Thursday, October 9, 2014

Terios 7 Wonders : [Day-5] Amazing Tana Toraja


Selamat pagi dari Tana Toraja. Begitu ucapan yang saya cuitkan lewat twitter, lengkap dengan foto secangkir kopi Toraja dengan latar belakang Daihatsu Terios Sahabat Petualang dan rumah Tongkonan yang diinapi semalam. Kontan beberapa teman langsung memberikan reaksi sedikit iri karena hari itu bertepatan dengan hari senin karena mereka harus bekerja sementara saya masih jalan-jalan :)

Suasana pagi di Desa Lembang Tadongkon, Kesu
Segelas kopi Toraja tadi kontan membuat badan menjadi hangat di tengah udara yang dingin. Tidak berapa lama segera keluar makanan untuk sarapan pagi. Jika dilihat dari menu-nya sih sepertinya makanan berat, ada nasi dan lauk pauk plus jus terong belanda sebagai dessert. Tapi akhirnya habis juga, lumayan sebagai penambah energi karena hari ini akan eksporasi Tana Toraja di beberapa tempat.

Berebut sarapan pagi
Setelah sarapan, tim berangkat menuju destinasi pertama yaitu Londa. sebuah tebing berbatu dan curam yang dipakai sebagai pemakaman oleh leluhur sejak abad 10 Masehi. Jenazah terlebih dahulu dimasukkan ke dalam peti kemudian disimpan di dalam tebing. Lokasi penyimpanan disusun berdasarkan kasta. Semakin tinggi kasta, semakin tinggi dia disimpan. Khusus untuk para bangsawan juga dibuatkan patung yang dipajang di bagian depan tebing. Selain itu ada juga dua buah goa yang didalamnya tersimpan ratusan kerangka jenazah, ada yang tersimpan di dalam peti, ada juga yang tergeletak begitu saja. Kami semua memasuki goa yang gelap dan sempit, bahkan sampai harus jongkok untuk memasukinya. 

Tebing Londa
Patung bangsawan menyambut para wisatawan
Suasana di dalam goa Londa yang sempit
Jadi serasa Indiana Jones ketika memasuki pekuburan ini. Melihat setiap tengkorak dan peti jenazah dan mendapat penjelasan dari sang pemandu wisata. Hingga mendapat satu cerita yang unik tentang kisah sepasang tengkorak yang tergeletak berdampingan disudut goa.

Mereka adalah Lobo dan Andui. Sepasang kekasih yang bunuh diri karena cintanya tidak direstui oleh orangtuanya karena masih saudara sepupu. Mereka bunuh diri dengan cara menggantung diri di pohon yang sama, pada hari yang sama. Setelah mereka meninggal tentu keluarganya amat sedih. Akhirnya mereka sepakat untuk menempatkannya berdampingan di dalam goa Londa ini. Mendengar cerita ini jadi teringat kisah Romeo & Juliet.

Kerangka Lobo dan Andui, kisah Romeo & Juliet dari Tana Toraja
Setelah selesai menelusuri goa Londa,perjalanan dilanjutkan menuju Kete Kesu, sebuah permukiman tua di Tana Toraja. Konon pemukiman ini sudah ada sejak 800 tahun yang lalu dan sampai saat ini masih berdiri dengan megah, Tentu dengan beberapa perbaikan dan renovasi jika ada kerusakan. Dan ketika memasuki kawasan ini rasanya seperti terlempar pada masa lalu. Dengan jejeran bangunan Tongkonan yang rapi, termasuk dengan ukiran-ukiran khas. Sungguh kami dibuat takjub dengan kebudayaan di Tana Toraja ini. Benar-benar amazing!

Pemukiman Tua Kete Kesu
Tongkonan berjejer rapi di Kete Kesu
Tongkonan ini sudah berusia 800 tahun
Semakin banyak tanduk kerbau, semakin kaya si pemilik Tongkonan
Bertemu dengan Kerbau Bonga yang harganya sekitar Rp 300 jutaan
Destinasi berikut yang dikunjungi adalah Baby Grave di Kambira. Berupa kuburan bayi ditanam di dalam pohon Tarra. Jadi jika ada bayi yang meninggal, dapat "dimakamkan" di pohon ini dengan syarat bayi tersebut belu tumbuh gigi. Caranya adalah bayi yang sudah meninggal dimasukkan ke dalam batang pohon yang sudah dilubangi, kemudian ditutup ijuk. Bayi dimasukkan dengan cara duduk dan tidak menghadap kerumahnya agar orangtuanya tidak merasa sedih berkelanjutan. Adapun mengapa bayi tersebut dimasukkan ke dalam pohon, saat itu dipercaya bahwa bayi tersebut tidak meninggal, tapi hanya pindah orangtua. Jadi pohon itu menjadi ibu barunya dengan memberikan air susu berupa getah pohon. Satu pohon bisa diisi oleh sekitar 10 bayi. Semakin tinggi ditanam, semakin tinggi kasta bayi tersebut. Pohon yang kami datangi sudah berusia sekitar 900 tahun. Masih berdiri kokoh, namun sebagian sudah lapuk dan bagian atasnya sudah patah 7 tahun lalu. Bayi terakhir yang dimakamkan terjadi pada tahun 1950.
Objek Wisata Baby Grave Kambira

Baby Grave
Sungguh luar biasa kebudayaan yang ada di Tana Toraja ini, memang pantas menjadi salah satu andalan pariwisata di Indonesia. Bukan hanya wisatawan lokal saja yang tertarik tapi termasuk wisatawan asing dari berbagai negara seperti Belanda, Jerman, Jepang, dll. Hal ini kami ketahui ketika sedang menyantap makan siang di sebuah rumah makan yang pengunjungnya orang asing semua, hanya tim kami yang berasal dari Indonesia. Sungguh budaya di Tanah Toraja benar-benar Amazing! 

0 comments:

Post a Comment