Thursday, October 24, 2013

Rumah Gadang, Mahakarya Arsitektur dari Ranah Minang


Istana Basa Pagaruyung, Batu Sangkar

Melihat foto "Rumah Gadang Sumatera Barat" karya Aziz Fauzi Rahmat Amrizal yang menjadi salah satu finalis dari 24 Potret Mahakarya Djisamsoe ini saya jadi teringat saat mengunjungi daerah Ranah Minang tahun 2011 lalu. Bangunan adat yang unik ini memang sungguh indah dan enak dipandang mata dan juga sangat fotogenik untuk diabadikan dalam sebuah foto.


Banyak sekali rumah gadang yang saya jumpai. Sepanjang jalan yang dilalui cukup banyak bangunan yang atapnya menyerupai tanduk kerbau ini. Salah satunya adalah rumah gadang yang berada di Batu Sangkar yaitu Istana Basa Pagaruyung. Istana ini merupakan objek wisata budaya yang terkenal di Sumatera Barat. Sayang pada tahun 2007 terbakar habis dan baru dibangun kembali sekitar tahun 2010 lalu. Saat saya mengunjungi tempat ini masih dalam proses penyelesaian.

Istana Basa Pagaruyung ini juga merupakan replika dari Istana aslinya yang juga pernah terbakar pada tahun 1804. Lalu dibangun kembali dan terbakar kembali pada tahun 1966. Memang dengan materi atap dari ijuk yang mudah terbakar sehingga menjadi rentan termasuk ancaman dari sambaran petir seperti yang terjadi pada tahun 2007.

Saat mengunjungi Istana ini saya jadi lebih banyak tahu tentang filosofi dari rumah gadang. Ternyata tidak semua wilayah di Minangkabau boleh didirikan rumah gadang, hanya tempat yang sudah berbentuk "nagari" yang boleh didirikan rumah adat ini.

Biasanya rumah gadang di huni oleh beberapa keluarga, jadi satu keluarga besar boleh menghuni rumah ini namun ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi. Perempuan yang sudah bersuami boleh menempati satu buah kamar bersama sang suami, sementara perempuan yang masih perawan ditempatkan dalam satu kamar. Sementara perempuan tua dan anak-anak ditempatkan di kamar dekat dapur.

Tidak ada sekat dalam rumah gadang kecuali sekat untuk kamar. Jadi ruangan dari depan terbuka mulai dari ruang tamu, ruang keluarga hingga dapur yang ditandai oleh tiang-tiang. Rumah gadang dibangun diatas tanah yang luas milik keluarga yang sudah dimiliki secara turun temurun dan hanya diwariskan untuk kaum perempuan saja. Biasanya dibagian tanah lain juga dibangun tempat untuk lumbung padi yang disebut Rangkiang. Ada juga Anjung sebagai tempat pengantin bersanding atau penobatan kepala adat yang ditempatkan di sayap kiri atau kanan rumah utama. Biasanya dibangun juga sebuah surau tidak jauh dari rumah utama sebagai tempat untuk beribadah, belajar dan tempat tinggal anak laki-laki yang belum menikah.

Rumah gadang dengan rangkiang di bagian kanannya.
Bentuk arsitektur rumah gadang memang unik terutama bagian atapnya yang dikedua ujungnya meruncing seperti menyerupai tanduk kerbau. Bisa jadi terinspirasi dari Minangkabau. Asal usul dari kata Minangkabau sendiri cukup banyak versi salah satunya adalah dari kata "menang kabau" ketika menang adu kerbau antar kerbau jawa yang dibawa oleh pasukan Kerajaan Majapahit melawan kerbau orang Minang.

Siluet Rumah gadang saat tengah hari
Nampak siluet rumah gadang yang menyerupai tanduk kerbau.
Untuk ornamen dari rumah gadang sendiri biasanya terdiri dari ukiran-ukiran yang dibuat dari bahan papan dengan motif tumbuhan, bunga atau buah dengan pola berbentuk lingkaran dan sambung menyambung. Ada juga motif dengan geometri segitiga dan persegi.

Salah satu motif di sudut rumah gadang

Tanpa terasa sudah hampir setengah hari berada di Istana Pagaruyung ini, sudah waktunya pergi dan meneruskan perjalanan ke tempat wisata berikutnya. Satu lagi menambah ilmu tentang asal usul Rumah Gadang, salah satu warisan budaya nusantara, mahakarya dari Ranah Minang.

Salah satu bangunan di komplek Istana Pagaruyung di bagian belakang

Tulisan ini disertakan dalam lomba blog Potret Mahakarya Indonesia

2 comments:

Kekern nih tempatnya Kang. Kapan ya saya bisa ke sini ?

Salam,

Niatkan saja, mudah2an suatu saat kesampaian :)

Post a Comment