Friday, November 2, 2012

Cerita Sedih dari Meulaboh

Saat singgah di Meulaboh kami menginap di rumah penduduk. Dan cerita tentang tsunami 7 tahun silam masih melekat dalam ingatannya. Sebuah cerita sedih kembali terungkap. Teristimewa mendapat cerita langsung dari sumbernya


Minggu, 26 Desember 2004 adalah hari yang tidak terlupakan bagi Teuku Baharuddin dan Cut Leni. Tepat pukul 08.00 WIB gempa besar melanda Meulaboh dan wilayah Aceh lainnya. Baharuddin dan Leni dan ketiga anaknya yang rumahnya tepat di tepi pantai Meulaboh segera bergegas meninggalkan rumah. Lalu 5 menit kemudian gelombang tsunami yang digambarkan Baharuddin seperti ular raksasa bersisik datang dan meratakan semua yang dilewatinya.


Hal terakhir yang diingat Baharuddin adalah saat ular raksasa bersisik itu mendekatinya saat dia dan keluarganya menaiki perahu miliknya. Setelah itu semuanya gelap gulita.

Baharuddin sadar saat dia sudah ada di pengungsian. Dia menemukan isterinya Cut Leni dan kedua anak lelakinya Abeng dan Fadil. Namun dia kehilangan Novi, anak bungsunya yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaannya.
Segala upaya sudah dilakukan Baharuddin dan isterinya untuk mencari anak perempuan satu-satunya itu, entah sudah berapa banyak biaya yang dikeluarkan, namun hasilnya masih nihil. Bahkan Cut Leni sempat hilang ingatan karena pikirannya selalu terganggu akan keberadaan Novi.

Baharuddin sangat yakin bahwa putrinya masih hidup, namun entah dimana. Baharuddin beralasan, orang-orang dekat yang meninggal dunia karena tsunami mendatanginya lewat mimpi. Ibu dan ayahnya, pamannya dan beberapa tetangganya. Namun Novi tidak pernah hadir dalam mimpinya dan itu menunjukkan bahwa Novi masih hidup, ucapnya yakin.

Tiga tahun terakhir ini Baharuddin dan Cut Leni tinggal di rumah baru bantuan dari pemerintah di Blang Brandang setelah sebelumnya tinggal di barak pengungsian selama 4 tahun. Keluarga ini masih berharap bisa menemukan putri kesayangannya itu. Satu harapan terakhir Baharuddin adalah dia ingin sekali berjumpa dengan anaknya yang hilang sebelum dia meninggal dunia. Rasanya akan sangat bahagia jika kembali bertemu dan berkumpul bersama keluarga, ucapnya dengan tatapan mata menerawang.

Kami mendengar cerita itu dengan perasaan sedih dan bersalah. Karena mengingatkan kembali kenangan pahit yang tidak terlupakan itu. Kami hanya bisa berdoa agar keluarga Teuku Baharuddin segera dipertemukan dengan anaknya jika masih ada.

Semoga


2 comments:

banyak orang yang masih menyimpan harapan seperti itu Kang. pun termasuk keluarga besar yudi. kami masih menyimpan harapan kalau kalau, sepupu saya, masih selamat. Tapi mau cari di mana? ratusan ribu orang meninggal, ratusan ribu orang hilang, dan belum lainnya

Iya. Kita hanya bisa berdoa, jika masih hidup mohon segera dipertemukan. Jika sudah tiada diberikan tempat terbaik di sisiNya. Aamiin

Post a Comment