ini kami disambut oleh nyanyian dan tarian Pa'gellu yang dibawakan oleh anak-anak. Kemudian disuguhi penganan khas dan kopi yang sudah melegenda yaitu Kopi Toraja. Indah sekali rasanya menyeruput kopi Toraja di tempat asalnya, apalagi sambil dihibur oleh tari-tarian kebudayaan setempat.</span></span><br />
<div>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3f0423bd66088b456f.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; text-align: center; vertical-align: middle;" /></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Penganan khas dan Kopi Toraja</span></div>
</div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Kejutan tidak sampai disitu, tidak lama kemudian kami disuguhi makan makan dengan menu kuliner khas Tana Toraja yaitu Pa'piong Burak yaitu masakan daging ayam yang dicampur dengan batang pisang yang dimasak di dalam bambu. Rasanya jangan ditanya, silahkan coba sendiri. </span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><a href="https://pbs.twimg.com/media/BzLtmsgCMAA-lV_.jpg" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3f0423bd66088b4570.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></a><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;"></span></span><br />
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<div style="color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e3f0423bd66088b4571.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></div>
<div style="color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Kuliner Khas Tana Toraja : Pa'piong Burak Setelah makan malam selesai masih ada kejutan lainnya yaitu kami diperkenankan untuk menginap di Tongkonan yaitu rumah adat khas Tana Toraja. Jika biasanya kita hanya bisa melihat rumah adat yang bentuknya unik itu, sekarang malah diperbolehkan untuk tidur didalamnya. Sebuah pengalaman baru yang luar biasa. </span></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<div style="color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzL1ExtCYAAhkkP.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #125ba8; font-stretch: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e400423bd66088b4572.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Suasana di dalam Tongkonan Di dalam Tongkonan sudah disediakan bantal dan alas tidur yang peraturannya tidak boleh dipindah-pindah. Jadi kepala kita harus tidur di atas bantal yang sudah ditentukan. Tongkonan yang kami inapi cukup sederhana, hanya ada tiga bagian ruang, di depan, tengah dan belakang. Saya sendiri memilih tidur di bagian depan agar bisa melihat pemandangan Tongkonan lainnya yang berjejer di depan rumah. Rasa dingin langsung menusuk ketika waktu sudah menunjukkan tengah malam. Rasanya seperti AC 20 derajat. Segera kami ambil jaket dan selimut sebagai penghangat. Tidak lama kami semua terlelap. Selamat pagi dari Tana Toraja. Segelas kopi Toraja kontan membuat badan menjadi hangat di tengah udara yang dingin. Tidak berapa lama segera keluar makanan untuk sarapan pagi. Jika dilihat dari menu-nya sih sepertinya makanan berat, ada nasi dan lauk pauk plus jus terong belanda sebagai dessert. Tapi akhirnya habis juga, lumayan sebagai penambah energi karena hari ini akan eksporasi Tana Toraja di beberapa tempat. Setelah sarapan, tim berangkat menuju destinasi pertama yaitu Londa. sebuah tebing berbatu dan curam yang dipakai sebagai pemakaman oleh leluhur sejak abad 10 Masehi. Jenazah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam peti kemudian disimpan di dalam tebing. Lokasi penyimpanan disusun berdasarkan kasta. Semakin tinggi kasta, semakin tinggi dia disimpan. Khusus untuk para bangsawan juga dibuatkan patung yang dipajang di bagian depan tebing. Selain itu ada juga dua buah goa yang didalamnya tersimpan ratusan kerangka jenazah, ada yang tersimpan di dalam peti, ada juga yang tergeletak begitu saja. Kami semua memasuki goa yang gelap dan sempit, bahkan sampai harus jongkok untuk memasukinya.</span></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e410423bd66088b4573.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tebing Londa</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPpCi6CYAEPAI9.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e420423bd66088b4574.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Patung bangsawan menyambut para wisatawan</span></div>
</div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPttsdCcAALD-g.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e420423bd66088b4575.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Suasana di dalam goa Londa yang sempit</span></div>
</div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Jadi serasa Indiana Jones ketika memasuki pekuburan ini. Melihat setiap tengkorak dan peti jenazah dan mendapat penjelasan dari sang pemandu wisata. Hingga mendapat satu cerita yang unik tentang kisah sepasang tengkorak yang tergeletak berdampingan disudut goa. Mereka adalah Lobo dan Andui. Sepasang kekasih yang bunuh diri karena cintanya tidak direstui oleh orangtuanya karena masih saudara sepupu. Mereka bunuh diri dengan cara menggantung diri di pohon yang sama, pada hari yang sama. Setelah mereka meninggal tentu keluarganya amat sedih. Akhirnya mereka sepakat untuk menempatkannya berdampingan di dalam goa Londa ini. Mendengar cerita ini jadi teringat kisah Romeo & Juliet.</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<br />
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPurfnCcAAM77L.jpg:large" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e430423bd66088b4576.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Kerangka Lobo dan Andui, kisah Romeo & Juliet dari Tana Toraja</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Setelah selesai menelusuri goa Londa,perjalanan dilanjutkan menuju Kete Kesu, sebuah permukiman tua di Tana Toraja. Konon pemukiman ini sudah ada sejak 800 tahun yang lalu dan sampai saat ini masih berdiri dengan megah, Tentu dengan beberapa perbaikan dan renovasi jika ada kerusakan. Dan ketika memasuki kawasan ini rasanya seperti terlempar pada masa lalu. Dengan jejeran bangunan Tongkonan yang rapi, termasuk dengan ukiran-ukiran khas. Sungguh kami dibuat takjub dengan kebudayaan di Tana Toraja ini. Benar-benar amazing!</span></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPlOpYCAAAU8dR.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e430423bd66088b4577.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pemukiman Tua Kete Kesu</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPlUnSCIAABYXw.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #125ba8; font-stretch: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e440423bd66088b4578.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pemukiman di Kete Kesu</span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPmtspCcAAsWg2.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e450423bd66088b4579.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bertemu dengan Kerbau Bonga yang harganya sekitar Rp 300 jutaan</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Destinasi berikut yang dikunjungi adalah Baby Grave di Kambira. Berupa kuburan bayi ditanam di dalam pohon Tarra. Jadi jika ada bayi yang meninggal, dapat "dimakamkan" di pohon ini dengan syarat bayi tersebut belu tumbuh gigi. Caranya adalah bayi yang sudah meninggal dimasukkan ke dalam batang pohon yang sudah dilubangi, kemudian ditutup ijuk. Bayi dimasukkan dengan cara duduk dan tidak menghadap kerumahnya agar orangtuanya tidak merasa sedih berkelanjutan. Adapun mengapa bayi tersebut dimasukkan ke dalam pohon, saat itu dipercaya bahwa bayi tersebut tidak meninggal, tapi hanya pindah orangtua. Jadi pohon itu menjadi ibu barunya dengan memberikan air susu berupa getah pohon. Satu pohon bisa diisi oleh sekitar 10 bayi. Semakin tinggi ditanam, semakin tinggi kasta bayi tersebut. Pohon yang kami datangi sudah berusia sekitar 900 tahun. Masih berdiri kokoh, namun sebagian sudah lapuk dan bagian atasnya sudah patah 7 tahun lalu. Bayi terakhir yang dimakamkan terjadi pada tahun 1950.</span></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzPxDfuCcAAm1Wm.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e450423bd66088b457a.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Baby Grave</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Sungguh luar biasa kebudayaan yang ada di Tana Toraja ini, memang pantas menjadi salah satu andalan pariwisata di Indonesia. Bukan hanya wisatawan lokal saja yang tertarik tapi termasuk wisatawan asing dari berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Jepang, dll. Hal ini kami ketahui ketika sedang menyantap makan siang di sebuah rumah makan yang pengunjungnya orang asing semua, hanya tim kami yang berasal dari Indonesia. Sungguh budaya di Tanah Toraja benar-benar Amazing!</span></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: red; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;">5. Eksplorasi Tanjung Bira</span> <b>| Sulawesi Selatan</b></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Hari masih gelap ketika kami tiba di Tanjung Bira setelah menempuh perjalanan sejauh 447 km dari Tana Toraja. Melewati kota-kota Makale, Enrekang, Sidrap, Watampone, Sinjai dan Bulukumba. Kurang lebih memakan waktu sekitar 11 jam. Sesuai dengan rencana awal, kami akan menginap di tenda di tepi Pantai Pasir Putih Tanjung Bira. Saya berjalan dalam gelap, menuruni tangga menuju tenda yang sudah disediakan. Menjatuhkan ransel dan segera merebahkan diri karena badan sudah terlalu lelah. Dalam hitungan detik sudah terlelap. Deburan ombak sayup-sayup terdengar. Cahaya matahari pagi menyusup ke dalam tenda. Dengan mata berat dan muka bantal sedikit memaksakan diri untuk bangun untuk mengabadikan suasana matahari terbit. Menikmati gelap menjadi terang adalah sebuah pengalaman langka. Dan hal ini baru saja saya dapatkan. Menyaksikan fajar jingga merekah, hingga berubah menjadi terang menyilaukan. Ombak yang tenang mulai bergelora. Seakan mengajak untuk bermain bersama. Tidak kuasa menolak hasrat, segera raga berlari menyambut dan membasahi diri menghempaskan segala penat dan lelah. Seketika badan menjadi bugar kembali. Ah kenapa menjadi puitis begini. Namun memang suasana pantai ini begitu romantis karena didukung oleh ombak yang tenang dan pasir putih yang halus. Inilah Tanjung Bira, tempat paling selatan di Pulau Sulawesi. Nampak dari kejauhan sebuah tanjung yang menjorok ke laut lepas.</span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzSzjqwCQAAHyKA.jpg:large" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e460423bd66088b457b.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Beginilah suasana saat kemping di Tanjung Bira</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Setelah puas bermain air di pantai, kami segera mandi, sarapan dan bersiap-siap untuk mengunjungi destinasi yang akan dituju yaitu tempat pembuatan kapal Phinisi yang melegenda. Lokasinya tidak jauh dari Tanjung Bira ini. Namun sebelum berangkat saya menyempatkan untuk mengabadikan beberapa spot indah yang tidak boleh dilewatkan. Selanjutnya kami mengunjungi tempat pembuatan kapal Phinisi. Kapal layar tradisional khas asal Indonesia yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi ini dikenal sebagai kapal yang tangguh mengarungi lautan seganas apapun. Sudah ada sejak berabad-abad lalu, diperkirakan sudah ada sebelum tahun 1.500an dan masih bertahan hingga kini. Bahkan pemerintah pernah membuat kapal Phinisi dengan nama "Phinisi Nusantara" dan berhasil mengelilingi dunia. Luas biasa!</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Tempat pembuatan kapal Phinisi yang kami kunjungi berada di Desa Tanah Beru, Kecamatan Banto Bahari, Kabupaten Bulukumba. Pemiliknya Bapak Sarifudin memaparkan bahwa pembuatan kapal phinisi ini sudah dilakukan oleh kakek buyutnya. Jadi sudah turun temurun. Ilmu yang didapatnya pun sangat sederhana dan lebih banyak otodidak. Tidak ada gambar desain dalam setiap pembuatan kapalnya. Cukup jelaskan panjang kapal yang diinginkan dan timnya akan segera membuatnya dalam kurun waktu 3-6 bulan. Tergantung beratnya mulai dari 1 ton hingga 100 ton. Adapun biaya pembuatan kapal dimulai dari Rp 30 juta dan bahkan beliau pernah mendapat order pembuatan kapal senilai Rp 10 Milyar dari pembeli asal Amerika Serikat. Bahan baku utama pembuatan kapal Phinisi ini adalah kayu besi yang didatangkan dari Kendari. Bahan kayu lainnya adalah kayu biti sebagai bahan pendukung. Beliau menjamin bahwa kapal Phinisi buatannya bisa bertahan selama puluhan tahun dan sudah terbukti hingga saat ini tidak komplain dari pembelinya. Selesai berbincang kami diajak mengunjungi kediaman Pak Sarifudin yang sederhana melanjutkan pembicaraan. Namun karena waktu yang padat,kami harus meninggalkan tempat tersebut karena akan mengunjungi destinasi lain yaitu pemukiman Suku Kajang di Desa Tanatoa, Bulukumba. Suku Kajang berada di Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba dengan luas wilayah 3000 hektar, 600 diantaranya hutan adat. Suku ini dikenal sebagai suku yang menolak gaya hidup modern. Di desa yang jumlah penduduknya sekitar 3.947 jiwa tersebut tidak boleh ada listrik, tidak boleh ada peralatan elektronik, tidak boleh ada kendaraan bermotor dan segala hal yang berbau modern lain. Mirip dengan suku Baduy di Banten. Peraturan adat lainnya adalah setiap tamu yang berkunjung harus menggunakan pakaian hitam hitam. Termasuk penduduk desa Tana Toa juga harus menggunakan pakaian warna gelap.</span></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzVapm0CIAAonzk.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e480423bd66088b457c.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Selamat Datang di Desa Tana Toa</span></div>
</div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Saat memasuki Desa Tana Toa kami disambut oleh para tetua, mereka menyambut kami dengan atraksi bakar linggis. Jadi linggis dibakar hingga berwarna merah dan salah satu tetua yang sudah berusia 99 tahun memegang besi tersebut, mengulas-ulas ke bagian kaki dan tangannya, namun tidak terjadi apa-apa. Kami semua ditawari untuk mencoba memegang besi tersebut. Awalnya ragu, namun setelah diyakinkan sayapun mencobanya. Ternyata tidak panas, hanya hangat seperti ujung luar knalpot motor. Namun ketika dijatuhkan ke dalam daun kering seketika daun itu hangus terbakar.</span></span><br />
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzVbBHmCIAEWwQm.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e490423bd66088b457d.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bersama Panglima Tana Toa yang bersahaja</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Itulah salah satu kelebihan dari suku Kajang. Atraksi ini dimaksudkan jika ada pencuri di desa tersebut dan tidak ada yang mau mengaku, maka orang-orang yang dicurigai atau berada di sekitar tempat kejadian disuruh memegang linggis panas tersebut dan jika ada yang tangannya terbakar dialah pencurinya. Selanjutnya kami diajak memasuki ke bagian dalam desa. Nampak beberapa penduduk yang sedang mandi di sebuah sungai yang hampir kering. Termasuk anak-anak yang sedang mengambil air dan membawa ke rumahnya dengan jarak lumayan jauh. Rencananya kami akan mengunjungi ketua adat Amma Toa namun dengan berbagai syarat : tidak boleh di foto dan tidak boleh ada rekaman pembicaraan. Entah apa alasan dari syarat tersebut. Akhirnya kami bisa menemui kepala adat Amma Toa dirumahnya yang bersahaja. Rumah panggung yang terbuat dari kayu itu hanya seukuran rumah tipe 21. Hanya ada satu ruangan tidur dan ruangan utama yang bersatu dengan dapur.</span></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/BzVbQFVCAAAUYtC.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e490423bd66088b457e.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Istana Amma Toa yang sederhana</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Amma Toa duduk bersila di pojok ruangan. Sang juru bicara memperkenalkan maksud dan tujuan kedatangan kami. Mereka menggunakan bahasa Konjo, yaitu bahasa mereka sendiri sehingga kami tidak tahu apa yang sedang dibicarakan. Namun dari ekspresi wajah Amma Toa yang sangat berwibawa, terlihat beliau kadang terlihat senang, kadang juga terlihat marah dengan mengetuk-ngetukan keris kecil yang selalu dipegangnya. Mereka asyik mengobrol sekitar setengah jam dan kami hanya bengong tidak tahu apa yang harus diperbuat. Kami memberi isyarat untuk pamit dan disadari oleh Amma Toa. Sebelum pulang kami semua bersalaman kembali dan ditanya nama masing-masing, sebagai bentuk hormat Amma Toa menyebut kembali nama kita yang disebutkan tadi. Suku Kajang adalah salah satu kearifan lokal dari Bulukumba Sulawesi Selatan yang keberadaannya patut dipertahankan untuk menjaga kebudayaan nusantara. Perjalanan kami lanjutkan kembali. Kami harus segera menuju Pelabuhan Bajoe, untuk mengejar kapal ferry yang akan mengantar tim menuju Pelabuhan Kolaka di Sulawesi Tenggara, propinsi ke-6 dan terakhir yang akan kami kunjungi. </span></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: red; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="box-sizing: border-box; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;">6. Menikmati Tarian dan Kuliner Khas Kendari | Sulawesi Tenggara</span> </span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Setelah semalaman mengarungi Teluk Bone dari Pelabuhan Bajoe akhirnya setelah 8 jam sampai juga di Pelabuhan Kolaka. Tim kami sendiri yang menggunakan kapal ferry tiba sekitar jam 8 pagi dan beristirahat di penginapan. Kami melanjutkan perjalanan menuju Kendari. Sesampainya di Kendari kami disambut oleh para penari muda dari Sanggar 28 Kendari. Mereka begitu bersemangat memberikan tarian persahabatan "Malulo" tarian khas daerah Kendari. Selain itu ada juga tarian Kalegoa dari Buton, tari Linda dari Muna, tari Wa Ode Wau dari Wakatobi.</span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhli_aRIR74bInPY7xWUWZ8Wxr6gsqusRd5klbAuum5Gxj6QaRcJcdp8Y7codyYZ881f06EKJjiLsi2cphw7PVpukBLVdLEAc9f31p5LOkgu71YbZVTVP8QYG-mkktCTukCDE7Lm_kw3ig/s1600/20141008_212414_resized.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e4a0423bd66088b457f.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Tari Malulo</span></div>
</div>
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;">Dalam kesempatan tersebut kami juga diajak menari "Malulo" bersama dan diajari secara langsung. Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Salut juga dengan keinginan dan tekad mereka yang ingin menjadi penari handal agar bisa memperkenalkan budaya mereka baik kepada Indonesia maupun dunia. </span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span>Kami juga disuguhi makanan khas daerah/ Kuliner yang disajikan adalah Sinonggi, makanan khas Suku Tolaki dari Sulawesi Tenggara. Sepintas makanan ini mirip Papeda kuliner khas dari Papua dan Maluku. Dan ternyata bahan dasarnya sama yaitu sari pati sagu, namun berbeda dalam penyajiannya. Untuk Sinonggi, jika tepung sudah masak tidak dicampur dengan sayur atau kuah ikan, tergantung selera masing-masing. Saya sendiri awalnya sempat ragu karena dilihat dari bentuknya yang seperti lem. Namun setelah disajikan dan dicampur dengan kuah ikan kuning, plus sambal dabu-dabu, segera saja makanan tersebut tandas dalam piring.</span><br />
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<br />
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/Bzf7jN6CMAATmF1.jpg" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e4a0423bd66088b4580.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Aneka Kuliner Khas Sulawesi Tenggara</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="box-sizing: border-box; color: red; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-stretch: normal; font-weight: 600; line-height: 26px; margin: 20px 0px;">7. Menikmati Taman Laut Wakatobi | Sulawesi Tenggara</span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><br /></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Dari Kendari perjalanan kembali dilanjutkan ke Wakatobi dengan menggunakan pesawat. Penerbangan dari Bandara Haluoleo Kendari menuju Bandara Matahora, Wakatobi dapat ditempuh dalam waktu 45 menit. Namun karena keterbatasan bandara hanya bisa didarati oleh pesawat kecil. Kami menggunakan pesawat tipe ATR 72 tipe 500 berbaling-baling yang hanya mengangkut 72 penumpang. Jika ingin berkunjung ke sana harus sudah pesan jauh-jauh hari karena pesawat ini hanya satu kali saja melayani Kendari - Wakatobi PP.</span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Wakatobi sendiri adalah nama sebuah kabupaten di Sulawesi Tenggara yang merupakan singkatan dari nama-nama pulau di wilayahnya yaitu Pulau Wangiwangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia dan Pulau Binongko yang keseluruhannya terdiri dari delapan kecamatan. Wakatobi termasuk satu dari 50 taman nasional yang keberadaannya harus dilindungi. Taman Nasional Wakatobi yang telah ditetapkan sejak tahun 1996 itu memiliki luas 1,39 juta hektar dengan kekayaan bawah laut yang menyimpan begitu banyak keanekaragaman hayati laut termasuk melindungi kondisi terumbu karang yang masuk dalam prioritas utama penyelamatan konservasi laut di Indonesia. Setelah tiba di Bandara Matahora, kami segera menuju pelabuhan karena perjalanan akan langsung dilanjutkan menuju Pulau Tomia dengan menggunakan perahu bermotor. Kami disuguhi pemandangan yang menakjubkan. Saat di dermaga saja pemandangan laut yang berwarna hijau gradasi biru bisa menyegarkan suasana ditengah cuaca yang terik. Segera setelah melepas sauh, perahu mulai mengarungi lautan. Waktu sudah menunjukkan tengah hari dan makan siang kami lakukan di atas perahu sambil menikmati indahnya pemandangan laut dan angin segar. Seiring waktu sinyal komunikasi semakin melemah. Kita tidak bisa share lagi keindahan Wakatobi melalui smartphone. Kami hanya bisa memotret dan merekam lalu menyimpannya. Kurang lebih 3 (tiga) jam kami mengarungi lautan dan akhirnya tiba di Dermaga Pulau Tomia menjelang sore. Perjalanan cukup panjang dan alunan ombak rupanya membuat cepat lapar dan ketika melihat warung bakso di ujung dermaga segera saja seluruh tim menyerbu warung tersebut. Duh jauh-jauh ke Tomia cuma mau makan warung bakso yang pemiliknya asli dari Sragen :)</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Setelah selesai kami segera dibagi kamar untuk penginapan. Karena keterbatasan tempat tim dibagi tiga penginapan yang rata-rata disulap dari rumah penduduk, Ada yang kebagian di hotel terapung yang lokasinya tepat di bibir pantai, ada juga di penginapan yang berada di tengah permukiman penduduk. Saya sendiri kebagian di penginapan yang juga dijadikan basecamp. Esok paginya kami melakukan diving. Spot pertama yang diselami adalah "Waha Bay". Saya sempat nervous juga karena terakhir menyelam setahun lalu di Pulau Komodo, jadi perlu adaptasi lagi. Memastikan masker bersih dan tidak masuk air, mengempiskan BCD dan secara naluriah melakukan squeeze. Awalnya adalah berupa hamparan pasir di kedalaman sekitar 8 meter. Namun ketika menyusur lebih dalam lagi kami menemukan terumbu karang yang indah dan berwarna warni. Ada ikan-ikan yang kecil yang menari-nari didalamnya. Ada ikan badut alias nemo, ada pula ikan batu yang bentuknya seperti batu. Tapi jangan coba-coba menyentuhnya karena memiliki racun yang mematikan. Tidak terasa kedalaman sudah mencapai kisaran angka 18 meter, sementara tabung oksigen sudah menipis diangka 50 bar. Segera saya menghubungi buddy David Setyawan dan minta izin untuk naik dengan memberikan kode jempol ke atas (seperti like di Facebook). Ternyata diapun sudah mencapai batas limit. Akhirnya kita sama-sama naik ke atas. Kurang lebih 30 menit berada di dalam air. Selanjutnya kita istirahat dulu karena instruktur akan membimbing para newbie yang akan melakukan Discovery Dive di kapal sebelah.</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Spot berikut yang akan kami selami adalah "Mari Mabuk" dan "Roma". Kenapa namanya mari mabuk? Nanti liat dan rasakan saja sendiri. Begitu ucap dokter Yudi yang membuat kami semakin penasaran. </span></span><span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;">Dengan melakukan teknik giant strike kami langsung masuk ke kedalaman 15 meter. Dan benar saja, kami semua dibuat mabuk. Banyak sekali ikan dimana-mana dengan aneka ragam warna terumbu karang. Indah sekali. Serasa ada di National Geographic! Tiba-tiba ada ikan yang melintas di depan mata. Beberapa photographer sibuk memotret ikan-ikan dan terumbu karang yang warna-warni. Dan ada satu kejadian unik yang baru pertama kali saya alami selama menyelam. Tiba-tiba air laut yang hangat berubah menjadi dingin. Sedingin es. Awalnya takut juga apakah ada masalah dengan tubuh saya. Tapi tidak lama kembali menjadi hangat lagi. Ketika saya tanya instruktur saat sudah di atas fenomena itu adalah arus air di dalam laut dan itu kerap terjadi.</span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://pbs.twimg.com/media/B0OIkBqCAAA9bM6.jpg:large" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e4c0423bd66088b4581.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Pemandangan bawah laut di Wakatobi.</span></div>
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
</div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">30 menit kami habiskan di area mari mabuk, kemudian dilanjutkan ke wilayah Roma. Tempat ini mirip dengan colloseum, itulah mengapa disebut Roma. Tidak lupa kami membentangkan spanduk Terios 7 Wonders untuk dokumentasi. Arus mulai datang, sebelum terbawa arus akhirnya kami segera naik ke perahu.</span></span></div>
<div class="img-read" style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; line-height: 25px;">
<div class="img" style="box-sizing: border-box; height: auto; overflow: hidden; position: relative; text-align: center; width: 506.656px;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipANS-qFagpB4H71qTOS6tQ3UqdZMqooJBJDz0_SNB-xQlw7n0BGH-9IZsiQj46kPtGwmDfMHlv2RfgsLEoHyi7rm0LpLbZWlC194hSvLX-3qxS0W7SVGQEXjhjibhltjhxz5QURofw34/s1600/IMG_0832.JPG" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #151b28; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e4c0423bd66088b4582.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; margin: 0px auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></span></a></div>
<div class="title" style="box-sizing: border-box; color: #9d9d9d; font-size: 12px; font-stretch: normal; line-height: 18px; margin: 10px 0px 20px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;">Bergaya di atas Roma (Foto : Wulan)</span></div>
</div>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Dua kali dive dengan rata-rata 45 menit penyelaman bagi seorang new diver seperti saya cukup melelahkan. Apalagi waktu sudah menunjukkan lewat tengah hari. Akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat dulu sambil makan siang di tepi pantai yang indah. Dan setelah selesai makan kami melanjutkan penyelaman ke-3 di "Gunung Waha". Gunung Waha merupakan suatu tempat di kedalaman sekitar 15-20 meter, tempatnya menyerupai gunung yang ditumbuhi oleh berbagai jenis koral dan terumbu karang. Satu pemandangan yang membuat menakjubkan adalah adanya segerobolan ikan-ikan atau biasa disebut schooling.</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="background-color: white; font-size: 15px; line-height: 25px;">Pemandangan yang biasa dilihat di TV kini tampak di depan mata. Sungguh suatu pengalaman yang luar biasa. Tidak terasa saat kontrol persediaan udara sudah mencapai titik kritis 50 bar. Bersama buddy David Setiawan memutuskan untuk segera naik namun sebelumnya melakukan safety stop terlebih dahulu selama 3 menit sambil menikmati pemandangan sebelum naik. Dan keindahan semakin sempurna ketika kepala muncul di atas permukaan laut yang pertama terlihat adalah semburat mentari yang bersiap untuk tenggelam. Rasanya ingin waktu berhenti sejenak menikmati </span></span><span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;">senja hari itu.</span><br />
<span style="background-color: white; color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif; font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span>
<br />
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; color: #151b28; font-size: 15px; font-stretch: normal; line-height: 25px; margin-bottom: 25px;">
<span style="font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIK4hJn_m_zc4odrH7ppShqQsjFqEEddjXNM-rW4d_wqI-xcPz_S2NqEAODs2SZ2uutWV-a3QRW-oba9nptPgrIeSYSYNTcd4neyPab3BFKQn5CktHQ6rJI4sbyenNxGSUXoyxxB9PRG0/s1600/Sunset+Tomia.JPG" style="background-color: transparent; box-sizing: border-box; color: #125ba8; font-stretch: normal; font-weight: 700; text-decoration: none; transition: 0.5s;" target="_blank"><img alt="" src="http://assets.kompasiana.com/statics/crawl/55626e4d0423bd66088b4583.jpeg" style="border: 0px; box-sizing: border-box; height: auto; max-width: 100%; vertical-align: middle;" /></a></span></div>
<div style="background-color: white; box-sizing: border-box; font-stretch: normal; margin-bottom: 25px;">
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;">Saya masih tidak percaya bisa menjelajahi Sulawesi melalui darat selama 13 hari, perjalanan panjang hingga ratusan bahkan ribuan kilometer. Tentu ini menambah pengalaman dan wawasan tentang suatu tempat dari sisi budaya dan wisata dengan segala keunikannya.</span></span><br />
<span style="color: #151b28; font-family: "georgia" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: 15px; line-height: 25px;"><br /></span></span>
<br />
<h4 style="text-align: center;">
<br /></h4>
<div style="font-size: 15px; line-height: 25px;">
</div>
</div>
Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com5tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-69718009598778055812015-01-27T14:02:00.000+07:002017-01-27T14:03:41.136+07:00PETA INDONESIA<iframe height="480" src="https://www.google.com/maps/d/embed?mid=1QhozpZqlb0dkZlBLPd53c-FBwcs" width="640"></iframe>Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-90720190081071400802015-01-12T20:31:00.000+07:002016-01-12T20:35:35.798+07:00JAMBI<iframe height="480" src="https://www.google.com/maps/d/embed?mid=z9uMzjhVLV4A.k3hIiC8Oc5_Q" width="600"></iframe>Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1870826388296639648.post-88805186365862206862015-01-12T20:06:00.000+07:002016-01-12T20:35:52.528+07:00SUMATERA BARAT <iframe height="480" src="https://www.google.com/maps/d/embed?mid=z9uMzjhVLV4A.kXoQ4scEAMKg" width="600"></iframe>Harrismahttp://www.blogger.com/profile/11874294261787894053noreply@blogger.com0