Friday, November 2, 2012

Menapak Atap Sumatera (Bagian 2)




Disana ada Prasasti Puncak Kerinci dan bendera Merah Putih. Untuk mencapainya selain stamina yang prima juga diperlukan semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah. Semangat Aku Cinta Indonesia menjadi...

Hari kedua pendakian Gunung Kerinci berlanjut. Selasa 11 Oktober 2011 kami bangun bergantian dan sudah terjadi berbagai hidangan untuk sarapan pagi. Sungguh kami malu dengan tim logistik ini. Mereka membawa beban begitu berat hingga puluhan kilo, mendirikan tenda dan memasak. 
Sepertinya tenaga mereka tidak ada habisnya.


Aku memilih sarapan roti isi strawberry yang aku petik disekitar tenda yang kami dirikan. Rasanya jangan ditanya, sensasinya sungguh berbeda dengan strawberry jam buatan. Rencananya hari ini kami akan menuju Shelter-2 yang akan ditempuh kurang lebih 3 jam! Wow kebayang deh pegelnya.

Dan benar, perjalanan antara shelter 1 dan 2 rasanya berat, apalagi pendakian dilakukan pada siang hari. Kami start jam 10.00 pagi. Rintangan semakin berat. Jalur pendakian mulai curam. Tanah juga licin akibat hujan semalam. Setiap satu jam kami beristirahat 5 menit untuk minum. Jujur, diantara kami bertiga Dian lah yang paling tangguh. Dia tidak pernah mengeluh. Sementara Bram cukup kerepotan dengan barang bawaannya yang cukup banyak. Beruntung aku hanya membawa barang dalam daypack secukupnya, jadi tidak terlalu berat. Akhirnya setelah berjuang 4 (empat) jam kami tiba di Shelter 2 dengan disambut hujan!

Setelah mendirikan tenda kami banyak menghabiskan waktu didalam tenda karena hujan. Sampai hujan berhenti pukul 17.30 sore menjelang sunset. Kami berharap bisa melihat melihat sunset, namun ada awan menghalangi. Kami hanya kebagian melihat lembayung.

Setelah makan malam kami istirahat karena  pukul 03.00 pagi kami akan meneruskan pendakian menuju Shelter 3 dan langsung menuju Puncak. Alarm sudah kami stel satu jam sebelumnya.

Dingin tidak menyurutkan kami untuk bangun. Setelah menghangatkan badan dengan minuman panas tepat jam 03.00 pagi kami berenam berangkat. Kami dikawal oleh Melky, Azim dan Dede yang membawa logistik. Jalur sudah dapat dikatakan terjal. Vegetasi juga sudah berbeda dengan sebelumnya. Kini yang ada tanaman-tanaman pendek khas pegunungan seperti edelweiss. Lintasan tanah berubah menjadi kerikil lepas. Perlu menjaga jarak dengan anggota tim didepan agar tidak terkena batu yang berjatuhan. Pukul 04.30 kami sudah tiba di Shelter 3!

Tujuan berikutnya adalah Tugu Yudha. Pemberian nama ini untuk mengenang Yudha seorang pendaki yang hilang tahun 2003 lalu. Ditempat ini ditemukan ransel dan barang-barang miliknya. Jalur semakin terjal berpasir. Untuk itu diperlukan gaiter, alat pelindung sepatu agar tidak kemasukan pasir. Jalur semakin ekstim. Kemiringan mencapai 70 derajat. Kami mendaki setengah memanjat. Seperti Rock Climbing tapi tanpa tali. Menggunakan kedua kaki dan kedua tangan untuk mendaki. Menghabiskan waktu satu jam untuk mencapai Tugu Yudha dan kami mendapat bonus : Sunrise!

30 menit kami habiskan waktu untuk mengambil gambar. Baik sunrise atau pemandangan indah yang menakjubkan. Mulai dari danau di Gunung Tujuh hingga jejeran Bukit Barisan yang membiru. Oh memang benar sungguh indah Indonesiaku.
Walau tenaga sudah hampir habis, masih ada satu tugas lagi menanti : muncak. Istilah orang sini untuk mencapai puncak Kerinci. Kami mulai menapaki batu-batu karang yang terjal. Guide kami meminta kami berhenti, karena awan belerang mulai naik dari kawah. Beberapa pendaki yang lain pun sudah kembali turun karena belerang tersebut sangat berbahaya jika dihirup.

Tidak berapa lama angin berubah. Awan belerang kembali turun.  Kami kembali naik namun perlu menggunakan scraf untuk menutup hidung agar tidak menghirup belerang. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada kami mulai menapaki batu-batu itu dengan perlahan. Dian sudah didepan. Beberapa meter lagi mencapai puncak. Aku persis dibelakangnya. Bram masih belasan meter dibawah. Bram sudah hampir menyerah karena kakinya terkilir. Aku berkata pada Dian, kita tunggu Bram agar sama-sama mencapai puncak. Kami terus menyemangati Bram. Akhirnya kami bertiga, sambil berpegangan tangan berhasil melangkah bersama menginjakkan kaki di Puncak Gunung Kerinci. Tak kuasa kami menahan tangis haru. Tak dapat dibayangkan sebelumnya, kami khususnya aku bisa mencapai Puncak Gunung Kerinci! Segera kami mengabadikan momen berharga itu sebelum awan belerang kembali naik.


Puncak Kerinci hanya selebar kurang lebih dua meter. Setelah itu terbentang kawah kaldera jauh dibawah sana yang mengeluarkan awan belerang yang beracun. Perlu hati-hati jika melangkah. Sedangkan panjangnya ke sebelah kiri kurang lebih 20 meter dengan lebar membesar hingga 4 meter. Disana ada Prasasti Puncak Kerinci dan bendera Merah Putih. Namun untuk mencapainya selain stamina yang prima juga diperlukan semangat juang yang tinggi dan pantang menyerah. Semangat Aku Cinta Indonesia menjadi pengobar perjuangan kami mencapai puncak!

0 comments:

Post a Comment