Friday, February 14, 2014

Mari Menari Tortor


Kolaborasi keindahan alam dan budaya menjadi daya tarik tersendiri sehingga membuat para turis baik dari mancanegara atau domestik tertarik untuk datang ke sebuah destinasi wisata di Indonesia.

Seperti yang saya alami ketika mengunjungi Danau Toba tanggal 7-9 Desember 2013 lalu. Tiga hari perjalanan terasa singkat mengingat banyaknya destinasi yang wajib dikunjungi di wilayah Sumatera Utara ini. Bukan hanya wisata alam dan budaya, tapi juga wisata sejarah dan wisata kuliner khas wajib dicicipi. Ini adalah kunjungan pertama saya ke Danau Toba.


Jika selama ini sudah sering mendengar tentang keindahan daerah ini, hanya dari foto, cerita dan gambar, kini - selama 3 hari 2 malam dapat menikmati dan mengekplorasi keindahan alam dan budayanya  termasuk tarian tradisional. Salah satunya yang paling terkenal adalah Tor-tor.

Saat mengunjungi Museum TB Silalahi di Toba Samosir kami disambut oleh tarian yang dibawakan oleh empat orang muda-mudi. Tarian Tor-tor memadukan gerak tangan, kaki, kepala dan tubuh yang menggambarkan harmonisasi gerakan yang seirama dengan musik. Tarian khas Batak Toba ini awalnya dimainkan dengan iringan musik khas Batak Toba berupa Gondang Sabangunan (Seperangkat Gendang) danuning-uningan (kecapi, seruling, gong).
Tor-tor. Tarian Tradisional Khas Batak
Jenis tarian Tor-tor cukup beragam, yaitu antara lain Tor-tor pangurasan atau pembersihan yang ditarikan pada waktu upacara besar sebagai persembahan Mulajadi Nambolon. Ada juga yang disebut tor-tor siputu cawan atau tari tujuh cawan yang ditarikan pada waktu upacara pengukuhan raja. Menurut mitos, tari ini berasal dari tarian tujuh bidadari yang mandi di puncak Gunung Pusuk Buhit bersamaan dengan dengan datangnya Piso sipitu sasarung atau pisau bersarung tujuh. Saat ini Tor-tor ditarikan pada berbagai acara dan ritual antara lain untuk menyambut tamu dan untuk acara penjamuan lain.
Setelah menyaksikan tarian Tor-tor, pemandu mewajibkan kami untuk ikut menari. Kalau tidak menari kami tidak boleh keluar meninggalkan tempat tersebut. Setelah mengenakan kain Ulos - kain khas yang terbuat dari tenun ikat - kami semua lantas menari bersama mengikuti gerakan-gerakan dinamis tersebut. Ternyata ada perbedaan antara penari wanita dan laki-laki. Dalam menggerakkan tangan, wanita harus menyatukan kedua tangannya didepan dada sambil digerak-gerakkan. Sedangkan laki-laki, kedua tangan digerakkan tapi tidak menyatu alias terpisah dan digerakkan didepan dada berlawanan arah. Kami menari. Bergerak ke kiri dan ke kanan. Melingkar. Maju. Mundur. Sesuai dengan irama lagu. Ternyata capek juga ya menari Tor-tor itu. Tidak terasa keringat sudah keluar dari tubuh.
Saya pun ikut menari Tor-tor
Saya pun ikut menari Tor-tor
Ada pemandangan yang cukup unik ketika kami menari. Saya melihat ada sebuah patung kayu seperti wayang golek tapi seukuran manusia ikut menari dengan cara digerakkan tali oleh seseorang. Pemandu menjelaskan bahwa patung tersebut adalah Sigale-gale.
Kisah atau legenda Sigale-gale melukiskan kasih sayang seorang ayah yang kehilangan anaknya. Kepergian sang anak ternyata membuahkan kesedihan yang mendalam dihati sang ayah. Untuk mengingat sang anak, maka sang ayahpun membuat gambaran anaknya pada sebilah kayu. Gambaran anak tersebut dikenal sebagai Sigale-gale yang dapat menari dengan bantuan tali. Sigale-gale masih bisa kita temukan dipekarangan perkampungan Batak di Huta Bolon.
13866945061342763485
Sigale-gale

Selesai menari Tor-tor kami memasuki museum yang banyak memberikan informasi seputar sejarah Suku Batak dan Danau Toba yang selama ini tidak kami ketahui. Diantaranya adalah proses adanya Danau Toba yang terbentuk melalui proses geologis berupa ledakan tektonovulkanik pada Gunung Toba sekitar 75.000 tahun silam. Ledakan multimegaton pada perut bumi telah menciptakan kaldera vulkanik. Puncak Gunung Toba yang meledak tersebut adalah Pulau Samosir yang tidak ikut hancur. Kaldera Vulkanik yang selanjutnya berisi ari tersebut dinamakan Danau Toba, yakni danau hamparan air terindah dan terluas di muka jagad raya.
Selanjutnya kami mengunjungi dan menginap di Pulau Samosir. Menikmati keindahan alam danau yang menawan, melewati air terjun Situmurun yang indah dan mengunjungi makam raja Sidabutar. Malamnya kami dihidangkan kuliner khas sambil diiringi lagu-lagu tradisional khas tanah batak.
Panorama Pulau Samosir
Panorama Pulau Samosir
Air Terjun Situmurun
Air Terjun Situmurun
Mengunjungi Danau Toba menambah pengalaman kami dalam menjelajahi keindahan Indonesia. Selain menambah pengetahuan tentang tarian tradisional Tor-tor dengan mengetahui sejarahnya, juga ikut merasakan gerak dan teknik tarian tersebut yang penuh makna.
Wonderful Indonesia. HORAS!

(Foto : Koleksi Pribadi)

0 comments:

Post a Comment