Friday, November 2, 2012

Menapak Atap Sumatera (Bagian 1)

Sungguh suatu pengalaman yang berharga saat mendapat kesempatan untuk mendaki gunung dan yang didaki pun tidak tanggung-tanggung : Gunung Kerinci! gunung api aktif tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.805 m dpl.


Dari Tim 9 Sumatera 1 hanya Dian Ekasari yang pernah mendaki gunung. Aku dan Bram Aditya belum pernah sama sekali. Awalnya aku ragu apakah akan sanggup mendaki gunung setinggi itu?

Segala keperluan mendaki sudah aku persiapkan dari rumah. Mulai dari carrier sampai jas hujan. Mulai dari membeli baru sampai pinjam teman. Aku check list barang-barang yang harus dibawa sampai semuanya lengkap.


Dari Sungai Penuh kami langsung menuju Pintu Rimba untuk memasuki kawasan Gunung Kerinci. Setelah menyantap makan siang nasi bungkus Dendeng Betokok kami siap-siap berangkat. Namun hujan mulai turun. Aku bertanya apakah pendakian ditunda? Tidak jawab guide kami. Pendakian harus dimulai karena waktu berjalan terus. Kami semua mengeluarkan jas hujan. itulah gunanya membawa barang tersebut.

Akhirnya kami ber-9 yang terdiri dari Aku, Dian dan Bram dari tim ACI, Oji pendamping dari Rakata, Melky yang menjadi guide kami, Azim, Andri, Doyok dan Dede yang membantu membawa peralatan logistik, tepat pukul 16.30 WIB mulai mendaki.

Jalur masih datar hingga landai menuju Pos 1 Bangku Panjang. Menurut Melky jalur ini masih jalur pemanasan. Perlu 20 menit untuk mencapai pos ini. Tiba-tiba hujan berhenti. Kami semua melepas jas hujan. Cuaca mulai MestaKung : Semesta Mendukung!

Pukul 17.00 WIB pendakian dilanjutkan. Jalur landai sudah semakin banyak ditambah dengan tangga-tangga alami dari akar pohon. 30 menit berlalu dan kami akhirnya sampai di Pos 2 Batu Lumut. Diberi nama itu karena memang disana ada banyak batu yang berlumut. Menurut Azim dulu tempat batu berlumut itu sungai dan air terjun, namun kini sungai itu sudah kering dan batu-batunya berlumut.

Setelah beristirahat 10 menit pendakian kembali dilanjutkan. Semakin lama medan semakin berat. Hari mulai gelap. Saatnya mengeluarkan headlamp untuk menerangi jalur pendakian. Dan dingin mulai menusuk. Satu jam kami tempuh untuk mencapai Pos 3. Disini kami beristirahat cukup lama. Tim logistik mulai mengeluarkan peralatan masaknya. Mereka membuat minuman  untuk sekedar menghangatkan tubuh. Kopi hitam, teh panas dan susu. 3 gelas. Kita tinggal memilih mau yang mana. Satu gelas rame-rame tidak masalah. Setelah cukup lama beristirahat pendakian mulai dilanjutkan.
Guide kami selalu jujur. Jika medan berat, dia bilang berat. Dan medan untuk menuju Shelter 1 dia bilang berat. Naik terus tanpa ampun. Dalam gelap kami terus mendaki. Aku baru sadar makna bahwa alam selalu menjadi sahabat para pendaki. Disaat kaki sudah berat melangkah, ada tangan yang bisa menggapai apa saja untuk membantu naik. Ada akar pohon. Ada ranting. Ada batu. Semua itu sangat membantu. Dan akhirnya setelah berjuang selama 1,5 jam sampai juga di Shelter 1 tepat pukul 21.00 WIB.

Kami memutuskan untuk membuat tenda dan menginap disini. Rencananya perjalanan akan dilanjutkan besok pagi. Teman-teman logistik mulai mendirikan tenda dan mulai memasak. Langit cerah malam itu. Purnama menemani kami saat santap malam. Lalu kami istirahat sambil mendengarkan lagu wajib para pendaki : lagu Iwan Fals jaman dulu yang masih vulgar. Dalam lelap aku bermimpi mencapai puncak Kerinci. (bersambung)

0 comments:

Post a Comment