Dalam satu kesempatan aku bertugas untuk mengunjungi kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sesaat setelah mendarat di Bandara Sepinggan Balikpapan perjalanan kami lanjutkan menuju kota Samarinda melalui jalan berliku melewati Hutan Lindung Bukit Soeharto. Dalam perjalanan, karena perut sudah terasa lapar, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sejenak sambil makan siang di sebuah rumah makan. Uniknya nama rumah makan tersebut adalah Tahu Sumedang. Sebuah kuliner khas dari Kota Sumedang Jawa Barat. Ternyata jenis makanan ini disukai di wilayah ini hal ini ditunjukkan dengan selalu ramainya rumah makan tersebut dan yang lokasinya berada di kedua ruas kiri dan kanan jalan. Dan ketika aku mencicipinya, jujur saja rasanya lebih enak dari aslinya. Lebih gurih dan lebih crispi. Ditambah lagi dengan sambal rasa pedas-pedas manis. Sedangkan aslinya hanya menggunakan cabe ijo. Memang produk inovasi itu selalu lebih baik dari pendahulunya ya :D
Setelah kenyang perjalanan kami lanjutkan, tidak lupa membawa bekal untuk di perjalanan karena waktu tempuh untuk mencapai Kota Samarinda 2 jam lagi. Pemandangan sepanjang perjalanan adalah berupa hutan, kebun dan diselingi oleh rumah-rumah penduduk. Ada juga lokasi-lokasi yang dijadikan pertambangan batubara. Daerah ini memang dikenal sebagai produsen batubara terbesar di tanah air. Bayangkan setiap kita menggali tanah, yang ada itu emas hitam alias batubara.
Dan akhirnya tibalah di Kota Samarinda. Kota ini persis di tepian Sungai Mahakam. Melewati Jembatan Mahakam I yang seakan menjadi pintu gerbang untuk memasuki pusat kota. Saat itu sudah memasuki waktu sholat ashar dan kami memutuskan untuk mampir ke mesjid terdekat sebelum check in di hotel.
Sang sopir membawa kami ke sebuah mesjid yang - Subhanallah - megahnya, mirip dengan mesjid yang berada di Mekah. Ternyata kami dibawa ke MASJID ISLAMIC CENTER SAMARINDA. Mesjid terbesar di Pulau Kalimantan, bahkan terbesar dan termegah kedua di Indonesia dan Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal - Jakarta.
Setelah bersujud melakukan shalat, aku sempatkan untuk berkeliling untuk mengetahui lebih jauh tentang masjid megah ini yang letaknya berada ditepi Sungai Mahakam. Dan ternyata setelah melakukan eksporasi masjid ini penuh dengan nilai-nilai filosofi yang islami. Bagus nih untuk postingan di blog pribadiku.
Selasar masjid (sumber foto : dokumen pribadi)
Masjid ini memiliki luas bangunan 43.500 meter persegi dan terdiri dari 7 menara. Angka 7 terbilang istimewa karena cukup banyak makna yang terkandung dalam angka ini seperti jumlah hari, warna, langit, turunan dll. Untuk menara utama tingginya adalah 99 meter yang memiliki makna Asmaul Husma atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99.
Menara masjid dengan tinggi 99 meter (sumber foto : dokumen pribadi)
Sementara jumlah anak tangga dari lantai dasar menuju lantai utama masjid berjumlah 33 buah anak tangga, sama dengan hitungan dzikir 33 x. Selain menara utama, masjid ini juga memiliki 6 menara yang mengelilingi bangunan utama. Angka 6 menunjukkan jumlah rukun iman.
Perhatikan anak tangganya, ada 33 buah (sumber foto : dokumen pribadi)
Tanpa terasa sudah satu jam aku habiskan untuk mengelilingi masjid ini. Akhirnya dengan berat hati kami pergi meninggalkan untuk segera mencari hotel untuk menginap.
kaligrafi di salah satu sudut masjid (sumber foto : dokumen pribadi)
Maket Masjid Islamic Center Samarinda (sumber foto : dokumen pribadi)
Dan ketika malam saat kami keluar hotel untuk mencari makan malam, kami sempat melewati masjid ini kembali dan melihat pemandangan yang indah dengan cahaya yang terang benderang.
Semoga suatu saat nanti aku bisa bersujud kembali di masjid ini
(sumber foto : dokumen pribadi)
2 comments:
hmm,, nice trip kang harris, bikin ngiler hehe. ditunggu liputan travel selanjutnya :D
hehehe terima kasih :)
Post a Comment