Friday, November 2, 2012

Oleh-Oleh dari Pantai Lagundri Sorake Nias, Papan Surfing!



Sejak awal memasuki Pulau Nias kami sudah bertekad akan mencoba belajar surfing di Pantai Lagundri Sorake yang konon menurut para peselancar dari luar negeri merupakan tempat terbaik kedua di dunia setelah 


Namun untuk menuju pantai tersebut tidak semudah yang kami bayangkan. Setelah mendarat di Bandara Binaka di Gunungsitoli kami harus menempuh perjalanan kurang lebih 3 (tiga) jam untuk mencapai lokasi. Pantai Lagundri Sorake terletak di Teluk Dalam termasuk Kabupaten Nias Selatan.
Kami tiba di homestay yang lokasinya tepat berada di bibir Pantai Lagundri Sorake pada malam hari karena melakukan kunjungan ke tempat lain terlebih dahulu. Rencananya kami akan belajar surfing esok pagi sambil menyambut matahari terbit. Kami dikenalkan dengan seorang pemuda asli Nias bernama Slamet yang akan mengajarkan kami bermain surfing. Setelah menyepakati harga sewa papan surfing dan biaya training akhirnya kami janjian ketemuan besok jam 06.00 pagi dan langsung memulai latihan surfing di Pantai Lagundri. Pemilihan pantai ini karena ombak di sini relatif lebih rendah dibanding ombak di pantai Sorake yang bisa mencapai 4 sampai 6 meter.


Dan tibalah waktu yang dinanti-nantikan. Slamet sudah siap dengan segala peralatan surfing. Dengan lugas dia memberi instruksi bagaimana cara mengambil ombak, mendayung saat ombak datang hingga berdiri diatas papan.

Awalnya memang cukup sulit menerapkan teori dan langsung praktek. Perlu kesabaran, keseimbangan dan konsentrasi yang tinggi untuk mencoba olahraga ini. Saat ombak datang kita perlu berancang-ancang untuk menyamakan kecepatan dengan mendayung dengan tangan di atas papan. Jika terlambat kita akan digulung ombak dan masuk ke dalam laut hingga menelan air laut. Tiga kali aku mengalaminya. Dan saat ke empat kalinya aku berhasil dan berselancar didorong ombak. Namun itu belum berdiri diatas papan. Masih tertelungkup saja sudah senang bukan kepalang.

Setelah berhasil mengambil ombak beberapa kali, kucoba untuk berdiri namun selalu gagal. Hingga waktu 2 (dua) jam tidak terasa dan latihan surfing harus segera diakhiri.

Slamet memberi instruksi agar segera keluar dari pantai. Sambil beristirahat kami mengobrol cukup panjang dengannya. Terungkap dia memiliki cita-cita membuat website tentang surfing di Nias Selatan ini. Dia sudah punya beberapa foto dan video yang bagus untuk di tampilkan di website tersebut. Sudah banyak wisatawan yang dikenalnya dari mancanegara, bahkan ada yang menawarinya bekerja di Bali dengan gaji Rp 1o juta namun ditolaknya, dia ingin mengembangkan pariwisata Nias Selatan khususnya olahraga surfing yang sangat dicintainya.

Keinginannya untuk membuat website belum tercapai karena terbentur masalah biaya. Dia rencananya akan menjual salah satu papan surfing-nya untuk menutupi biaya pembuatan website tersebut. Kami cukup trenyuh mendengarnya. Tekadnya begitu kuat untuk mengenalkan salah satu keindahan Indonesia kepada dunia. Dian dan Bram mengusulkan bagaimana kalau kita beli saja papan surfing-nya, kita bisa membantu dia dan nanti kita bisa latihan surfing di Cimaja, Sukabumi - hanya 3 jam dari Jakarta. Akhirnya setelah sepakat dengan harganya, papan surfing itu berpindah tangan. Inilah oleh-oleh yang paling besar kami bawa selama perjalanan ini. Kami cukup senang dapat membantu Slamet untuk mewujudkan cita-citanya. Semoga Slamet bisa segera membuat website dan mengenalkannya pada dunia.

Dan kami akan latihan surfing di Cimaja, Sukabumi agar bisa surfing sambil berdiri!

0 comments:

Post a Comment