Monday, May 19, 2014

Terdampar di Pulau Biak


Tuntutan pekerjaan yang membawaku terdampar sampai ke Pulau Biak. Beberapa bulan harus tinggal di sebuah pulau yang terletak di Samudera Pacific. 

Pulau Biak merupakan sebuah pulau karang yang berada di Papua. Pulau ini terpisah dari pulau Papua yang besar. Letaknya berada di Teluk Cendrawasih. Kalau kita naik pesawat dan akan turun di Bandara Frans Kaisepo Biak, rasanya seperti mau mendarat di Kapal Induk, karena terlihat kecil sekali.

Disaat waktu senggang, dengan ditemani teman baru dari sini, kumanfaatkan untuk menjelajahi pulau yang ternyata menyimpan potensi pariwisata yang luar biasa, baik wisata alam, wisata budaya ataupun wisata sejarah. 

Pesona Pulau Biak sangat indah, terutama pantai-pantainya yang masih bersih dan jernih seperti Pantai Barito, Parai, dan Bosnik serta memiliki terumbu karang yang indah di Kepulauan Padaido. Pernah suatu hari jalan-jalan ke Biak Utara. Disana ada satu pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik. Ombaknya besar. Namun tempatnya sepi karena beberapa waktu lalu kawasan ini tersapu oleh tsunami. Jadi benar-benar serasa terdampar di sebuah pulau asing.

Dan yang paling seru adalah kegiatan mancing yang dilakukan malam hari. Setelah mendapat ikan yang besar-besar seperti ikan ekor kuning, ikan kakap merah, dll, ikan tersebut langsung dibakar. Jadi rasanya masih segar. Adapun nasinya ditanak dengan menggunakan buah kelapa. Jadi buah kelapa dikupas bagian atasnya kemudian masukkan beras sepertiganya. Kemudian dimasak diatas bara api. Setengah jam kemudian nasi sudah masak. Rasanya jangan ditanya karena sudah tercampur dengan air kelapa dan gurihnya daging kelapa. Ditambah ikan bakar segar dengan sambal dabu-dabu. Bisa nambah berkali-kali. Lain waktu menunya diganti bukan dengan ikan, tapi lobster! Wah pokoknya Benar-benar serasa terdampar di....surga.  

Selain itu terdapat peninggalan-peninggalan dari sisa-sisa Perang Dunia II masih terasa, seperti Goa Jepang dan Monumen PD II di Parai. Khusus untuk monumen ini, dibuat oleh pemerintah Jepang untuk mengenang tentara-tentara Jepang yang gugur pada saat perang pacific melawan sekutu. Setiap tahun, banyak turis asal Jepang yang merupakan keluarga dan kerabat yang gugur datang untuk mengenang dan melakukan upacara di tempat ini.

Banyak sekali kawasan-kawasan wisata yang sangat menarik. Pada saat penerbangan Jakarta - Biak - Honolulu - Los Angeles masih ada, perkembangan ekonomi di Biak cukup baik, namun seiring dengan ditutupnya jalur penerbangan ini, maka seakan-akan menutup roda perekonomian di kota ini. Termasuk diantaranya bangkrutnya Hotel Biak Marauw (Bintang 4) yang merupakan kebanggaan warga Biak.

Satu yang tidak bisa dilupakan, penduduk asli Biak, sangat ramah terhadap pendatang atau turis yang datang kesana. Mereka sangat antusias bila kita menanyakan sesuatu tentang pulau ini.

Waktu bergulir begitu cepat. 3 bulan "terdampar" berlalu tanpa terasa. Rasanya belum puas menjelajahi pulau kecil ini. Tiba waktunya untuk kembali ke Jakarta. Aku tidak tahu kapan akan kembali kesana, namun seorang teman mengatakan Biak itu singkatan dari Bila Ingat Akan Kembali!

0 comments:

Post a Comment