Tuesday, October 14, 2014

Terios 7 Wonders : [Day-7] Menjajal Terios dari Kolaka hingga Finish di Kendari




Setelah semalaman mengarungi Teluk Bone dari Pelabuhan Bajoe akhirnya setelah 8 jam sampai juga di Pelabuhan Kolaka. Namun sayang, 5 dari 7 Daihatsu Terios kami tertinggal di dermaga tidak bisa masuk ke dalam kapal ferry. Rencana awalnya memang semua Terios sudah masuk semua, namun karena ada bus yang mengangkut banyak penumpang, akhirnya terpaksa mereka didahulukan, karena ferry tersebut adalah ferry terakhir yang beroperasi hari itu. Akan ada lagi keesokan harinya, jadi kami tidak tega juga melihat para penumpang harus menunggu selama itu. Dan ke-5 Daihatsu Terios terpaksa harus menunda waktu istirahatnya karena mereka akan menggunakan jalan darat menuju Kolaka dengan mengitari pesisir Teluk Bone. Ratusan kilometer dengan medan beragam 'menyiksa' Daihatsu Terios sepanjang malam hingga setelah tengah hari baru tiba di penginapan tempat kami dengan selamat. Total waktu yang ditempuh sekitar 14 jam!


Tim kami sendiri yang menggunakan kapal ferry tiba sekitar jam 8 pagi dan beristirahat di penginapan sambil menunggu tim darat. Dan setelah mereka datang, kami melanjutkan perjalanan menuju Kendari. Saya sendiri mengambil alih kemudi di etape akhir ini, karena harus berpisah dengan para pengemudi. Mereka akan kembali ke Makassar.

Sebenarnya sudah sejak dari hari pertama saya mencoba mengemudi Daihatsu Terios ini, namun hanya sebagai pengganti jika pengemudi terlihat lelah dan jalan yang dilalui memasuki perkotaan. Namun kali ini saya ingin mencoba full mengemudi hingga finish di Kendari. Medan yang ditempuh cukup bervariasi, mulai dari jalan tanjakan terjal, turunan curam, hingga kelokan hampir 180 derajat. Hampir tidak ada istirahat, hanya sekali berhenti karena ada teman yang ingin buang air kecil. Dan etape terakhir sepanjang 158 km itu kami ditempuh dalam waktu 4 jam.

Tuntas sudah perjalanan selama 7 hari bersama Daihatsu Terios melintasi 7 destinasi yang luar biasa, mulai dari Menado, Gorontalo, Majene, Parepare, Tana Toraja, Tanjung Bira hingga Kendari. Melintas 6 propinsi di Sulawesi yang menempuh hampir 3.000 km. 

Sesampainya di Kendari kami disambut oleh para penari muda dari Sanggar 28 Kendari. Mereka begitu bersemangat memberikan tarian persahabatan "Malulo" tarian khas daerah Kendari. Selain itu ada juga tarian Kalegoa dari Buton, tari Linda dari Muna, tari Wa Ode Wau dari Wakatobi.


Tari Malulo

Para pengiring tarian
Dalam kesempatan tersebut kami juga diajak menari "Malulo" bersama dan diajari secara langsung. Tarian ini dilakukan dengan posisi saling bergandengan tangan dan membentuk sebuah lingkaran. Posisi tangan saat bergandengan tangan, untuk pria posisi telapak tangan di bawah menopang tangan wanita. Anak-anak muda pelajar SMP dan SMA ini begitu bersemangat mengajari kami. Salut juga dengan keinginan dan tekad mereka yang ingin menjadi penari handal agar bisa memperkenalkan budaya mereka baik kepada Indonesia maupun dunia. Rata-rata mereka sudah mulai belajar menari sejak kelas 1 SMP, saat ini sudah ada yang belajar menari sampai 6 tahun.

Sanggar 28 adalah sanggar yang didirikan oleh Pemda Sulawesi Tenggara. Didirikan sejak tahun 1991 hingga saat ini sudah menghasilkan 18 angkatan dengan jumlah anggota sebanyak 1500 orang dengan rata-rata 120 orang per angkatan. Semoga semangat anak-anak daerah dalam melestarikan budaya daerah tetap terjaga, tidak tergerus oleh arus globalisasi yang kini sudah melanda anak muda di perkotaan.

Selfie bersama sebelum berpisah
Tanpa terasa waktu semakin larut dan kami harus segera check-in di Swiss Belhotel Kendari untuk beristirahat karena masih ada kegiatan di esok hari.

0 comments:

Post a Comment