Pulau Komodo, The Real "Wonderful Indonesia"

Pulau Komodo, Pulau Rinca, Pulau Kalong, Pantai Pink, dan semua tempat-tempat yang kami datangi benar-benar mencerminkan keindahan alam Indonesia

Taman Nasional Baluran

Salah satu Taman Nasional di Indonesia yang terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo dan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur

Menjelajahi Tanah Air Beta

"...Walaupun banyak negeri kujalani Yang masyur permai dikata orang, Tetapi kampung dan rumahku Di sanalah ku merasa senang Tanahku tak kulupakan Engkau kubanggakan ...".

3000 km Jelajah Daratan Sulawesi

Perjalanan ribuan kilometer dengan melewati seluruh propinsi di Sulawesi memang sulit untuk ditolak. Rasanya ini akan menjadi petualangan yang paling jauh yang pernah dilakukan.

Mengunjungi Habitat Orangutan di Taman Nasional Sebangau

Tidak mudah untuk menemukan keberadaan orangutan tersebut. Kita harus sabar menunggu mereka keluar untuk beraktifitas.

Saturday, February 15, 2014

Sawarna, Surga Tersembunyi di Ujung Banten

Tepat jam 08:30 tim berangkat menuju destinasi pertama yaitu Desa Sawarna yang berada di wilayah Bayah, Banten. Untuk menghemat waktu, kami tidak melalui jalur Ciawi yang sering macet, namun kami memotong jalan via Jalan Cipaku Bogor hingga tembus di daerah Cihideung, sesudah Lido. Memang sih jalannya jadi sedikit curam dan berliku, namun Terios TX yang kami gunakan dapat melibas medan dengan mudah. Dari Cihideung kemudian menggunakan jalan alternatif lagi kemudian muncul di Parungkuda. Dari situ kami juga menggunakan jalur alternatif lagi melalui Cikidang yang melewati Sungai Citarik yang terkenal dengan arung jeram-nya. Kurang lebih satu jam melewati kawasan perkebunan dan hutan kami sudah tiba di Palabuhanratu tepat jam 12:00 sesuai dengan rencana. Jadi pas banget dengan waktunya makan siang yang kali ini diadakan di sebuah rumah makan tepat berada di tepi pantai.


Di daerah Cikidang menjelang Palabuhanratu
Di daerah Cikidang menjelang Palabuhanratu

Malam Sejuta Bintang di Ranu Pani

Hari ini akan mengunjungi Ranu Pani, sebuah danau (ranu) seluas 4 hektar tempat yang berada di kaki Gunung Semeru yang juga merupakan salah satu tempat tinggal suku Tengger. Sebelumnya kami mengunjungi tuan rumah Daihatsu Malang dan mendapat sambutan yang cukup meriah. Menjelang siang kami berangkat melalui daerah Kabupaten Lumajang. Walau jaraknya cukup dekat, berdasarkan data GPS adalah sekitar 51 km, namun untuk menuju kesana ternyata harus melalui jalan yang melingkar dan berliku. Ditambah dengan kondisi jaln yang berbatu dan rusak.

Saat perjalanan, kami cukup senang ketika melihat penampakan Gunung Semeru dari kejauhan. Namun keberadaan Gunung tersebut kadang ada, kadang menghilang. Kadang berada di kiri jalan, kadang ada di kanan jalan. Hal ini disebabkan oleh kondisi jalan yang berliku-liku (jangan berpikiran mistis dulu :))

Nampak Gunung Semeru dari kejauhan
Nampak Gunung Semeru dari kejauhan


Friday, February 14, 2014

Eksplorasi Taman Nasional Baluran



Pagi hari disibukkan dengan orang-orang yang akan mengejar sunrise. Mengingat momen tersebut sangat spesial, segera saya bangun dari tempat tidur, mengambil kamera dan ikut berburu sunrise. Sampai lupa mandi, bahkan sekedar ganti baju sekalipun. Waktu masih menunjukkan jam 5 pagi, tapi langit sudah terang benderang seperti jam 6 pagi. Memang sih di Kawasan Baluran ini sudah mendekati daerah Waktu Indonesia Tengah jadi wajar jika waktu pagi nya lebih terang.


Matahari sudah menampakkan sinarnya. Bentuknya yang berwarna jingga memberikan efek indah yang membentuk siluet dari pohon-pohon yang berada di sekitar Taman Nasional Baluran. Mata langsung disuguhkan pemandangan alam sabana yang luas seperti padang-padang di Afrika yang sering saya lihat di National Geographic.

Setelah selesai hunting foto sunrise, dengan menggunakan Terios, kami kembali menjelajahi dan mengeksplorasi keindahan alam Taman Nasional Baluran yang memiliki luas 25.000 Hektar. Sejauh mata memang terhampar dataran vegetasi sabana yang diselingi dengan pohon-pohon khas daerah kering. Sesekali kami harus mengendap-ngendap karena melihat adanya segerombolan kijang yang sedang mencari makan. Jika mendengar ada yang datang mereka langsung lari ke bagian hutan.

Ada pemandangan unik saat kami kembali ke wisma untuk sarapan pagi. Di depan wisma hadir beberapa monyet rambut mohawk yang siap menyantap makanan yang kita beri. Awalnya cuma satu dua ekor. Tapi lama-lama menjadi banyak. Seperti serbuan dari Planet of The Apes. Beberapa dari mereka bahkan berani masuk wisma jika pintu terbuka. Saya memergokinya sekali, tapi ketika melihat manusia mereka langsung kabur. Mungkin dalam pikirannya wah takut ada kingkong :D.
Ada kejadian lucu saat kami semua berkumpul di depan wisma. Saat melempar-lempar makanan, ada sepasang monyet yang memadu kasih, bahkan beradegan tidak senonoh. Kontan kami semua tertawa melihatnya. Huh dasar monyet :)) Satu kejadian lagi yang tidak saya lupakan yaitu ketika saya menyeduh kopi. Saat akan minum, baru ingat kamera tertinggal di dalam wisma. Kopi panas saya tinggal dan saya masuk mengambil kamera. Ketika saya kembali, ternyata kopi saya sudah diambil satu monyet dan sedang diminum, walau terlihat kepanasan, tetep aja tu monyet ngabisin kopi saya. Lagi-lagi saya cuma bisa berucap, Huh dasar monyet! :D
Semakin siang, semakin panas. Matahari memancarkan sinarnya dengan terik, kurang lebih sekitar 35-40 derajat, padahal waktu baru menunjukkan pukul 10.00 pagi. Bisa kebayang kan panasnya seperti apa. Kalau sudah begitu kita tinggal masuk ke dalam mobil dan ngadem setel AC cukup 2 bar.


Lagi-lagi kami dikejar oleh jadwal yang padat. Kami harus segere meninggalkan Baluran untuk menuju destinasi berikutnya. Dalam setengah jam kami sudah berangkat menuju pelabuhan Ketapang dan dalam waktu satu jam kita menyebrang sudah sampai di Gilimanuk. Welcome to Bali!

Selamat tinggal Pulau Jawa. Dari ujung barat selama tujuh hari kita sudah jelajahi bersama para sahabat petualang hingga ke ujung timur. Saatnya hopping dari pulau ke pulau. Setibanya di Bali, kami sempatkan istirahat dan makan siang dengan menu khas : Ayam Betutu. Perjalanan dilanjutkan menuju tempat istirahat di Pulau Dewata ini yaitu Hotel Santika Kuta. Setelah makan malam di depan hotel, kami semua beristirahat kembali untuk menyiapkan tenaga untuk menuju destinasi berikutnya.

Jelajah Wisata Alam dan Budaya Lombok

Kali ini saya akan mengunjungi salah satu tempat wisata budaya di Pulau Lombok yaitu Desa Sade Rembitan (bukan Rambitan) yang berada di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Untuk mencapai desa ini cukup mudah, tidak jauh dari Kota Mataram dan berada di jalan utama menuju Pantai Kuta Lombok.

Mari Menari Tortor


Kolaborasi keindahan alam dan budaya menjadi daya tarik tersendiri sehingga membuat para turis baik dari mancanegara atau domestik tertarik untuk datang ke sebuah destinasi wisata di Indonesia.

Seperti yang saya alami ketika mengunjungi Danau Toba tanggal 7-9 Desember 2013 lalu. Tiga hari perjalanan terasa singkat mengingat banyaknya destinasi yang wajib dikunjungi di wilayah Sumatera Utara ini. Bukan hanya wisata alam dan budaya, tapi juga wisata sejarah dan wisata kuliner khas wajib dicicipi. Ini adalah kunjungan pertama saya ke Danau Toba.

Thursday, February 13, 2014

Aneka Kuliner Nusantara Dalam Sepiring Nasi Campur Spesial Khas Bali

Jika menyebut Pulau Bali, pikiran kita pasti langsung terbayang : pantai, sunset, kuta. Atau bisa juga upacara adat, ngaben, tari-tarian dan sebagainya. Atau suvenir khas yang unik dan kreatif. Untuk keramahtamahan orang Bali sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Sejak mendarat di bandara pasti kita mendapatkan senyum tulus dari mereka. Senyuman khas yang tidak kita temukan di belahan dunia manapun.

Namun kali ini saya akan membahas kuliner khas Bali. Ayo apa saja makanan khas dari Pulau Dewata ini? Jalan-jalan di Kota Denpasar saya malah menemukan restoran yang cukup ramai. Namanya Ikan Bakar Cianjur. Lho kok malah dari kota di Jawa Barat? Lalu saya bergeser ke Kuta, disini banyak ditemukan makanan yang disajikan untuk orang bule. Saya menemukan satu resto yang unik namanya Bubba Gump & Co. Dari namanya mengingatkan pada cerita dan film Forrest Gump. Saya hanya sekedar lewat dan berfoto di bangku yang persis dalam film yang dibintangi Tom Hank tersebut.

Mata saya terbentur pada sebuah resto yang cukup sering didengar. Warung Made. Nah ini rasanya pernah mendengar kelezatan makanan di tempat ini. Tempatnya pun lumayan enak. Cukup cozy dengan bangku dan meja dari kayu dan menikmati pepohonan yang dihiasi lampu-lampu di tengah resto. Lokasinya berada di Jl. Pantai Kuta. Dari Pantai Kuta lewat Hard Rock Hotel Bali tinggal lurus aja. Lokasinya distance walking kok dari seputaran Kuta.

Lokasi Warung Made
Suasananya begitu ramai. Sepertinya tidak ada tempat yang tersisa. Memang setiap hari warung ini selalu ramai. Begitu kata bli tukang parkir yang ada di depan warung tersebut. Untuk mendapatkan tempat seharusnya kami reservasi terlebih dahulu. Terpaksa kami harus menunggu kurang lebih 30 menit untuk mendapatkan tempat yang kami inginkan.
Suasana Warung Made (Foto : www.madeswarung.com)
Akhirnya dapat juga tempat yang kita inginkan. Agak lama karena kita butuh tempat yang cukup luas karena kita datangnya rombongan sebanyak 7 orang menggunakan Daihatsu Xenia. Dan ketika membuka-buka menu mata saya terpaku pada sebuah sajian yang merupakan khas dan unik dari Bali yaitu Nasi Campur. Sudah sering saya merasakan nasi campur ini, namun nasi campur Warung Made ini berbeda, katanya. Itulah mengapa disebut "Nasi Campur Special". Sementara untuk minuman cukup teh tawar. Saya tidak mau merusak kenikmatan makanan dengan minuman manis.

Rasanya lama sekali menunggu hidangan itu datang. Entah karena lapar atau kecapean karena seharian sudah keliling Pulau Bali mulai dari Sanur melihat sunrise, lalu ke Renon di Denpasar, mengunjungi Tanah Lot, lalu kembali lagi ke Pantai Kuta untuk melihat sunset kemudian baru ke tempat ini.

Dan di tengah obrolan akan serunya perjalanan tadi siang, akhirnya satu per satu hidangan yang dipesan datang juga. Termasuk Nasi Campur Special pesanan saya.

Nasi Campur Khas Bali menyajikan makanan berupa nasi plus aneka kuliner dari Nusantara. Ada gudeg kuliner khas Yogjakarta, ada rendang kuliner khas dari Ranah Minang, opor ayam khas lebaran, tempe dan sambal khas kuliner nusantara plus ikan asin dan serundeng yang menjadi toppingnya. Kuliner khas dari Bali sendiri di wakili oleh sate lilit.

Tiap porsi yang disajikan memang sedikit, tapi rasanya luar biasa. Nggak tau karena laper atau laper banget :) Tapi beneran kok rasanya enak banget. Kita tinggal pilih mau yang mana dulu yang akan dihabiskan. Tapi jangan dicampur aduk kayak bubur ya, nanti rasanya nggak karuan kayak nano-nano. Pertama saya ambil sih gudeg. Rasanya manis khas Jogja. Lalu colek sedikit sambal plus nasi. Kombinasi menyicip ikan asin dan tempe goreng tercampur dengan gurih di dalam mulut. Baru setengah perjalanan nasi sudah habis. Sayang ini bukan restoran Padang, kalo nggak sudah bilang "Nambo cie..." Terpaksa menghabiskan setengah hidangan tanpa nasi, sambil berharap beberapa teman wanita yang menawarkan kelebihan nasi. Tapi ternyata sampai menyantap sate lilit sebagai makanan penutup tidak ada yang menawarkan. Ternyata mereka lapar juga :)


Nasi Campur Khas Bali (Foto : www.banyumurti.net)
Setelah menyantap menu ini, saya berani mengatakan ini. Kalau dulu orang ke Bali tidak sah kalo tidak ke Pantai Kuta, sekarang saya berani katakan kalau belum ke Warung Made dan menyantap Nasi Campur Special-nya belum sah ke Pulau Bali. Sungguh rasanya unik dan luar biasa. Tidak saya temukan di resto atau warung manapun.

Dan jika suatu saat kembali ke Bali lagi pasti saya akan mampir ke tempat ini. Rasanya benar-benar Maknyussss!!!

H